Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [22]

11 Mei 2020   13:36 Diperbarui: 11 Mei 2020   13:58 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

  • THE EAST LIGHT -- Are You Okay
  • Crush -- Beautiful
  • NCT DREAM -- Candle Light
  • IOI -- Downpour
  • WANNA ONE -- Home
  • WANNA ONE -- I.P.U Confession Version
  • Henry -- It's You
  • NU'EST -- Love Without Love
  • YookSungjae -- Loving You Again
  • DGNA -- Lucky Man

Hari sudah cukup larut ketika satu persatu anggota keluarga Min tertidur. Dongha-ssi yang masuk kamar duluan setelah menonton TV di ruang keluarga bersama; disusul Dongsun yang sampai ke rumah jam 8 malam setelah pulang kegiatan club (dia makan, mandi dan setengah menyeret badannya masuk ke kamar dan tidak keluar lagi setelah itu); Hyereum eonni yang terakhir kali menguap ketika sudah jam 9 malam dan pamit ingin tidur. Hanya tersisa aku dan Donghyun saat itu di ruang keluarga, dia dari tadi berusaha keras mengerjakan project-nya dan bahkan sibuk mengirim pesan ke teman-temannya membicarakan tentang project History itu.

"Ah, aku tak tau lagilah!" serunya membuatku kaget, dia juga membiarkan pensilnya menggelinding dari meja.

Aku menutup novel yang kubaca dan duduk di sampingnya di lantai. Aku melihat apa yang sedang dikerjakannya tapi ketika aku berusaha memahaminya, dia menonaktifkan laptopnya dan menutup bukunya.

"Besok saja. Aku capek."

"Aku tau, kau sudah mengerjakan itu hampir empat jam," ujarku sambil menepuk punggungnya perlahan.

"Aku tak percaya pada dedikasiku sendiri, noona."

"Kurasa kau pasti lapar?"

Aku tau Donghyun bisa makan sangat banyak ketika dia lelah. Dia tersenyum padaku dan menganggukkan kepalanya cepat.

"Baik, ada beberapa kimbap tadi, kurasa itu akan cukup mengganjal perutmu sebelum tidur."

Aku bangun dan mengambil kimbap yang sempat kuhangatkan 10 menit yang lalu dari dalam microwave. Aku kembali duduk di sampingnya di lantai. Dengan santainya dia menyandarkan tubuhnya ke samping tubuhku dan mengistirahatkan kepalanya ke pundakku.

"Min Donghyun," hardikku perlahan.

"Mereka semua sudah tidur."

"Bagaimana kalau Dongsun mau ke kamar mandi?"

"Dia biasanya tidak akan bangun."

Aku tak bisa menasehati Donghyun dan lagipula... aku menyukai saat-saat ketika dia tidak menjahiliku dan malah bersikap manja seperti ini. Aku mengambilkan sepotong kimbap dan menyuapinya, karena aku sudah tau apa yang dimaksudnya ketika dia menunjuk-nunjuk mulutnya.

"Apakah enak? Aku yang membuatnya tapi aku tidak mencicipinya sama sekali."

"Kenapa tidak?"

"Karena kukira kau akan lapar. Bayangkan kalau aku menghabiskannya tadi, kau kemungkinan terpaksa makan ramen."

"Mau mencicipinya?"

Dia duduk tegak dan sesaat kukira dia akan mengambil kimbap, tapi dia mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau ingin mencicipinya kan?"

Sebelum aku sempat berkata apa-apa lagi, dia menempelkan bibirnya padaku. Kudorong dadanya perlahan, tapi aku bisa merasakan kimbap itu di bibirku.

"Apa kau gila?" bisikku agak keras.

"Aku tidak gila."

"Kau kan bisa mengambilkannya untukku. Maksudku, kimbap yang sesungguhnya."

"Tapi itu tidak romantis. Yang begini lebih romantis."

Wajahku panas ketika dia menciumiku lagi. Aku tak kuasa menolaknya, ataukah aku memang menginginkannya juga? Aku pastilah sudah gila melakukan ini di ruang keluarga mereka, dengan resiko siapapun bisa keluar untuk cari minum atau Dongsun bisa saja ingin ke toilet. Tapi ketika hal ini terjadi, otakku macet lagi. Aku hanya bisa membiarkan apapun yang ingin dilakukan Donghyun padaku tanpa aku bisa menolaknya. Bagaimana aku bisa melupakan betapa lembut ciumannya, ketika pertama kali hal itu terjadi adalah tiga hari yang lalu? Aku bisa merasakan tangannya di pipiku dan mengelus pipiku lembut ketika kami berbalas ciuman.

"Apakah kimbapnya enak?" ujarnya sambil tertawa ringan.

Aku memukuli dadanya dengan kekuatan yang lumayan besar, tapi dia hanya tertawa dan menangkapi lenganku. Dia sudah kembali ke sisi dirinya yang usil.

"Kau bisa membuatku mati!" bisikku sambil melotot padanya.

"Mari kita mati bersama."

"Tidak, aku tidak mau mati bersamamu!"

"Kalau begitu matilah sendiri."

Dan dia mengecup bibirku lagi sebelum menjulurkan lidahnya. Entah jam berapa akhirnya kami memutuskan untuk tidur, Dongsun benar-benar keluar dari kamarnya dengan mata yang tertutup dan kami terpaksa menjauhkan diri sejauh yang kami bisa sebelum akhirnya kami merangkak, ya, merangkak, masuk ke kamar kami masing-masing. Min Donghyun, dia sepertinya benar-benar ingin mati.

***

HEO CHUNGDAE'S POV

Sial, benar-benar sial. Aku merasa apapun yang kulakukan akhir-akhir ini tak ada yang baik. Dan perasaanku tidak enak semenjak Choeun noona tinggal di rumah Min Brothers. Donghyun yang lebih ceria dari biasanya juga membuat perasaanku tidak enak.

"Chungdae hyong."

Ini jam istirahat dan aku baru keluar kelas ketika Donghyun menghampiriku.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Aku mengangguk dan mengikutinya ke ujung lorong koridor yang agak sepi.

"Langsung saja aku akan ke pokok pembicaraan. Hyong, aku boleh menyukai miss Baek kan?"

Aku memandang lurus ke matanya, "mengapa kau perlu menanyakan itu padaku?"

"Oh ayolah, hyong kira aku tak tau apa-apa? Kalian dekat kan? Dan akhir-akhir ini dia terlihat sedih karena hyong menjauhinya."

"Aku tidak dengan ikhlas menjauhinya."

"Apapun itu masalah hyong, aku ingin membahagiakan miss Baek. Dan terbukti dia sudah makin bahagia semenjak dia pindah ke tempat kami."

"Seperti aku yang dulu dekat dengannya, kaupun tak boleh dekat dengannya."

"Oh katakan kenapa aku tak boleh."

"Karena..."

Kata-kataku terputus. Aku tak yakin aku bisa menyebutkan nama Noh Sonsaengnim. Kalau aku sebutkan itu alasannya, pasti Donghyun akan menyebutku pengecut dan mungkin, Donghyun tidak akan melakukan hal yang sama denganku. Benar, aku pengecut.

"Kau tau peraturan sekolah sangat ketat dan kalian guru dan murid."

"Kalau itu, tenang saja, aku akan berhati-hati."

Lalu Donghyun melangkah menjauh.

"Ah dan hyong. Aku tak akan membuatnya menangis seperti hyong membuatnya menangis."

Aku hanya bisa menahan amarahku. Aku marah dan malu pada diriku sendiri. Aku malu mengakui kata-kata Donghyun benar. Cinta saja tak cukup untuk membahagiakan dia kalau aku tidak memperjuangkannya. Ternyata memang benar, aku pengecut. Yang bisa kulakukan tiap hari hanya mengikutinya dari kejauhan, aku bahkan tak berani jujur padanya.

How many days have passed? I keep thinking about you

Again today, as soon as I open my eyes, I'm depressed

As I look into my phone in my hands

With a hopeful heart, I want to hear from you

I text you and call you but

I don't hear anything from you, my number's been blocked

I try looking for your social network

But your window is closed, I can only sigh

Every day, I met you, every day, I chatted with you

But now I can't hear your voice from my phone

If you'd give me one call, I'd run to you

But now it's too far away, I can't see you anymore

Are you okay? It's really hard for me right now

Are you okay? I'm crying

I call you, I text you

But I hear no reply

I call you, I text you

But my phone doesn't react

I call you, I text you

But I get no reply

I call you, I text you

My phone is silent


(THE EAST LIGHT -- Are You Okay )

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun