"Ya, aku ingat itu dengan jelas. Kau bisa melakukan itu, Donghyun," ujarku dengan perasaan getir, "jangan pikirkan aku. Kalau memang kau ingin bersamanya dan kalau kalian memang bersama, aku tak akan melakukan apa-apa. Aku hanya ingin melihat Choeun noona tersenyum Kembali."
"Harusnya aku bahagia mendengar itu. Tapi kenapa aku merasa... aneh... aku merasa kosong."
"Aku tau kau masih mencintainya Donghyun, selama ini... kau berusaha memendam perasaan itu selama aku bersama Choeun noona. Aku bisa melihatnya di matamu. Aku kagum betapa kau bisa menahan perasaan itu... kau pasti sedih melihat kami bersama kan?"
"Aku tiidak peduli hatiku sakit... selama dia tersenyum. Tapi akhir-akhir ini... dia memang tampak tak bahagia."
"Hubungan kami sudah tak sehat lagi," ujarku lalu mendesahkan nafas panjang, "hari-hariku aneh tanpa dia... tapi aku tak ingin memaksakan apa-apa lagi."
Donghyun mundur, lalu meletakkan tangannya di atas tembok, dia memilih memandang ke kejauhan. Aku di sampingnya melakukan hal yang sama dengannya. Mengatakan semua ini pada Donghyun membuat hatiku lebih hancur, dan kelebatan kenanganku dengan Choeun noona kembali berputar. Aku merindukannya...ah, aku tak tau hal apa yang bisa membuatku tersenyum lagi.
"Donghyun... bahagiakan dia ya."
Donghyun akhirnya menoleh dan bertemu pandang denganku, tapi dia tidak menjawabku dan ekspresinya kosong.
"Hyong, mau minum? Ayo minum di apartemenku... semua orang sedang pergi sekarang, dan mungkin Dongsun hyong akan pulang sangat malam."
Dan di saat ini, aku tak merasa Donghyun adalah sainganku lagi. Dia adalah adikku. Dan aku menghargai betapa dia memikirkan perasaanku dengan mengatakan Dongsun tak ada di apartemen. Aku bukannya tak ingin menceritakannya pada Dongsun, tapi... aku tak sanggup lagi kalau harus menceritakan hal ini berulang-ulang. Aku malah menghancurkan hatiku lagi setiap mengatakan bahwa hubunganku dengan Choeun noona sudah berakhir. Seakan-akan aku memukul diriku lagi, membuatku menyadari kenyataan yang pahit ini. Tangan Donghyun sudah melingkari pundakku dan itu menyadarkanku dari lamunanku.
"Ayo hyong. Dingin sekali disini, nanti hyong sakit."