Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] A Winter Story [20]

22 November 2020   15:26 Diperbarui: 22 November 2020   15:40 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ketika Valene mengunjungi apartemen Kyungju keesokan harinya, Kyungju tampak serius di depan laptopnya, di ruang studionya. Dia hanya menoleh dan tersenyum sejenak ketika melihat Valene masuk.

"Annyeong noona, maaf aku tidak bisa menjemputmu tadi," ucap Kyungju.

Valene memperhatikan Kyungju memakai kacamata hari ini.

"Tidak apa-apa. Kau tampaknya sibuk."

"Yah, ada beberapa hal yang perlu kuperiksa, untuk acara event tiga hari lagi. Oh ya, duduk disini noona."

Valene mengambil kursi kerja yang sama dengan yang diduduki Kyungju dan menariknya ke sebelah Kyungju. Kyungju menunjuk kotak kecil yang dibungkus kertas kado berwarna kecoklatan.

"Apa ini?"

"Buka saja noona."

Kebingungan, Valene membuka kotak kecil itu dengan merobek bungkusannya pelan-pelan. Kotak itu nyaris terjatuh dari tangan Valene ketika dia melihatnya: kotak ponsel yang sama dengan milik Kyungju.

"Itu hadiahku untuk noona. Sekarang kita punya ponsel yang sama."

Kyungju mengambil ponselnya dan melambaikannya di hadapan Valene. Valene membuka kotak itu dan menemukan ponsel yang sama, hanya saja yang masih di dalam kotak ini berwarna putih.

"Tapi... mana ponselku?"

Valene menitipkan ponselnya yang rusak pada Kyungju yang mengunjunginya tadi pagi dan berharap seseorang di tempat mereka mampu memperbaikinya. Kyungju berjanji akan meng-update keadaan ponselnya pada Valene malam ini. Jadi itulah alasan Valene berada di apartemennya malam ini, meskipun alasan utamanya tentu adalah untuk bertemu pacar barunya.

"Tim kami menyerah memperbaikinya, tapi mereka berhasil menyelamatkan beberapa data yang bisa dibongkar dan memory card-mu."

Kyungju meletakkan memory card kecil di hadapan Valene.

"Ah sayang sekali, padahal ponselku masih baru. Mereka memang sialan. Dan ngomong-ngomong ponsel ini terlalu mahal!"

"Sudahlah, tidak apa-apa. Ambil saja noona. Aku ingin punya sesuatu yang kembar denganmu."

Dalam pikiran Valene, barang-barang couple itu adalah kaos, gantungan kunci, atau semacam itu, bukannya ponsel sedemikian mahal. Tapi Valene tau rasanya sia-sia saja berdebat dengan Kyungju, jadi yang dia lakukan berikutnya adalah mengotak-atik ponsel itu dan langsung mengambil beberapa foto dirinya.

"Ayo kita foto bersama," pinta Valene sambil melingkarkan salah satu lengannya ke leher Kyungju dan menariknya mendekat.

Kyungju langsung memasang cengiran khasnya ketika Valene menekan tombol untuk mengambil foto.

"Ini bagus, aku suka!"

"Tentu, itu kan karena aku tampan," kata Kyungju, kembali ke layar laptopnya.

"Kenapa kau bisa narsis seperti ini sih? Apa kau salah makan obat?"

Lama kelamaan, Valene bosan juga. Dia sudah bosan mengotak-atik ponselnya, membuatkan ramyeon instant untuk Kyungju dan membongkar studionya, tapi Kyungju masih tetap sibuk. Akhirnya Valene penasaran juga.

"Kau sedang apa sih?" tuntut Valene.

"Merencanakan event."

"Apa merencanakan event juga salah satu pekerjaanmu?" tanya Valene heran.

Kyungju melepas kacamatanya dan berputar untuk duduk menghadap Valene.

"Sebenarnya begini ceritanya..."

"Ah, Yoonsung, akhirnya kau masuk kerja!" seru Kyungju senang begitu masuk ke ruangan Song Hwejangnim, yang merupakan kakek mereka.

Song Hwejangnim duduk dengan santai di balik meja besarnya, dan Yoonsung (yang luka-lukanya mulai hampir menghilang) duduk di seberang meja. Yoongsung menoleh dan tersenyum pada Kyungju. Kyungju langsung duduk di kursi kosong di sebelahnya.

"Ada apa, haraboji? Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting, sampai haraboji memanggil kami berdua?"

"Kau memang cepat tanggap, Kyungju. Jadi begini... haraboji pikir ini adalah saat yang tepat bagi haraboji untuk menikmati masa pension."

"APA?" seru Yoonsung dan Kyungju kompak.

"Tapi menurut saya, haraboji masih begitu enerjik untuk mengurusi perusahaan. Kenapa harus pensiun sekarang?" tanya Yoonsung kaget.

"Apa kalian lupa tahun ini haraboji sudah berumur 69 tahun? Tidak bisakah kalian membiarkan haraboji menikmati masa tua dengan tenang?" tanya Song Hwejangnim sambil menaikkan alisnya keheranan.

"Tapi siapa yang akan menggantikan haraboji? Apakah anak dari Kwon Dongwook ahjussi yang bossy itu?" jerit Kyungju berlebihan.

Yoonsung mengangguk bersemangat, sangat setuju pada perkataan Kyungju.

"Kalian ini terlalu berlebihan. Tentu saja yang akan menggantikan posisiku adalah kalian berdua."

"KAMI?" teriak kedua pria itu sekali lagi kompak.

"Tentu tidak berdua. Harus ada salah satu dari kalian yang duduk di posisi ini."

"Tentu saja hyong yang lebih cocok, karena dia lebih dewasa."

"Tidak bisa begitu, Yoonsung. Lebih tua bukan berarti aku lebih bisa memimpin. Benar kan haraboji?"

"Kyungju benar," jawab Song Hwejangnim, "karena itu aku akan mengadakan kompetisi di antara kalian."

Kyungju dan Yoonsung berpandangan. Mereka berdua sangat mengenal kakek mereka yang masih sangat enerjik ini dengan kepribadiannya yang cukup nyentrik. Kyungju ada perasaan mereka akan diberikan kompetisi yang cukup sulit, atau mungkin, aneh.

"Jadi aku ingin kalian mempromosikan Sineo J07 yang penjualannya hanya biasa-biasa itu. Aku ingin produk ini terjual sebanyak-banyaknya dalam sehari."

Itu tampaknya tidak terlalu sulit, pikir Kyungju.

"Dengan budget serendah-rendahnya."

"A... apa? Jadi kami harus berjualan di pinggir jalan dengan berteriak-teriak, haraboji?" tanya Yoonsung tak percaya.

"Jika memang itu strategi kalian, jalankan saja. Aku ingin event ini dijalankan pada tanggal 6. Hasilnya akan dilihat pada hari itu juga, jam 6 malam. Saat itu juga kita akan menentukan siapa yang akan duduk di posisiku."

"Tanggal 6? Tapi itu berarti 3 hari lagi haraboji!" jerit Kyungju tak percaya.

"Oh ya, memang 3 hari lagi. Dan aku ingin melihat perencanaan kalian, besok, secara tertulis," tambah Song Hwejangnim.

"Besok?" tanya Yoonsung lemas.

"Oh ya, besok. Jam 9 pagi laporannya harus sudah ada di mejaku," tegas Song Hwejangnim sambil tertawa ringan.

"Song haraboji kelihatannya nyentrik ya..."

"Dia memang sangat nyentrik. Nah, event itulah yang kukerjakan sekarang," jelas Kyungju.

"Dengan budget serendah-rendahnya... dan bagaimana dengan pegawai? Berapa banyak yang boleh dibawa?"

"Hanya 6 orang termasuk aku yang harus turun ke lapangan," jawab Kyungju.

Valene mengerutkan dahinya dan sibuk berpikir.

"Kurasa aku punya ide!"

"Benarkah? Ide apa itu?" tanya Kyungju bersemangat.

"Kurasa begini..."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun