Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] A Winter Story [15]

18 Oktober 2020   15:36 Diperbarui: 18 Oktober 2020   15:33 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Aku tidak suka ide ini," keluh Valene berbisik rendah.

Nancy masuk ke kamar Valene jam 6 sore malam itu, dengan wajahnya yang terlihat muram dan mata yang sembab.

"Tapi pilihan apa yang kita punya?"

"Andrew belum mau bicara denganmu?"

"Belum sama sekali."

"Dan Yoonsung setuju dengan ide ini?" tanya Valene sambil menggigit bibir bawahnya khawatir.

"Yoonsung setuju."

"Tapi tidakkah kau berpikir... sepertinya memancing Andrew marah bukan ide yang baik? Bagaimana kalau kekerasan dibalas kekerasan ternyata tidak mempan padanya?"

"Tapi dia sendiri tidak mau mulai bicara denganku."

Sebenarnya keduanya hanya terlalu keras kepala dan punya rasa gengsi yang tinggi, pikir Valene putus asa.

"Baiklah, kalau begitu itu besok malam?"

"Ya. Kalau hingga besok dia tidak mau mengajakku bicara, ayo kita jalankan rencana itu."

"Baiklah, aku setuju saja."

"Ngomong-ngomong ini malam Tahun Baru, mungkin yang pertama dan terakhir buat kita di Korea... tapi kenapa rasanya muram ya?"

"Kurasa juga begitu."

"Kau kenapa sudah cantik begini? AH! Kyungju mengajakmu kencan?"

"Kencan apa... dia hanya bilang mau menjemput aku..." elak Valene.

"Ya menjemputmu buat apa dong? Kurasa kalau kalian tidak pulang sampai selewat jam 12 malam, pasangan baru akan lahir!"

"Jangan bercanda, aku sudah bilang rasanya aku dan Kyungju itu tak mungkin."

"Hey Valene, pernahkah kau berpikir hidupmu akan terjamin kalau kau sama dia? Dia itu cucu CEO loh!"

"Aku tidak mau berpikir terlalu jauh."

Seketika terdengar suara bel ditekan.

"Ah, itu pasti Kyungju!" seru Valene geragapan, melompat dari tempat tidurnya.

"Selamat bersenang-senang!"

Valene tertawa sebelum berlarian keluar.

***

"Ini Sungai Han yang terkenal itu?"

"Ya benar. Dan ternyata disini ramai sekali. Tunggu, aku akan cari tempat yang agak sepi."

Kyungju masih mengendarai mobil sportnya, sementara Valene duduk manis di sebelahnya. Valene sibuk mengagumi keindahan sungai itu, di sekitarnya ada banyak sekali orang duduk menikmati pemandangan Sungai Han, sebagian besar dari mereka adalah pasangan, sementara, yang membuat Valene iri, ada banyak keluarga muda dengan anak-anak mereka yang masih kecil. Mau tidak mau Valene kadang berpikir soal menikah juga, soalnya umurnya sudah menginjak 27 tahun di tahun ini, sudah tidak muda lagi. Kadang dia iri pada Nancy yang lebih tua setahun darinya tapi sudah menikah.

"Disini lumayan."

Kyungju memarkir mobilnya di sebelah beberapa mobil lalu mengedikkan kepalanya ke arah sungai.

"Noona turun saja dan tunggu aku disana."

Valene hanya menuruti apa yang dikatakan Kyungju. Sejurus kemudian, Kyungju datang sambil membawa tas yang besar sekali. Belum sempat Valene bertanya apa isi tas itu, Kyungju sudah menata selembar selimut besar di atas tumpukan salju di rerumputan.

"Kita mau piknik?"

"Sejenis itu noona."

Valene duduk di selimut yang tebal itu dan beruntung dia tidak merasa pantatnya dingin. Lalu Kyungju mendadak membuka kotak makanan yang tampaknya besar.

"Kau memasak?"

"Yah, hanya coba membuat kimbap..."

Kyungju membuka kotak makanan itu dan ada lumayan banyak kimbap di dalamnya. Valene mendekatkan wajahnya ke kotak itu supaya bisa melihat kimbap itu dengan jelas dan seketika dia meledak tertawa.

"Ternyata dari penampilanmu yang begini, kau bisa membuat kimbap! Dan meskipun kimbapnya... yah..."

Valene masih tertawa sambil mengeluarkan air mata. Kimbapnya ternyata sama sekali tidak cantik, pastilah Kyungju tidak mahir membuatnya. Kyungju mendengus dan duduk membelakangi Valene. Seketika Valene tersadar, seharusnya dia menghargai apa yang Kyungju lakukan untuknya daripada menertawainya. Valene mencolek punggung Kyungju.

"Kyungju-ya..."

"Apa?"

"Maaf... kimbapnya enak..." ucap Valene sambil mengunyah salah satu kimbap.

Kyungju memutar badannya dengan sangat cepat dan wajahnya seketika cerah melihat Valene melahap kimbapnya.

"Benarkah?"

"Ya. Benar-benar enak!!!"

Kyungju tertawa melihat Valene yang mengunyah banyak sekali kimbap di dalam mulutnya lalu ikut makan sepotong.

"Aku suka melihat gadis yang nafsu makannya besar."

Valene terbatuk parah setelahnya dan Kyungju terpaksa harus memberinya banyak minum teh yang dibawanya dalam termos. Sejurus kemudian, Kyungju sudah setengah memaksa Valene ikut main kembang api mini yang dipegangnya.

"Jangan dekat-dekat, nanti aku terbakar!"

"Noona, ini tidak akan melukaimu kalau noona memegangnya baik-baik," bujuk Kyungju.

"Tidak mau, pokoknya tidak mau..."

Tapi Kyungju sudah menangkap Valene dari belakang dan setengah memeluknya, memaksakan tangan Valene menggenggam kembang api itu juga. Valene benar-benar takut memegang benda itu, tapi entah kenapa, dengan adanya Kyungju bersamanya, rasanya bermain kembang api tidak lagi menakutkan. Menit berikutnya, keduanya sibuk membuat tulisan dengan kembang api itu di udara.

"Kyungju tampan."

Valene mendengus tertawa saat melihat Kyungju menulis itu dan menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Valene noona cantik."

Valene merasa wajahnya memerah dan kaget saat Kyungju mendekat padanya, ternyata untuk menyuapkannya sepotong kimbap lagi.

"Noona, ayo kita ke tempat lain sebelum pesta kembang api di langit," ajak Kyungju.

"Kemana?"

"Apartemenku. Disana melihatnya akan lebih eksklusif."

"Baiklah!"

Dan setelah naik mobil sekitar setengah jam (saat itu sudah sekitar jam 10 malam), mobil sport Kyungju masuk ke sebuah apartemen tinggi dan mewah. Setelah diparkir dengan aman (Valene menyadari betapa banyaknya mobil mahal yang diparkir disana juga), Valene mengikuti Kyungju yang membawanya naik lift menuju lantai 18, lalu berjalan terus ke nomor 182. Valene makin yakin ini pastilah apartemen yang sangat mahal, selain karena lokasinya ada di Gangnam, Kyungju membuka kunci pintunya dengan finger print. Begitu Kyungju menginjak ambang pintu, lampu-lampu di apartemennya langsung menyala.

"WOW!"

Kyungju melempar jaket dan topinya ke sofa dan menoleh bingung.

"Ada apa noona?"

"Apartemenmu luar biasa."

"Tidak juga noona, aku hanya mengambil apartemen dengan dua kamar."

"Kau tinggal sendirian disini?"

"Ya, ini apartemen yang kubeli sendiri. Aku punya rumah, tapi cukup jauh dari sini. Kadang aku pulang ke rumah, tapi kalau aku ingin mengerjakan sesuatu, aku akan disini sendirian. Lebih bisa konsentrasi soalnya."

Kyungju berjalan ke arah dapur sementara Valene masih memandang kagum isi apartemen Kyungju. Satu set sofa dan meja kaca (yang Valene sadari, di bawah meja itu merupakan aquarium dan Kyungju memelihara beberapa ikan berwarna-warni yang cantik di dalamnya), lalu ada TV layar lebar yang besar sekali terpasang di dinding, semuanya itu tertata di ruang tamu yang luas, yang lantainya dari kayu yang terlihat bersih mengkilap, dan yang di daerah sofa dan meja dilapisi karpet cokelat berbulu. Valene melangkah masuk ke arah dapur, yang terlihat sederhana namun perabotannya sangat lengkap, semuanya berwarna senada hijau dan cokelat, dan ada lemari es raksasa berwarna hijau disana, tempat sekarang Kyungju sibuk membuka isinya. Bagaimana kamarnya ya, ujar Valene penasaran saat berdiri di depan dua pintu kayu besar, bingung memilih harus membuka yang sebelah mana dulu. Dan ketika Valene sudah bulat hati akan membuka pintu yang di sebelah kanan, Kyungju yang berkaki panjang mendadak menghalangi langkah Valene.

"Aku sudah seminggu tidak disini dan kamarku berantakan noona."

"Aku akan bereskan kalau begitu," ujar Valene sambil lalu, masih berusaha membuka pintunya.

"Tidak tidak, noona boleh lihat lain kali. Lihat yang ini saja."

Kyungju memegang bahu Valene dan mengarahkannya ke pintu di sebelahnya, dan membukakan pintunya untuk Valene. Begitu pintu terbuka, lampupun ikut menyala. Dan ternyata di dalam adalah kantor Kyungju. Ada computer disana, dan dua buah laptop yang terbuka, dan ada keyboard dan gitar disana.

"Wow, kau bisa main alat music?"

"Tentu, aku bisa main piano dan gitar."

Valene memandang wajah Kyungju tak percaya.

"Jangan begitu, aku akan pamer lain kali."

"Aku tunggu!"

"Ah noona, aku lapar lagi. Bagaimana kalau kita memasak sesuatu?"

"Aku tak bisa memasak!"

"Aku juga tak bisa."

Valene dan Kyungju meledak tertawa.

"Tapi aku ingin coba," putus Kyungju.

"Aku juga sih..."

"Ayolah, kita masak jjajangmyeon."

"Aku suka itu! Ayo kita coba!"

Sesaat berikutnya, Kyungju dan Valene sudah memakai celemek berwarna hijau yang sama, dan mereka sibuk memasak. Keduanya benar-benar tidak mahir memasak, Kyungju sampai terus menerus mengecek ponselnya tiap beberapa menit sekali (dia membuka resep jjajangmyeon disana), dan Valene berusaha keras menghindari kompor sejauh mungkin.

"Ayo kita tambahkan telur!" seru Kyungju bersemangat.

Tapi ketika Kyungju memecahkan cangkang telurnya, telur itu malah muncrat ke celemek yang dikenakannya, dan sebagian ke wajah Valene yang tengah berkonsentrasi memotong bawang supaya tidak memotong jarinya sendiri.

"YA SONG KYUNGJU!"

"Oops... mianhae noona..."

Sebagai balasan, Valene melempar selembar selada yang disambut Kyungju dengan mulutnya.

"Wow! Bagaimana kau bisa melakukan itu?"

"Hanya insting!"

Sekitar dua puluh menit memasak (dan sukses membuat dapur Kyungju sangat berantakan) mereka berhasil memasak sepanci besar jjajangmyeon dihiasi dengan dua telur mata sapi di atasnya. Kyungju mengambil ponselnya dan mengabadikan hasil karya mereka.

"Tapi itu jelek sekali Kyungju, memalukan untuk dipamerkan."

"Tidak apa-apa, yang paling penting kita membuatnya berdua!"

Kyungju menyerahkan sepasang sumpit untuk Valene dan mengambil sepasang untuk dirinya sendiri.

"Selamat makan!" seru keduanya kompak.

Keduanya mulai menyerang jjajangmyeon mereka, dan seketika mereka menyadari... ternyata rasa jjajangmyeon mereka lumayan.

"Kita berhasil!" ujar Kyungju senang, mengajak Valene untuk hi-5.

Valene ber-hi-5 dengan Kyungju dan seketika Kyungju mengulurkan jempolnya ke sudut bibir Valene.

"Noona makan seperti anak kecil."

"Yah, kau selalu bilang aku anak kecil padahal kau lebih muda dariku."

"Usia lebih muda bukan berarti aku tidak dewasa."

Kyungju bertukar pandang serius dengan Valene. Dalam hatinya, Valene khawatir kalau Kyungju baru saja membaca pikirannya, tentang segala hal yang membuatnya khawatir selama ini. Namun pandangan keduanya terhenti ketika terdengar suara kembang api di angkasa.

"SUDAH JAM 12!" jerit Valene.

Kyungju menarik tangan Valene untuk berlarian menuju balkon apartemennya. Valene berpegangan pada pagar dan menikmati keindahan kembang api di langit yang berwarna-warni.

"Wow..."

Hanya kata-kata itu yang bisa diucapkan Valene memandangi kembang api yang tak hentinya membumbung tinggi di angkasa malam Seoul. Valene teringat dan mengatupkan kedua tangannya, menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya. Seperti biasa, setiap malam Tahun Baru dia akan membuat permohonan. Salah satu dari ketiga permohonan yang dibuatnya tahun lalu sudah terkabul: dia ke Korea. Dan bagaimana dengan tahun ini? Bolehkah dia... menjadi serakah dengan menyebutkan nama orang yang benar-benar ia inginkan?

"Noona, ayo kita ambil foto dengan latar belakang kembang api!"

Valene mengangguk dan Kyungju mengambil ponselnya dan mendekatkan dirinya dengan Valene, lalu memasang timer sebelum meletakkan salah satu tangannya yang bebas ke pundak Valene. Berusaha tidak menghiraukan tangan itu, Valene memasang pose V dengan kedua tangannya dan tersenyum lebar ke arah kamera. Saat ponsel itu mengambil foto, kembang api besar berwarna ungu memancar di langit.

"Ayo lihat!"

Kyungju menunjukkan fotonya dan Valene sadari, ternyata mereka terlihat cukup serasi. Dia merasa makin tak nyaman karena lengan Kyungju masih memeluknya, tapi sekaligus dia menginginkan hal ini terjadi lebih lama.

"Noona, apa kau mengantuk?"

"Huh? Apa?"

"Kalau tidak, ayo kita jalan-jalan keluar."

Valene cepat-cepat menyetujui usul ini, "baiklah!"

Valene berpikir, udara bebas mungkin akan membuat pikirannya normal. Kembali mengendarai mobil, Kyungju membawa Valene ke suatu lapangan yang cukup luas, dengan beberapa petak rerumputan di antara jalanan yang diaspal rapi, entah dimana ini.

"Sekarang kita tukar tempat," ajak Kyungju.

"Tukar... apa?"

"Tempat. Noona mau coba mengendarai mobilku?"

"TIDAK! Aku tidak bisa menyetir!"

Kyungju memasang wajah sedih, "ah, sayang sekali... tapi aku akan mengajari noona."

"Jangan bercanda, aku akan membuat kita berdua kecelakaan!"

"Noona mau duduk sendirian disini atau duduk di pangkuanku?"

"APA?"

"Aku tidak bercanda. Aku bisa memindahkan noona kesini kalau aku mau."

Valene tau Kyungju bisa melakukan apa saja sesukanya, jadi akhirnya Valene mengalah dan keluar mobil, bertukar tempat dengan Kyungju. Valene mulai berkeringat dingin, dia sama sekali tidak bisa menyetir. Apalagi mobil yang akan dibawanya ini adalah mobil sport, bagaimana kalau dia menabrakkan mobil ini, dengan apa dia bisa menggantinya?

"Tidak perlu tegang begitu noona, ini mobil automatic, jadi sebenarnya kendali noona hanya disini (menunjuk tuas di antara tempat duduk mereka), itu (kedua pedal gas) dan ini (menyentuh setir mobil). Ayo, sekarang maju," pinta Kyungju sambil memindahkan tuas.

"Ma-maju?"

"Tekan pedal gas yang di sebelah kiri, yang kanan untuk remnya. Tekan sedikit saja."

Perlahan tapi pasti, mobil itu berjalan beberapa sentimeter. Terlalu senang, Valene lupa menginjak gas lagi, dia malah bersorak. Kyungju mendengus.

"Kemajuan bagus, beberapa sentimeter. Ayo, kita tambah jadi beberapa meter."

Valene menggenggam setir mobil dengan sangat erat seolah setir itu bisa lepas kalau dia tidak memeganginya sekencang itu, bahkan tangannya mulai berubah warna jadi putih. Mobil berhasil maju sekitar tiga meter dan Kyungju tampak puas.

"Sekarang kita akan belajar berbelok dan tetap di jalanan aspal," ucap Kyungju.

Valene berkeringat semakin banyak, tapi secara perlahan juga, dia berhasil membelokkan mobil mengikuti jalanan aspal, dengan Kyungju menjadi semacam GPS di sampingnya memerintahkan "kiri" atau "kanan" setiap dia ingin Valene berbelok. Ternyata mengendarai mobil tidak sesulit yang Valene pikirkan. Dia mulai suka ini, apalagi mobil Kyungju gampang sekali dikendalikan, begitu ringan dan mulus di jalanan. Mungkin ini karena mobilnya sangat mahal?

"Sekarang noona boleh tambah kecepatan. Kita tidak akan bisa kemana-mana kalau noona menyetir dengan kecepatan 10 km/jam di jalanan Seoul," ujar Kyungju sambil tertawa.

"Kau mengejekku?" tanya Valene tak senang, menginjak pedal gas dengan lebih kencang.

"Ini dia!"

Valene memacu mobil Kyungju dengan kecepatan 20 km/jam, bahkan semakin berani dengan 30 km/jam, mengitari taman.

"Noona benar-benar luar biasa. Aku jadi semakin menyukai noona."

Terkejut, tak percaya apa yang baru saja didengarnya, Valene menoleh pada Kyungju, dan Kyungju sedang memandangi Valene dengan sangat serius, tidak ada senyum jahilnya yang biasa terhias di wajahnya.

"Kau bilang apa???"

Tanpa sengaja, Valene menginjak pedal gas dengan lebih kencang dan mobil mulai tidak terkendali. Kyungju menyadari Valene panic saat mobil sudah berbelok kiri-kanan dengan tidak teratur dan cepat, bahkan menggilas rerumputan.

"KYAAAH!!!" jerit Valene sambil memandangi depan dengan ketakutan.

"INJAK PEDAL REMNYA! REM!"

"REMNYA YANG MANA?"

"KANAN! YANG KANAN!"

Bukannya menginjak pedal rem, Valene malah menginjak pedal gas dengan lebih kencang, dan mobil mewah itu berjalan lurus menuju tiang lampu di hadapan mereka.

"KYAAAAAAAAH!" jerit Valene dengan lebih kencang sambil menutup matanya.

Tapi seketika semuanya berhenti, tentunya bukan karena Valene mati. Dalam keadaan yang sangat darurat, Kyungju sudah setengah berdiri dan dengan tangan kirinya dia membanting setir mobil, kaki kirinya yang panjang menginjak pedal rem setelahnya. Mobil terhindar dari tiang lampu jalanan dan berhenti di rerumputan. Setelah memastikan mobil berhenti, Kyungju menggunakan tangan kirinya lagi untuk memindahkan tuas ke huruf "S"

"Noona, tidak apa-apa?"

"Aku mati! Aku mati!"

"Tidak, noona tidak mati," hardik Kyungju.

Valene masih gemetaran, itu tampak jelas dari tangannya yang menutupi wajahnya. Kyungju merasa bersalah, lalu duduk kembali di tempatnya dan memutar bahu Valene untuk menghadapnya, dia berusaha melepas tangan Valene dari wajahnya.

"Noona, sungguh kita tidak apa..."

Kyungju terkejut saat melihat Valene rupanya sudah menangis. Valene sesenggukan kecil sambil terus berusaha memejamkan matanya, air matanya mengalir ke wajahnya yang bulat. Kyungju menggigit bibir bawahnya, merasa tidak enak lagi. Wajah Valene yang menangis ini, sekali lagi membuat Kyungju berpikir dia sangat menggemaskan. Kyungju menarik Valene ke pelukannya.

"Maaf noona, aku tidak seharusnya membuatmu terkejut. Tolong berhenti menangis, sekarang kita aman. Noona akan aman, selama aku di samping noona."

Perlahan, Valene mulai berhenti menangis. Dia membuka matanya dan menyadari kehangatan yang mengalir pada dirinya ternyata dari pelukan Kyungju. Otaknya kembali memutar adegan per adegan sebelum pelukan ini. Apakah benar bahwa Kyungju menyukainya? Itu kan yang membuat Valene terkejut tadi? Wajah Valene mulai memerah. Bagaimana dia bisa menghadapi Kyungju setelah ini?

"Permisi."

Keduanya tersadar dan Kyungju melepaskan pelukannya sementara Valene mengambil tissue untuk menghapus air matanya. Mereka terkejut karena di sebelah Valene muncul seorang polisi setengah baya berkumis yang mengetuk-ngetuk pintu mereka. Karena memang mobil sport itu dipasang Kyungju pada posisi kap yang terbuka, Kyungju mengulurkan tangannya untuk menurunkan kaca dan berbicara dengan polisi itu.

"Annyeonghaseyo," balas Kyungju sambil menundukkan kepalanya.

"Apakah kalian tau mobil kalian berhenti di atas daerah rumput yang tidak boleh dirusak? Tapi saya melihat rerumputan disini penuh dengan bekas roda dari mobil Anda."

Kyungju setengah berdiri dan kaget melihat banyak petak rerumputan yang sudah tergilas akibat kepanikan Valene. Valene juga mengikuti jejak Kyungju dan terkesiap akan hasil perbuatannya. Valene melempar pandang panic pada Kyungju.

"Anda akan didenda karena ini. Tolong serahkan Kartu Izin Mengemudi Anda," ujar sang polisi dengan nada resmi pada Valene.

"A... aku..."

Valene masih melempar pandang minta tolong pada Kyungju. Dia tidak pernah punya SIM di Indonesia apalagi Kartu Izin Mengemudi Internasional. Seketika Kyungju tertawa keras.

"HAHAHAHAHAHAHA!"

Baik Valene dan sang polisi melempar pandang aneh pada Kyungju. Kyungju meraih ponselnya, menekan angka 3 disana dan menempelkan ponsel itu ke telinganya.

"Yeoboseyo, sekretaris Kim? Maaf menganggumu subuh-subuh di hari Tahun Baru, aku ingin minta tolong. Aku akan kirimkan posisi kami dan tolong bereskan permasalahan ini ya? Iya, sekarang. Kamsahamnida!"

Valene bingung mengapa Kyungju malah menghubungi sekretaris Kim dalam keadaan begini.

"Maaf Pak, harap tunggu sebentar, sekretaris saya akan datang kesini untuk membereskan semuanya."

Kyungju sudah mengisyaratkan Valene untuk keluar mobil ketika sang polisi masih kebingungan.

"Tunggu sebentar, kalian tidak boleh kemana-mana!" hardik sang polisi.

"Ini pak, pegang saja kunci mobil saya sebagai jaminan."

"Tapi tetap saja..."

"Sekarang lari!" seru Kyungju sambil menggenggam tangan kiri Valene.

Keduanya berlari tunggang-langgang dilatarbelakangi suara teriakan sang polisi. Mereka berdua tertawa senang. Setidaknya, ini bukan Tahun Baru yang biasa saja buat Valene. Selain ini adalah Tahun Baru pertamanya di Korea, dia juga melewati Tahun Baru ini bersama orang yang disukainya, dan dilengkapi dengan seorang polisi dan insiden mobil sport.

Valene masih senyum-senyum sendiri ketika dia memasuki apartemennya. Kyungju berpisah dengan Valene ketika Valene masuk ke lobi apartemennya. Begitu masuk ke apartemennya, suasana gelap gulita dan sinar matahari bersinar malu-malu lewat jendela besar, ternyata saat itu jam 5 pagi, menurut jam dinding yang tergantung di ruang tamu. Betapa kagetnya Valene (bahkan dia mengumpat) ketika dia masuk kamarnya dan menyalakan lampunya, ada Nancy yang tiduran di ranjangnya.

"Kenapa kau disini?"

Nancy langsung duduk tegak, tampaknya dia tidak tidur sama sekali.

"Kau sudah jadian dengan Kyungju?" tanya Nancy penasaran.

"Aku tanya duluan!"

Valene duduk di ranjangnya dan melepas lapis demi lapis pakaiannya.

"Kurasa malam ini rencana kita harus dijalankan."

"Apa? Kalian tidak baikan sama sekali? Apa yang dilakukan Andrew semalaman?"

Nancy mengedikkan bahunya, "dia tidur. Dan kita tidak bicara sama sekali."

Valene mendesahkan nafas khawatir. Nancy memandangi Valene dengan tatapan pasti.

"Ya sudah, aku yang akan menghubungi Yoonsung nanti, habis aku mandi."

"Nah, aku tanya kau, sudah jadian dengan Kyungju?"

"Tentu tidak!"

"Bukannya tidak, tapi belum, kurasa," ucap Nancy sambil nyengir.

Valene heran Nancy masih sempat-sempatnya menggoda Valene padahal dia sendiri dalam masalah berat.

"Jadi apa saja yang kalian lakukan?"

"Ceritanya panjang sekali. Dan kami hampir ditangkap polisi," jawab Valene sambil tertawa.

"APA KATAMU?"

Mendadak semuanya terasa dua kali lebih lucu ketika Valene menceritakannya pada Nancy yang menyimak dengan sangat bersemangat, bahkan ikut tertawa bersamanya. Hanya saja, Valene rupanya lupa pada bagian Kyungju mengatakan dia menyukai Valene, jadi yang Valene katakan hanyalah, dia mendadak menginjak pedal gas dengan kencang. Dia sepenuhnya lupa pada bagian itu, tapi suara Kyungju terus terngiang di telinganya.

"Noona akan aman, selama aku di samping noona."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun