Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.
- Elaine -- Rain or Shine
- SEVENTEEN -- Say Yes
- RED VELVET -- See The Stars
- ASTRO -- Should've Held On
- Soyou & Junggigo - Some
- Kim Jaehwan -- Some Days
- N. FLYING -- Spring Memories
- THE BOYZ -- Spring Snow
- Doyoung & Sejeong -- Star Blossom
- UP10TION -- Still with You
HEO CHUNGDAE'S POV
Aku mendesahkan nafasku panjang ketika aku naik ke lantai paling atas gedung apartemen. Cuaca semakin dingin, apalagi sekarang sudah masuk ke bulan Desember. Aku heran, mengapa waktu tetap berjalan seolah tidak terjadi apa-apa? Mengapa tak ada sesuatu yang berubah di dunia ini? Padahal segala yang ada di hidupku sudah berubah. Seminggu sudah berlalu sejak kejadian itu... dan tidak sekalipun aku merasa bahagia setelah hari itu. Jika aku tersenyum, aku hanya melakukan itu karena aku harus, karena aku bekerja, tidak lebih dari itu.Â
Aku tau hidupku akan berubah setelah aku melangkah keluar dari apartemennya. Tidak ada lagi pesan tiap pagi dan malam, tidak ada lagi suaranya yang manja ketika aku meneleponnya... dan aku sadar bahwa hari aku berpisah dengannya bukanlah mimpi, setelah aku melihat cincin dan kalungnya yang kusimpan rapi di dalam kotak yang kuletakkan di atas mejaku.Â
Aku tidak berani menceritakannya pada siapapun hingga sekarang. Aku tidak bisa membayangkan betapa kecewanya eomma dan appa kalau mereka tau tentang ini. Mereka sangat menyukainya. Sangat menyukai Baek Choeun. Lalu bagaimana denganku? Aku juga sangat mencintainya. Aku tidak melakukan ini dengan sukarela.
"Chungdae hyong."
Aku menoleh dan mendapati Donghyun akhirnya muncul juga. Ya, aku memang membuat janji untuk bertemu dengannya disini. Sebenarnya dialah yang menghubungiku tadi pagi, dan aku setuju untuk menemuinya. Apakah Choeun noona sudah memberitaunya tentang kami?
"Apa yang kau lakukan pada Choeun noona?"
Dia bahkan tidak memberiku waktu untuk menyapanya, dan dia tampak marah.
"Apa maksudmu?" tanyaku dengan nada tenang.
"Dia belum sekalipun muncul di Million Stars sejak pembukaan caf itu kembali. Dia juga tampaknya mengisolasi dirinya dari dunia luar. Apakah kau belum mau menemuinya lagi?"
Akhirnya aku tau bahwa Donghyun belum tau tentang kami. Bagaimana dengan Eunyul noona? Apakah dia juga belum mengatakannya kepada siapapun?
"Aku tidak bisa menemuinya lagi... dan aku memang sebaiknya tidak menemuinya lagi."
"Chungdae hyong!"
"Hubungan kami sudah selesai. Aku dan Choeun noona... sudah tidak bersama lagi."
Tampaknya kalimat itu membuat apapun itu yang ingin dikatakan Donghyun terlupakan olehnya. Tapi ekspresi terkejutnya hanya muncul sejenak, karena setelah itu, dia tampak marah lagi.
"Kau benar, Donghyun. Aku tidak bisa membuatnya bahagia. Akhir-akhir ini aku malah membuatnya semakin sedih. Hal terbaik yang bisa aku lakukan adalah melepasnya," ujarku sambil tersenyum pahit.
Tampaknya senyumku membuat Donghyun lebih marah lagi, karena dia maju dan mencengkeram bagian depan kaosku.
"Mengapa kau mengatakan segalanya itu dengan tenang seperti ini hyong? APAKAH KAU TAK TAU KAU BARU SAJA MENGHANCURKAN DUNIANYA?"
"LALU APAKAH KAU PIKIR DUNIAKU TIDAK HANCUR? KAU PIKIR AKU RELA BEKERJA DENGAN PENUH SENYUM SEMENTARA HATIKU MENANGIS? PILIHAN APA YANG AKU PUNYA?"
"KENAPA KAU TIDAK BERUSAHA MENDAPATKANNYA LAGI? KENAPA KAU TIDAK MEMOHON PADANYA ATAU APAPUN ITU..."
"AKU TERLALU MALU UNTUK MELAKUKANNYA," protesku, merasa panas juga, "KARENA AKU MELIHATNYA TERLUKA OLEH AKU, TIDAK HANYA SEKALI, TAPI BERKALI-KALI. AKU MERASA TIDAK PANTAS!"
Aku lelah, aku tak lagi ingin marah. Aku mendesahkan nafas panjangku sekali lagi, tapi Donghyun masih tampak marah. Aku tidak akan heran kalau dia memukulku, tapi kurasa aku memang pantas dipukul. Aku tau, memang Choeun noona juga melakukan beberapa kesalahan, tapi sekarang bukanlah masalah siapa yang bersalah atau siapa yang membuat lebih banyak kesalahan. Seharusnya dari awal aku tidak pernah meragukannya dan aku tidak pernah membuatnya merasa insecure.
Oh
Oh you're so pretty, you're so soft
If you still have those memories
That seemed so fragile
You say You say
This song
That you used to sing with me
I stay
When you're alone at night I stay
I love you I love you
I'm always waiting for you like this
Just stay
Tell me to just stay
Say Yes
You, say yes
Can you say Can you say
You became my light
Can you say
I couldn't let you go
Even if I keep singing this melody
There is no response
(SEVENTEEN -- Say Yes)
"Aku tak pantas untuknya, Donghyun. Jika saja aku dari awal selalu jujur padanya... jika aku memperlakukannya sedikit lebih baik lagi, kami pasti akan baik-baik saja sekarang. Kau benar, aku memang yang paling bersalah disini. Silahkan pukul saja aku, aku pantas menerimanya."
Aku menutup mataku dan menyiapkan diriku, tapi tak ada yang terjadi hingga beberapa saat sesudahnya, dan dia bahkan melepas cengkeramannya di kaosku. Aku membuka mataku kembali. Dia tak tampak marah lagi, namun ada sorot sedih di matanya. Donghyun...
"Hyong, apakah kau ingat, aku pernah mengatakan aku akan merebutnya darimu kalau kau tidak bisa membuatnya bahagia?"
"Ya, aku ingat itu dengan jelas. Kau bisa melakukan itu, Donghyun," ujarku dengan perasaan getir, "jangan pikirkan aku. Kalau memang kau ingin bersamanya dan kalau kalian memang bersama, aku tak akan melakukan apa-apa. Aku hanya ingin melihat Choeun noona tersenyum Kembali."
"Harusnya aku bahagia mendengar itu. Tapi kenapa aku merasa... aneh... aku merasa kosong."
"Aku tau kau masih mencintainya Donghyun, selama ini... kau berusaha memendam perasaan itu selama aku bersama Choeun noona. Aku bisa melihatnya di matamu. Aku kagum betapa kau bisa menahan perasaan itu... kau pasti sedih melihat kami bersama kan?"
"Aku tiidak peduli hatiku sakit... selama dia tersenyum. Tapi akhir-akhir ini... dia memang tampak tak bahagia."
"Hubungan kami sudah tak sehat lagi," ujarku lalu mendesahkan nafas panjang, "hari-hariku aneh tanpa dia... tapi aku tak ingin memaksakan apa-apa lagi."
Donghyun mundur, lalu meletakkan tangannya di atas tembok, dia memilih memandang ke kejauhan. Aku di sampingnya melakukan hal yang sama dengannya. Mengatakan semua ini pada Donghyun membuat hatiku lebih hancur, dan kelebatan kenanganku dengan Choeun noona kembali berputar. Aku merindukannya...ah, aku tak tau hal apa yang bisa membuatku tersenyum lagi.
"Donghyun... bahagiakan dia ya."
Donghyun akhirnya menoleh dan bertemu pandang denganku, tapi dia tidak menjawabku dan ekspresinya kosong.
"Hyong, mau minum? Ayo minum di apartemenku... semua orang sedang pergi sekarang, dan mungkin Dongsun hyong akan pulang sangat malam."
Dan di saat ini, aku tak merasa Donghyun adalah sainganku lagi. Dia adalah adikku. Dan aku menghargai betapa dia memikirkan perasaanku dengan mengatakan Dongsun tak ada di apartemen. Aku bukannya tak ingin menceritakannya pada Dongsun, tapi... aku tak sanggup lagi kalau harus menceritakan hal ini berulang-ulang. Aku malah menghancurkan hatiku lagi setiap mengatakan bahwa hubunganku dengan Choeun noona sudah berakhir. Seakan-akan aku memukul diriku lagi, membuatku menyadari kenyataan yang pahit ini. Tangan Donghyun sudah melingkari pundakku dan itu menyadarkanku dari lamunanku.
"Ayo hyong. Dingin sekali disini, nanti hyong sakit."
Aku tak tau apakah aku akan sanggup melihat Donghyun dan Choeun noona di hadapanku... mungkin aku tak bisa melakukannya sebaik Donghyun dulu, tapi aku akan berusaha. Aku harus bisa mengucapkan selamat tinggal padanya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H