"Eh, kamu mau apa. Awas ya kalau macam-macam!" ancamnya, "diam!" bisiknya. Ia membawa Selsa melangkah bersama, cahaya matahari terasa hangat menerpa kulit wajah gadis itu. Sekarang mereka sudah berada di luar ruangan.
Perlahan Ardian menarik tangannya dari mata gadis itu, mata Selsa langsung menangkap hiasan di seluruh tempat itu yang penuh dengan bunga-bunga yang indah. Cahaya sinar mentari yang sudah condong ke barat menambah tempat itu jadi lebih indah. Tapi tak ada apapun di sana selain hal itu, terus terang itu membuat Selsa sedikit sedih. Ia memandangi setiap sudut tempat itu.
"Ini maksudnya apa, kok betaburan bunga. Tapi ini sama sekali nggak menarik!"
"Bukan ini yang ingin aku tunjukan!"
"Lalu?"
Ardian menengok arlojinya, lalu ia kembali menarik tubuh gadis itu ke depan tubuhnya. "kamu lihat gedung itu?" tunjuknya pada sebuah gedung hotel yang menjulang tinggi. "itu kan hotel keluarga kamu!"
"Ya, aku mau kamu terus lihat ke sana!"
"Kenapa? Nggak ada apa-apa di sana!" protesnya.
"Tunggu sebentar lagi!"
Ada beberapa menit mereka berdiri di sana, "mana, nggak ada apa-apa. Kamu bohong ya?" kesalnya. "sebentar saja!"
Tiba-tiba bunyi telepon berdering, kali ini dari hp Selsa. Ia segera mengangkatnya, "iya ma!" sahutnya, "ya ampun aku lupa. Ya...., aku ke sana sekarang!" serunya menutup hpnya lalu memutar tubuhnya memandang Ardian.