Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [24]

24 Mei 2020   11:13 Diperbarui: 24 Mei 2020   11:02 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

  • YookSungjae -- Loving You Again
  • DGNA -- Lucky Man
  • Yoo Seonho -- Maybe Spring
  • STRAY KIDS -- Neverending Story
  • Eric Nam & CHEEZE -- Perhaps Love
  • Rainbow -- Pretend
  • GB9 -- Propose
  • Wang Leehom -- The First Morning
  • Moon Junyoung & Park Sangjun -- Too Late
  • WANNA ONE -- Wanna

MIN DONGHYUN'S POV

Aku terkejut ketika mendengar sesuatu jatuh ke air dengan suara yang keras.

"Sepertinya ada seseorang yang jatuh!" seru Dongsun hyong.

Aku, Dongsun hyong dan Hyeil hyong berlari cepat menuju ke arah karang. Dari kejauhan aku bisa melihat riak air dan semakin mendekat aku bisa melihat ujung tangan yang berusaha mengepak ke atas, lalu tangan itu perlahan menghilang. Aku mengenali cincin di jari manis yang dikenakannya: itu miss Baek!

"Donghyun!"

Aku bisa mendengar Hyeil hyong memanggilku tapi aku tak ingin memikirkan apapun lagi. Aku melompat ke air dan seketika tubuhku basah oleh air yang dingin itu. Tidak, miss Baek, tunggu aku. Aku tau dia tak bisa berenang dan hanya berdiri di kejauhan setiap ada kegiatan renang. Jangan tinggalkan aku noona. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menyelam. Meski agak gelap, aku bisa melihat ujung jari jemarinya. Kujulurkan tanganku sambil kudorong badanku masuk ke kedalaman. Aku belum pernah benar-benar menyelam dan terus terang keadaan ini menakutkan bagiku, tapi demi noona, aku tak takut apapun. Aku menggenggam tangannya dan menariknya ke atas, dengan tanganku yang satu lagi aku memeluk tubuhnya dan menariknya ke atas. Seseorang baru saja bergabung denganku dan mendorong tubuhku ke atas: Dongsun hyong. Karena dorongan itu aku mencapai permukaan lebih cepat. Suasana ramai di bibir pantai, tapi yang kupikirkan sekarang hanyalah noonaku. Kuletakkan tubuhnya yang lemas ke permukaan pasir dan kutepuk pipinya pelan.

"Miss Baek, apa kau mendengarkan aku?"

Dia tak bergerak, mukanya tampak pucat. Tidak, dia harus bangun. Dongsun hyong keluar dari air dan berlari cepat menjauh, pasti mencari bantuan. Tapi aku takut bantuan apapun itu akan terlambat. Kutempelkan daun telingaku di depan hidungnya tapi aku tak mendengarkan nafasnya. Kutumpu telapak tanganku di dadanya dan mulai menekannya. Satu dua tiga... kutekan kuat dengan tempo yang sama selama 15 kali. Kudengar lagi nafasnya: tak ada. Kupencet hidungnya dan memaksa mulutnya terbuka, kutempelkan bibirku padanya dan kuhembuskan nafas. Tapi dia masih tak bergerak. Aku mulai panik. Kutekan lagi dadanya.

"Donghyun! Biar bergantian denganku!" seru Hyeil hyong dari sampingku.

"Tidak... tidak miss Baek"

"Donghyun! Tenagamu akan habis kalau seperti itu!"

"Miss Baek... bangunlah..."

Aku tak bisa berpura-pura lagi kalau aku panik. Kenapa dia tak kunjung bangun padahal prosedur penyelamatanku sudah benar? Aku menghembuskan nafasku lagi ke mulutnya.

"Bergeser, Min Donghyun!"

Lee Sonsaengnim mendorongku minggir, tapi tepat saat itu, kudengar noona terbatuk. Dia mengeluarkan banyak air dari mulutnya tapi matanya masih tertutup. Dahinya berkerut, pasti dia kesakitan. Aku tak menyangka kali ini aku yang mendorong Lee Sonsaengnim dan membopong miss Baek. Aku hanya merasa aku melewati Chungdae hyong ketika aku berlari membawa noona ke villa para guru.

***

Kepalaku pusing. Aku membuka mataku dan berusaha mengingat apa yang terjadi padaku. Aku menyadari ini langit-langit kamarku di villa. Aku memegangi kepalaku yang masih berdenyut.

"Noona, kau sudah merasa lebih baik?"

Aku menoleh dan mendapati Donghyun di sampingku. Dia basah di sekujur tubuhnya. Dia meraih tanganku dan menggenggamnya.

"Apa yang terjadi?" tanyaku bingung.

"Noona tidak ingat tadi terjatuh ke air? Apa yang noona lakukan di karang itu?"

Oh, sekarang aku ingat aku meletakkan bendera itu lalu aku terjatuh ke air. Kukira aku mati saat tak lama kemudian segalanya menjadi gelap. Rupanya aku pingsan. Memalukan sekali. Lalu Donghyun...

"Aku sedang mempersiapkan game kalian saat aku terpeleset dan jatuh," ujarku, "Donghyun kau harus mandi."

"Tidak, aku akan mengambilkan makan malam untuk noona."

"Aku merasa baikan sekarang, aku bisa mengambil makananku."

"Tapi noona..."

"Kau bisa masuk angin kalau kau basah begitu. Dan terimakasih, Donghyun. Kau penyelamatku."

Pipi Donghyun bersemu merah dan itu membuatnya terlihat imut sekali. Aku mengecup lembut pipinya.

"Noona!"

Aku tertawa melihat dia yang terkejut lalu mendorongnya perlahan.

"Mandi dan makan, oke?"

"Baiklah, aku akan kembali lagi nanti."

Aku melambai padanya dan ketika dia membuka pintu, Dongsun berdiri disana membawa nampan.

"Oh hyong."

"Miss Baek sudah bangun?"

"Ya. Aku akan mandi dan makan."

"Setelah itu ikutlah kegiatan malam. Biar aku yang menjaganya disini."

"Tapi..."

"Atau semua orang akan curiga."

"Baiklah hyong."

Pintu ditutup oleh Donghyun dan Dongsun mendatangiku, menata isi nampan di meja kecil di samping ranjangku.

"Kubawakan makanan yang kukira miss akan suka."

Aku melihat tteokbokki, eomuk dan ojingeo bokkeum. Mataku berbinar.

"Oh ya aku suka sekali itu!"

Dongsun meletakkan semua lauknya ke atas nasi yang masih mengepul dan menyerahkannya padaku.

"Terimakasih Dongsun."

Aku mulai makan dengan lahap. Aku baru tau kalau sesudah pingsan aku akan selapar ini. Aku pernah tenggelam dan pingsan juga sih dulu saat masih belum SD, tapi aku tak mengingat dengan detil apa yang terjadi sesudahnya.

"Miss, kau benar-benar menakuti kami."

"Maaf," tawaku, "itu tidak sengaja karena karangnya licin."

"Donghyun dan Chungdae terlihat sangat khawatir."

Chungdae. Apa benar ia khawatir tentangku? Aku bahkan tak melihatnya, dia bahkan tak menolongku.

"Dia terus mondar-mandir di depan kamarmu tapi dia tak berani masuk. Chungdae, maksudku," jelas Dongsun, "lagipula daritadi Donghyun menemani miss."

Aku mengunyah makan malamku perlahan. Itu tidak seperti dia. Kalau dia memang khawatir, bisa saja dia masuk kan?

"Ngomong-ngomong, miss benar. Tentang jatuh cinta itu tidak pernah salah."

Aku memandangi wajah Dongsun tajam. Sedang ke arah mana pembicaraan ini?

"Sekalipun kalian adalah guru dan murid, tapi siapa yang bisa mencegah apa yang ingin hati rasakan?" tanyanya sambil tersenyum.

"Dongsun-ah..."

"Aku tidak akan menghalangi kalian," ujar Dongsun, "siapapun yang miss pilih: Chungdae atau Donghyun. Tapi kalau bisa miss memilih dongsaengku ya."

Aku terkejut, tidak tau bagaimana menanggapi gurauan Dongsun.

"Alangkah baiknya jika tak ada yang tersakiti. Tapi siapa yang pernah menduga jika mereka akan terlibat dalam love triangle."

Aku tertawa hambar. Dan kenapa aku harus menjadi perempuan di antara dua sahabat itu? Kalau bisa memilih, akupun tak mau.

"Tapi tolong berhati-hati miss. Perlu waktu lama bagi semua orang untuk mengerti. Bahkan mungkin mereka tak akan pernah mengerti."

"Aku tau. Terimakasih Dongsun."

Kami berbalas senyum dan aku merasa hatiku sedikit lega.

"Kim Saem bilang dia akan membawa miss ke rumah sakit terdekat besok pagi jam 7 untuk memeriksa kalau saja masih ada air di dalam paru-paru miss."

"Sebenarnya bagaimana Donghyun menolongku?"

"Begitu kami mendengar suara sesuatu jatuh ke air, Donghyun berlari lebih cepat dari kami dan dia langsung melompat. Aku menyusul karena aku tau Donghyun tidak pernah menyelam di dalam laut," jelas Dongsun, "miss sudah pingsan saat aku mendorong kalian dari dalam laut."

"Aku terlalu terkejut jadi bahkan tak sempat berteriak saat aku jatuh ke air. Yang ada aku malah menelan air."

"Untung kami dengar suara air, miss. Lalu setelah ke permukaan, Donghyun yang memberi pertolongan pertama pada miss. Dia juga memberikan CPR."

"Apa? Dia melakukan CPR di depan semuanya?" tanyaku sambil menutup mulutku.

"Dia sangat panik, aku bisa mengerti itu."

Dia sangat nekad. Mudah-mudahan semua orang hanya akan menganggap itu tindakan penyelamatan biasa. Kalau tidak, kami berdua akan dalam kesulitan.

"Dan ngomong-ngomong aku tau apa yang kalian lakukan beberapa malam yang lalu di ruang keluarga."

Aku menelan nasiku dengan agak cepat dan itu membuatku nyaris tersedak. Aku terbatuk sekali.

"Apa maksudmu?"

Dongsun menatap mataku tajam tapi ujung bibirnya menarik ke atas, aku jarang melihat wajah dia yang seperti ini, tapi aku yakin sisi usilnya sedang bekerja.

"Apakah perlu kujabarkan secara mendetail?"

Aku meletakkan mangkuk yang kupegang ke meja kecil dengan waspada sambil mataku tetap menatap matanya. Aku yakin senyumnya makin lebar sekarang.

"I was awaken at that night and I'm about to go to the toilet when I open the door and I quickly hide myself again. I saw you and Donghyun are..."

"MIN DONGSUN!"

Aku berteriak dan melompat untuk membungkam mulutnya dengan telapak tanganku. Sial, jadi dia benar-benar melihat segalanya! MELIHAT SEGALANYA! Ah aku benar-benar malu sekarang, apa yang harus kulakukan?

"It's okay miss I won't tell anyone," tawanya melepaskan tanganku dari mulutnya, "it's just shocking to me to know that my brother is so brave, smart and well, he knows much."

"BISAKAH KITA MENGGANTI TOPIK PEMBICARAAN?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun