Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] You Are (Not) My Destiny [28]

21 Maret 2021   11:50 Diperbarui: 21 Maret 2021   11:56 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • ASTRO -- Love Wheel
  • TXT -- Magic Island
  • GOT7 -- Magnetic
  • GOTCHA -- Make Sure Today
  • GOT7 -- Miracle
  • BTS -- Miss Right
  • Mc Kay -- Month of June
  • VERIVERY -- My Beauty
  • Jeong Sewoon -- Oh My Angel
  • Yoo Seonho -- One Blue Star

SPECIAL APPEARANCE:

KWON HAJIN: SF9 ROWOON

HEO CHUNGDAE'S POV

Aku berlarian sangat cepat menuju Million Stars. Aku tidak peduli aku ada jadwal syuting satu jam lagi, begitu aku membaca postingan tentang Million Stars, aku turun dari mobil vanku dan mulai berlarian. Hanya ada satu hal di dalam kepalaku: Choeun noona. Dan apa yang kutakutkan benar, ada banyak orang berkerumun di depan Million Stars. Aku tau mereka disitu untuk memprotes. Aku akan membubarkan mereka dan menyelamatkan Choeun noona.

"Apa yang kau pikirkan?"

Ada yang menahan lenganku, dan ketika aku menoleh, rupanya yang menahanku adalah manajerku, Hajin hyong.

"Aku harus membubarkan mereka dan menyelamatkan Choeun noona. Aku tidak bisa membiarkan mereka melakukan itu pada pacarku dan cafenya. Aku tau pasti ada kesalahan yang bisa dijelaskan, hyong."

"Jadi kau akan berdiri di depan mereka dan seperti orang gila menjelaskan segalanya pada mereka?"

"Jika mereka tidak mau mendengarkanku, aku akan membubarkan mereka secara paksa."

"Dan dengan identitas siapa kau akan melakukan itu? Heo Chungdae artis dari Morning Star Entertainment? Ingat, sekarang kau tidak bisa bertindak semaumu lagi!"

"Tapi hyong, pacarku..."

"Kau tidak bisa bertindak egois lagi, Chungdae."

"Lepaskan aku, hyong."

"Aku masih peduli padamu, karena itu aku menahanmu. Dan aku tidak akan melepaskanmu."

Aku berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya, tapi dia malah memegangi kedua lenganku sekarang. Aku jadi lebih marah lagi dan aku memberontak dengan lebih kuat.

"Hyong, tolonglah!"

"Kita pikirkan cara lain, Chungdae, tidak bisa seperti ini!"

"Cara apa yang kita punya?"

"Lalu bagaimana kalau semua ini memang salah Million Stars? Katakan saja mereka tidak sengaja melakukannya, tapi tetap saja kan, bagaimana kalau mereka yang salah? Setelah kau mempertaruhkan identitasmu seperti ini?"

Aku tak lagi berontak. Perlahan kesadaran merasuki otakku. Kata-kata Hajin hyong ada benarnya. Apa lebih baik aku tidak bertindak gegabah sekarang?

"Ayolah, aku berjanji akan membantumu mencari jalan keluarnya. Kita syuting dulu, oke? Kau artis baru, kau harus membangun image yang baik."

Aku sebenarnya masih tidak bisa merelakan hal ini. Aku masih memandangi Million Stars. Ketika aku akan membalikkan tubuhku, aku melihat pintu dibuka dan perlahan-lahan satu persatu sosok keluar dari sana: Bojin hyong, disusul oleh Donghyun yang kedua lengannya ada di pundak Choeun noona. Donghyun... Aku tersenyum miris. Dia selalu ada, ketika aku tidak bisa melindungi Choeun noona. Chungdae, kau pengecut. Aku ingat kejadian-kejadian ketika aku memperjuangkan cintaku dan Choeun noona. Kukira perasaan ini tidak akan kembali padaku lagi, tapi perasaan itu kembali lagi, dan terasa sangat familiar. Aku bodoh. Aku pengecut.

"Ayo."

Aku mengikuti kemana Hajin hyong membawaku, meski pikiranku tertinggal disini. Choeun noona...

***

BAEK CHOEUN'S POV

"Kumohon dengarkan kami," ucap Bojin sambil mengangkat salah satu tangannya, "kami akan mengikuti proses penyelidikan. Jika memang kami bersalah, kami akan mengikuti prosedur hukum yang berlaku."

"Aku kecewa pada Million Stars!"

"Ya! Aku menyesal pernah mempromosikan tempat ini!"

"Kalian tutup saja!"

Aku tak sanggup memandang kerumunan di hadapanku. Aku sangat takut. Aku merasa menjadi seorang criminal. Mengapa mereka menilai cafeku seperti itu? Tidak, pasti ada kesalahan. Dan seperti kata Donghyun tadi, kami akan menyelidiki dengan seksama, dan bahkan dia akan bantu menyelidiki juga.

"Maafkan aku. Kumohon berilah kami ke..."

Namun belum selesai aku menyelesaikan kata-kataku, aku merasakan guyuran air di seluruh tubuhku: ada yang melempariku dengan bola-bola berisi air. Dan tidak hanya sekali... lagi... lagi dan lagi... kenapa? Apakah aku pantas dilempari seperti ini? Haruskah aku berhenti berjuang? Aku mendengar suara hiruk pikuk di sekitarku tapi aku hanya menundukkan kepala dan memejamkan mataku. Aku ingin menyerah.

"Noona, ayo kita pergi dari sini!"

Lemparan itu berhenti dan ketika aku membuka mataku, Donghyun melindungiku dengan jaketnya. Dengan tangannya yang lain, dia menggandeng tanganku dan membawaku berlari. Ya, aku ingin lari, dan aku tak peduli kemana dia akan membawaku. Bawalah aku sejauh mungkin, Donghyun...

***

HWAN EUNYUL'S POV

Waktu berjalan lambat sekali akhir-akhir ini. Dan masih seperti inilah aku: tidak bersemangat. Aku berusaha menolak bertemu dengan Dongsun sebanyak yang aku bisa, tapi ya sekali-sekali aku juga harus menemuinya, supaya dia tidak curiga. Sebenarnya aku benar-benar ingin bertanya padanya kenapa dia berbohong padaku hari itu dan ternyata malahan berduaan dan berpegangan tangan dengan Haneul-ssi. Tapi setiap kali kata-kata itu akan terucap dari mulutku, aku tak sanggup. Aku takut air mataku tumpah ketika aku menunjukkan kelemahanku, tentang apa yang mengganggu hari-hariku akhir-akhir ini. Dan jika kecurigaanku benar, rugi sekali rasanya aku harus menangis di depan Dongsun. Karena aku sangat percaya padanya... namun dia mengkhianati perasaanku. Aku berjalan sendirian dari kampus pulang menuju rumahku. Jaraknya agak jauh dengan berjalan kaki, lagipula salju sudah mulai turun sejak dua hari yang lalu. Dingin sih, tapi aku tak begitu peduli. Pikiranku sangat kacau.

"Ayo noona."

Aku mematung di depan gedung apartemen yang menjulang tinggi di depanku. Dongsun berjalan beberapa Langkah di depanku dan sudah berdiri di depan pintu gedung apartemen. Aku memandanginya dan menggelengkan kepalaku.

"Kenapa?"

"Aku takut."

Rupanya jawabanku membuatnya tertawa.

"Orangtuaku tidak akan menggigitmu."

"Tapi tidakkah kau pikir ini terlalu cepat untuk menemui orangtuamu? Kau tau, kita baru..."

"Ini baru hari ketiga kita? Lalu kenapa? Tidak ada yang terlalu awal atau terlambat. Noona, aku sudah menunggumu jauh lebih lama dari tiga hari."

Aku masih bergeming di tempatku berdiri. Aku bukannya takut orangtuanya akan menggigitku, tapi aku malu. Aku masih tak yakin apa tanggapan mereka tentangku. Memang aku dengar dari Choeun, keluarga Min sempat terbuka pikirannya soal kemungkinan dia berpacaran dengan Donghyun. Tapi itu kan WAKTU ITU, yang sudah berlalu hampir satu tahun yang lalu. Lagipula ini tentang aku, bukan Choeun. Keluarga mereka sudah mengenal Choeun, tapi kalau aku? Bagaimana kalau mereka menolakku? Dan memang benar aku pernah bertemu dengan mereka sekali di apartemen Choeun waktu itu, tapi perasaannya berbeda dengan pertemuan yang akan kami lakukan nanti. Aku akan dikenalkan sebagai pacar anak mereka! Kalau aku diizinkan untuk jadi gila, pastilah aku akan gila sekarang.

Dongsun berjalan mendekatiku, "noona, percayalah padaku, orangtuaku akan menyukaimu. Lagipula aku tak akan membawa gadis lain ke rumah selain noona. Noona bilang hubungan kita baru tiga hari, tapi tiga hari itu membuatku yakin aku hanya ingin menjalani masa depanku bersamamu."

Rupanya kata-kata Dongsun menyihirku dan aku menurutinya saja ketika dia menggandeng tanganku memasuki gedung apartemen. Jujur saja aku memang masih belum sadar sepenuhnya semenjak dia menyatakan perasaannya padaku. Kukira selama ini aku memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan, jadi kukira hari itu adalah sejenis mimpi. Tapi ketika di keesokan paginya dia mengirimkan ucapan selamat pagi padaku, percaya atau tidak, aku setengah berpikir semua itu adalah kenyataan. Dan hari ini dia bersikeras membawaku menemui orangtuanya. Dia bilang, karena sebentar lagi akan menjalani wajib militernya, dia ingin Donghyun membantunya menjagaku dan alangkah baiknya jika keluarganya sudah mengenalku, supaya keakraban bisa dipelihara sementara dia tidak ada di dekatku.

"Aku pulang."

"Hyong, akhirnya kau pu... oh, miss Hwan?"

Donghyun terlihat agak berbeda di rumah, dia terlihat lebih kasual. Tapi itu tidak menutup kenyataan bahwa dia tetap terlihat tampan bahkan hanya dengan memakai kaos biasa dan celana pendek, ditambah rambutnya yang dibiarkan berantakan.

"Syukurlah kau ada di rumah, ada yang mau aku bicarakan. Appa dan eomma ada?"

"Hai Donghyun," sapaku terdengar kaku.

"Hai miss Hwan. Ada apa ini? Mereka ada di kamar..."

"Maukah kau membuatkan minum untuk miss Hwan?"

Akhirnya aku duduk dengan canggung di sofa ruang tamu keluarga Min. apartemen mereka terlihat luas dan nyaman (sesuai deskripsi Choeun) dan mau tidak mau aku merasa geli juga Dongsun dan Donghyun masih tidur di kamar yang sama, bahkan bunk bed yang sama. Sayangnya aku tidak akan punya kesempatan melihat kamar mereka hari ini. Tak lama kemudian Dongsun duduk di sampingku, Donghyun duduk dengan nyaman di atas karpet di hadapan kami yang hanya dihalangi oleh meja tamu, sedangkan appa dan eomma Dongsun duduk di single sofa terpisah di kanan dan kiri kami. Aku sangat tegang. Rasanya aku tidak pernah merasa setegang ini setelah kejadian Choeun diculik. Sebenarnya orangtuanya tidak tampak menyeramkan. Malahan aku bisa bilang, orangtua mereka tidak terlihat tua semenjak terakhir kali aku melihat mereka tahun lalu: Hyereum-ssi sangat cantik (dan ya, aku setuju dengan Choeun yang bilang kalau Donghyun mirip eommanya) dan Dongha-ssi sangat tampan (Dongsun lebih mirip appanya). Mereka juga tersenyum ramah padaku.

"Eomma, appa, ini Hwan Eunyul. Noona, ini kedua orangtuaku, dan noona sudah mengenal Donghyun kan?"

"Ada apa ini Dongsun, tentu saja kami sudah mengenal miss Hwan. Ingat waktu kita bersih-bersih di apartemen miss Baek?" Dongha-ssi tertawa ketika dia bertanya balik pada anaknya.

Mereka mengingatku! Apakah ini pertanda baik?

"Ya, aku senang appa masih mengingat Eunyul noona. Tapi aku mengenalkannya hari ini pada kalian bukan sebagai guru di sekolahku," jawab Dongsun terdengar serius, "aku mengenalkannya sebagai pacarku."

Terjadi keheningan yang canggung dan bahkan Donghyun berhenti melahap kacang (tak lagi terdengar suaranya menggigiti dan mengunyah kacang dengan ramai). Tapi kedua orangtuanya masih tersenyum padaku.

"Kami tau," ujar Hyereum-ssi memecah keheningan.

"Eomma ta... apa? Eomma tau?"

"Ya, kami langsung memprediksinya ketika kau membawa Eunyul-ssi menemui kami. Kau tidak pernah melakukan ini sebelumnya, Dongsun. Ya jelas itu juga karena kau belum pernah berpacaran sebelumnya."

Aku membelalakkan mataku, "aku pacar pertamamu?"

Aku melihat semburat kemerahan muncul di pipinya, tapi aku senang sekali mengetahui kenyataannya kalau aku yang pertama untuknya.

"Eunyul-ssi," panggil Dongha-ssi, "seringlah main kesini, meski Dongsun akan segera berangkat menjalani wajib militernya."

"Ya benar. Kami ingin mengenalmu dengan lebih baik. Jangan merasa canggung dan kunjungilah kami sesering mungkin," pinta Hyereum-ssi.

"Aku akan menemani miss... maksudku, Eunyul noona, bermain! Kalau noona tidak keberatan bermain," ujar Donghyun sambil tertawa.

 

We make it love wheel

We make it love wheel a dream to fill one by one

It's so beautiful, like the universe

A planet that has wondered alone

I'm connected to you
love wheel

We dazzled love wheel

Make it love wheel

Make it love wheel a dream to fill ine by one
love wheel wonder world

We dazzled love wheel wonder world
Make it love wheel

Make it love wheel a dream to fill one by one
love wheel together

Just like forever love wheel together

 

(ASTRO -- Love Wheel)

 

"A... aku... baiklah, aku akan sering datang. Semoga aku tidak merepotkan kalian ya!"

Tapi hari itu sudah lama sekali rasanya berlalu... kemana Dongsun yang selalu jujur padaku? Katanya aku pacar pertamanya, katanya dia tidak akan menyakitiku seperti Hyunbin oppa menyakitiku... Kurasa dia mulai berubah semenjak dia mengenal Haneul-ssi. Kalau aku tau, aku tak akan mengizinkan dia mengikuti lomba fashion show kemarin.

Noona, apa yang sedang kau lakukan?

Ada sesuatu yang ingin kutanyakan

Kita sekalian makan malam yuk

Pesan yang masuk itu dari Dongsun. Jujur aku masih tidak ingin bertemu dengannya untuk mengobrol lama. Lebih baik aku menghindarinya saja hari ini.

Oh maaf Dongsun, aku harus menemani halmeoni hari ini

Ada sesuatu yang terjadi dengan halmeoni?

Tidak ada sih, tapi aku hanya perlu menemaninya di apartemen

Oh baiklah, mungkin besok, kalau begitu?

Ya, mungkin besok saja

Aku tak percaya akupun mulai belajar bohong padanya.

"Eunyul?"

"Oh, Hyunbin oppa? Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Kau sendiri?"

Aku melihat ke sekitarku. Tadinya aku berniat untuk pulang, tapi entah kenapa langkahku malah membawaku berjalan melewati apartemenku. Dan pantas saja langkahku makin berat, rupanya salju turun makin deras dan salju mulai bertumpuk di jalanan.

"Aku... ingin pulang."

"Tapi apartemenmu di arah sana kan? Kau melewatinya?" tanya Hyunbin oppa heran, "aku sedang makan daging dan minum disitu. Kau mau ikut?"

Aku menoleh ke restoran yang ditunjuknya di sebelah kiriku. Baiklah, karena Dongsun pernah berduaan dengan Haneul-ssi, kenapa aku tidak boleh berduaan dengan Hyunbin oppa? Lagipula aku tidak akan melakukan sesuatu dengan Hyunbin oppa, hanya makan kok.

"Baiklah. Mendadak aku ingin makan daging juga."

Akhirnya aku bergabung dengannya untuk makan daging panggang yang lezat di restoran yang hangat ini.

"Kau mau minum?"

"Oppa kan tau aku tidak bisa minum."

"Sedikit saja?"

"Tapi ngomong-ngomong aku juga sedang ingin minum hari ini, jadi jawabanku: ya."

Ternyata minum soju sambil makan daging terasa sangat menyenangkan. Aku bisa melupakan apa yang membuatku kesal hari ini. Apakah aku hanya perlu minum lebih banyak?

"Eunyul, apakah kau tau?"

Rasanya suara Hyunbin oppa terdengar sangat jauh, tapi meskipun begitu, aku masih bisa mendengarnya dengan cukup baik.

"Apa, oppa?"

"Sejak aku putus dengan Cyndi, aku berusaha mencarimu kembali, tapi... aku tak bisa menemukanmu. Kau benar-benar menghilang begitu saja."

"Mungkin oppa mencariku beberapa tahun sesudahnya?" tanyaku sambil tertawa, "jujur saja aku langsung mengganti semua kontakku begitu aku kembali ke Seoul dari London."

"Tidak, sebenarnya aku dan Cyndi putus hanya setelah 5 bulan."

"Itu kan lebih singkat dari masa pacaran kita?" tanyaku lagi sambil tertawa.

Entah kenapa, mendadak aku merasa semuanya lucu. Apapun yang dikatakannya terasa lucu juga. Rasa soju ini juga lucu... maksudku, enak.

"Ya. Dan aku benar-benar menyesal telah melepasmu."

"Sudahlah oppa, jangan ungkit masa lalu terus. Itu kan salahmu juga memilihnya daripada aku," aku tertawa lagi lalu minum soju beberapa teguk lagi.

"Dan aku benar-benar senang mendadak kita bertemu lagi. Kurasa ini semacam takdir. Tapi sayangnya kau sudah punya pacar."

"Pacar? Oh, maksud oppa, Dongsun? Ya, dia memang pacarku, tapi dia menyebalkan. Dia sama menyebalkannya seperti oppa."

"Oh kenapa? Apa yang terjadi?"

"Dia membohongiku dan berduaan dengan perempuan lain," tawaku keras.

"Apa? Kenapa dia melakukan itu? Kurang ajar sekali dia..."

"Ya kan dulu oppa juga melakukan itu."

"Tinggalkan saja dia."

"Apa?"

"Tinggalkan saja dia dan kembali padaku."

Aku tertawa. Kurasa itu lelucon terlucu yang pernah kudengar di sepanjang hidupku.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun