"APA KAU BODOH?"
Mau tidak mau, Nancy memandang tersinggung ke arah suaminya sambil sebelah lengannya memeluk Valene dari samping. Kata-kata itu sudah cukup keterlaluan.
"ANDREW!"
Valene menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan dia terisak kecil. Jelaslah dia sedang menangis sekarang.
"Apa lagi, Nancy? Apa kata-kataku salah? Benar kan dia bodoh? Bagaimana mungkin dia menyerahkan paspor kita pada orang yang baru dikenalnya sehari? Bahkan dia sendiri tidak tau cara menghubunginya!"
"Tapi menurut Valene, dia bukan penipu. Dia naik mobil mewah dan punya ponsel mahal," bela Nancy.
"Memangnya tidak ada penipu yang berakting kaya raya? Satu hari sudah berlalu tanpa kabar darinya dan kita bahkan akan terancam di black list selamanya dari Negara ini tanpa paspor kita!"
"Andrew, menurut Valene, dia pria yang baik."
"Bagaimana dia bisa yakin? Lagipula lihat buktinya, sekarang rencana liburan kita dibuatnya berantakan! Karena itu sejak awal aku tidak pernah mau kesini!"
"Ma... maafkan aku, Andrew..." isak Valene.
"Andaikan semuanya bisa selesai dengan satu kata maaf!"