Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[23/55] No Other, The Story

12 Agustus 2019   13:48 Diperbarui: 12 Agustus 2019   13:48 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

XILI'S DIARY

CHAPTER 23

YOU ARE THE ONE

                Aku, Shindong oppa dan Manshi hari ini sama-sama mengunjungi Meifen di rumah sakit segera sesudah kuliah kami selesai. Yifang jie tidak bisa ikut, dia sangat menyesal, tapi itu gara-gara jadwal siarannya. Sebagai gantinya dia janji besok akan ke rumah sakit. Aku mendesahkan nafasku. Yifang jie, demi mendapatkan uang lebih banyak untuk kami, sekarang bekerja sebagai bartender di salah satu klub malam di Seoul.

Aku dan Manshi menolak idenya ini, tapi taulah sendiri kalau Yifang jie sedang keras kepala, pendapat siapapun tak digubrisnya. Aku hanya khawatir pada keselamatannya, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa. Dia sudah bekerja disana selama seminggu dan mengatakan sudah lewat masa trainingnya. Manshi menepuk bahuku dan menggelengkan kepalanya. Dia benar, aku tidak boleh terlihat gelisah. Tak satupun dari oppadeul yang tau Yifang jie bekerja disana, karena mereka pasti akan marah, dan juga... Ryeowook oppa jelas tidak boleh tau, atau itu sama saja membuat hubungan mereka yang kini begitu dekat jadi berantakan.

                "Apartemen serasa sepi juga tanpa si Aqian yang mengomel setiap hari," keluh Manshi.

                "Tapi kata Leeteuk hyung, keadaan Meifen cepat sekali membaik. Kalau semua lancar, minggu depan dia bisa keluar," jelas Shindong oppa.

                "Dia sih ada-ada saja, masih mau memastikan apa minuman itu memang ada racunnya. Dia pikir badannya tahan menerima racun itu. Cuma lihatlah akibatnya, dia tidak mati saja sudah bersyukur."

                "Sebenarnya agak aneh sih dia bisa mengorbankan dirinya untuk Siwon oppa," celetukku.

                "Yep. Bukannya mereka biasanya bertengkar?"

                "Tapi meskipun kita bilang badan Meifen tidak kuat meminum racun itu, tapi dia tidak mati. Kita tidak tau kalau Siwon yang meminumnya, jangan-jangan dia bisa mati," kata Shindong oppa, "keberuntungan orang kan kita tidak pernah tau."

                "Kalau memikirkan kata beruntung, aku jadi merinding," ucapku bergidik.

                Aku tidak bisa membayangkan kalau kami hidup tanpa Aqian sekarang. Rasanya terlalu mengerikan. Akhirnya kami sampai di kamar rawat inap nomor 251. Manshi mengetuk pintu kamar itu.

                "Masuk."

                Aku yang masuk paling belakangan dalam rombongan. Aqian sudah tidak terlihat pucat lagi dibandingkan dua minggu sebelumnya, tapi dia terlihat makin kurus.

                "Ya~ ya~ kau, Qian Meifen. Gimana perasaanmu hari ini?" Tanya Manshi, meletakkan bungkusan makanan ke meja kecil yang ada di kamar VIP itu.

                "Aku sudah kepingin pulang ke apartemen, bekerja dan masuk kampus lagi," jawab Aqian, suaranya masih terdengar lemah.

                "Suaramu masih kedengaran parah, tentu Leeteuk hyung tidak akan mengizinkanmu pulang. Kalau tiba-tiba kondisimu drop waktu di apartemen dan dia tak ada disana, kami bisa apa coba?" Tanya Shindong oppa, membantu Manshi membukakan makanan.

                Memang benar, selama seminggu pertama Aqian di rumah sakit, dia sering membuat kami jantungan. Dia pernah pingsan tiba-tiba, atau sesak nafas, atau muntah-muntah. Leeteuk oppa yang baik hati sampai lembur penuh selama seminggu itu, dia ditemukan tidur di kantornya, tidak pulang sama sekali hanya untuk menjaga Aqian. Karena ulahnya itu, anak-anak apartemen jadi sibuk bolak-balik mengantarkan baju atau makanan sehat untuknya karena takut si dokter juga sakit gara-gara menjaga pasiennya.

Menurut Leeteuk oppa, Aqian meminum racun yang dosisnya sangat tinggi dan biasanya bisa membuat peminumnya mati hanya dalam jangka waktu empat hari (paling lama) setelah diminum. Yifang jie menangis semalaman penuh ketika Aqian di UGD malam itu, dan dia koma selama lima hari. Kami semua sempat putus asa, bahkan Leeteuk oppa-pun putus asa ketika Aqian tak kunjung bangun, sampai hari keenam, detak jantungnya mendadak normal. Tepat seminggu di rumah sakit akhirnya dia benar-benar siuman. Aku benar-benar bersyukur karena itu. Dan ada seseorang yang benar-benar terpukul karena peristiwa itu. Siapa lagi kalau bukan Siwon oppa.

Dia yang tadinya marah karena Aqian membuat kekacauan, langsung berlari keluar ketika Heechul oppa masuk ke dalam ruangan dan mengatakan bahwa terjadi sesuatu pada Aqian. Siwon oppa bahkan yang pertama berlari mencapai Aqian, sebelum yang lainnya sampai. Dia terlihat panic selama Aqian di UGD, dan kudengar dia sama sekali tidak pulang ke rumah selama Aqian koma, dia tidur di apartemen KRYSD dan nafsu makannya menurun drastic. Dari pagi hingga malam diapun selalu menunggui Aqian. Mungkin... dia merasa bersalah jika memang terjadi sesuatu pada Aqian?

                "Tapi aku bosan disini. Hangeng oppa pasti kekurangan tenaga belakangan ini," keluh Aqian.

                "Tapi dia lebih rela kalau kau disini dan memulihkan kondisimu dulu daripada kau pingsan di resto," tukas Manshi, menyodorkan sepiring besar makanan beserta lauk-lauknya, "masakan Ryeowook oppa. Harus makan, penuh dengan gizi."

                Aqian mengambil piring itu dan mulai menyendokkan isinya ke dalam mulutnya. Syukurlah, nafsu makannya membaik.

                "Eits, kalau aku tidak salah, sebentar lagi kita ujian semester ya?"

                "Dua minggu lagi," jawabku, mengingat pengumuman yang aku baca tadi pagi.

                "Rasanya baru kemarin kita masuk ke kampus itu, tau-tau sekarang sudah mau ujian. Bisakah aku keluar rumah sakit sebelum ujian dimulai? Aku masih harus mempelajari dua lagu untuk persiapannya. Benar-benar membuatku panic," keluh Aqian lagi.

                "Kau bisa keluar kalau kondisimu stabil seperti ini. Dan jangan khawatir tentang ujianmu. Kalau sunbae-mu itu Sungminnie, aku yakin kau akan cepat mempelajari lagu-lagu itu," ucap Shindong oppa yakin.

                "Mudah-mudahan begitu, oppa."

                Dan aku jadi terus memikirkan ujian setelah itu. Aku menghabiskan waktuku dengan belajar, tapi tetap tak lupa mengunjungi Pipi di tempat Hangeng oppa dengan regular. Tadi pagi Aqian sudah kembali ke apartemen, dan dia protes begitu tau Yifang jie bekerja di bar. Tapi, seperti biasa, Yifang jie tidak menggubris semua protes kami.

                "Xili, ngomong-ngomong si Suxuan mana ya? Dia sudah tidak masuk selama dua hari."

                Pertanyaan Henry memecah lamunanku. Aku menoleh ke kursi sebelah kiriku yang biasanya diduduki Suxuan, tapi hitungan Henry benar kalau sahabat baruku itu sudah tidak datang ke kampus selama dua hari.

                "Kalau hari ini dia masih tidak datang, berarti ini hari ketiga, kan?" aku balik bertanya.

                "Iya. dia ngapain ya? Sudah mau ujian begini dia malah tidak masuk kuliah," malahan si Henry bertanya lagi.

                "Kenapa kau tidak meneleponnya kalau kau khawatir dengannya? Lagipula kalau tentang ujian, kau tak perlu khawatir, Suxuan tak perlu banyak belajar, toh nilai-nilai tugas dia selalu stabil. Yang perlu banyak belajar itu kau," kataku, menunjuk hidungnya.

                "Hahaha... jangan bilang begitu, Xili, aku jadi malu. Makanya aku mau belajar denganmu. Kapan aku bisa ke apartemenmu? Kita belajar bareng."

                "Bilang saja kau mau ketemu Yifang onnie."

                Si Henry malah tertawa. Dasar. Apa dia tidak lihat hubungan Ryeowook oppa dan Yifang jie segitu dekat? Dasar nekad. Dan pada waktu itu, Suxuan muncul. Mukanya yang biasanya cool sekarang tampak agak kusut, sepertinya lagi kena masalah. Tangannya mencengkeram sebuah majalah. Dia berjalan cepat ke arah kami dan duduk di kursinya dengan membanting tubuhnya.

                "Aigo, Suxuan... kau kenapa? Kau sakitkah dua hari ini?"

                "Tidak. Lihat ini."

                Suxuan meletakkan majalah itu tepat di depanku. Aku dan Henry saling berpandangan, lalu aku mengambil majalah itu dan membacanya berdua dengan Henry. Ternyata itu majalah anak muda yang cukup terkenal di Seoul, dan di halaman kiri, tertulis besar-besar judul PENGUMUMAN FINALIS PEMILIHAN ARTIS BERBAKAT KOREA, BABAK PENYISIHAN. Aku mengerutkan dahiku. Tapi aku melihat foto-foto kecil dan nama-nama yang dicantumkan di halaman itu, kira-kira ada 50 nama.

                "Suxuan, kau ikut pemilihan ini? Kau mau memberitau kami kalau kau lolos? Jadi ini yang kau kerjakan selama ini?" Tanya Henry tak berhenti.

                "Kalian lihat saja apa ada namaku disana," jawabnya, nadanya terdengar kesal.

                Tidak. Aku tidak menemukan nama Suxuan. Di otakku tiba-tiba muncul pengertian.

                "Suxuan! Kau ikut kontes ini dan tidak lolos! Itu yang kau lakukan dua hari ini! Tapi aku tidak tau kalau kau berminat di dunia entertainment!" seruku, mengalihkan pandangan ke wajahnya.

                "Iya. memang aku tertarik. Dan aku gagal untuk yang ketujuh kalinya!"

                "APA?" tanyaku dan Henry kompak.

                Suxuan tiba-tiba menjatuhkan wajahnya ke tangannya yang dilipat di meja, sedangkan tangan kanannya memukul meja. Untunglah saat itu kelas sedang sepi, banyak yang belum datang. Henry mengitari meja dan mencengkeram tangannya.

                "Jangan menyakiti dirimu sendiri, Suxuan," Henry mengingatkan.

                "Pasti ini gara-gara aku kurang cantik. Promotor yang sebelumnya bilang aku kurang cantik. Kalau bakat mungkin aku ada. Aku lelah sekali mewujudkan impianku. Aku ingin berhenti," ujar Suxuan, masih menundukkan wajahnya.

                "Gak gitu kok, Suxuan. Kalau menurutku... kau hanya kurang punya style. Kurang tepat."

                Suxuan mengangkat kepalanya dan memandang Henry.

                "Oh ya?" tanyanya.

                Aku memperhatikan Suxuan dengan baik. Tinggi badannya memang mungkin tidak sampai 155 cm, tapi badannya mungil, itu modal yang bagus. Jelek? Tentu tidak. Sepertinya pendapat Henry benar dan sepertinya... aku tau jalan keluarnya.

                "Suxuan, tentunya kau mau ikut kalau ada kontes berikutnya, kan?" tanyaku untuk memastikan.

                "Entahlah, jujur saja aku sudah putus asa."

                "Jangan dong. Lihat teman-temanku yang actor dan penyanyi. Mereka juga gagal belasan kali dan training sangat lama lho baru bisa terkenal seperti sekarang," ucap Henry menyemangati.

                "Kau akan kubawa ke salon temanku sebelum kontes. Dengan sedikit make over, kau akan tampil beda dan pasti akan berhasil kali ini," yakinku.

                Manshi dan Heechul oppa pasti bisa memberikan yang terbaik untuk Suxuan, lagian Suxuan juga tidak butuh dandanan yang ribet. Tinggal tergantung bakat dan keberuntungannya saja.

                "Aku tidak yakin," ujar Suxuan, alis kirinya dinaikkan sedikit.

                "Ah... Manshi noona dan Heechul hyung! Mereka pasti bisa, Xili. Ayo Suxuan, dicoba sekali lagi," ajak Henry.

                Suxuan masih menaikkan alisnya, tapi akhirnya setuju juga. Tidak kusangka... rupanya Suxuan yang cool begitu mati-matian mau masuk dunia entertainment. Senang juga kalau ada satu lagi teman yang jadi artis, lagian temanku selama ini semuanya pria yang jadi artis. Begitu aku pulang apartemen siang itu, aku melihat pintu kamar Yifang jie terbuka, dan Yifang jie sedang sibuk dengan laptopnya. Tapi dia mendongakkan kepalanya begitu melihatku.

                "Jie..." panggilku, tersenyum padanya.

                Yifang jie terlihat agak kurus belakangan ini, soalnya jadwal siarannya bertambah, lalu kuliah dan kerja di bar membuatnya juga jarang ada di apartemen. Dia tersenyum balik padaku, terlihat capek.

                "Sini, Xili, ada yang mau jie bicarakan padamu."

                Aku masuk ke kamarnya dan duduk di ranjangnya. Hampir semua isi kamarnya berwarna hijau, warna favoritnya. Karena teman-teman kami tidak ada yang memfavoritkan warna hijau, aku ingat Heechul oppa dan Ryeowook oppa yang banyak tukar pendapat untuk memilih isi kamar ini. Tapi, secara keseluruhan, mereka berhasil mengisi dan menata kamar ini dengan cantik.

                "Xili, kita sebentar lagi mau ujian. Jie minta mei untuk lebih konsentrasi pada ujian itu mulai sekarang," pintanya.

                "Hmm... iya, jie. Henry mau datang belajar bersama tapi kami belum tentukan waktunya. Mungkin nanti kami sekalian ajak Suxuan."

                "Baguslah kalau begitu. Dan jie ada dua permintaan lagi. Pertama, jie minta mei jangan lagi pernah minta dicarikan kerja pada Geng oppa ataupun Hae oppa. Kedua, kurangi jumlah kunjunganmu ke tempat Geng oppa," kata Yifang jie, tegas.

                "Aku minta dicarikan kerja karena aku lihat jie capek bekerja siang-malam seperti ini. Lagipula aku punya banyak..."

                "Tidak. Jie sudah bilang jangan. Dan permintaan terakhir, bisa dipenuhi, kan?"

                "Tapi kenapa aku tidak boleh ke tempat Hangeng oppa? Aku ingin ngobrol dengannya dan mengunjungi Pipi..."

                "Geng oppa disitu bekerja. Cepat atau lambat dia akan merasa terganggu dengan kedatanganmu. Dan ingat, apa tujuan kau datang ke Seoul? Kau mau kuliah, mau belajar. Bukannya mencari pacar," tukas Yifang jie.

                "Tapi jie... jie-jie kan tau aku suka sama Donghae Oppa, jadi..."

                "Jie tau kau suka Hae oppa, tapi sekarang kaupun dekat dengan Geng oppa. Yang harus mei tau, jie hanya membatasi mei pada tahap mengidolakan, bukan mencintai atau segala macamnya. Umur mei belum cukup untuk hal yang begituan," tukas Yifang jie sekali lagi.

                Tiba-tiba aku tersinggung. Kenapa dia bilang seperti itu? Padahal dia sendiri juga mau kan pacaran dengan Ryeowook oppa? Aku juga punya hak dong untuk pacaran dengan Hangeng oppa? Aku sudah 18 tahun, siapa yang bilang aku belum boleh pacaran? Kok dia jadi semena-mena begitu sih?

                "Jie tak boleh melarangku seperti itu. Aku sudah dewasa, aku tau apa yang kulakukan. Dan selama yang kulakukan tidak merugikan siapapun, kenapa aku tidak boleh?"

                "Mei... percayalah jie bilang ini semua untuk kebaikan mei, apalagi soal pacaran. Mei belum tau bagaimana rasanya... disakiti oleh orang yang kita cintai. Berteman saja sudah cukup dengan mereka, tak perlu sampai lebih," ucap Yifang jie, "jie juga tidak berpikiran untuk pacaran sekarang. Keadaan kita tidak memungkinkan..."

                "Jie boleh saja ada pendapat, tapi aku boleh punya pilihan sendiri dong. Kenapa jie begitu..."

                "Jie tak mau melihatmu menangis. Jie disini untuk menjagamu, menjadi walimu sementara orangtuamu tak ada. Makanya jie bertanggungjawab..."

                "Ah, jie, sudahlah! Aku sekarang jadi tak bebas! Jangan mengatur hidupku sampai begitu, dong!"

                "Mei, sekarang kau juga jadi keras kepala. Baiklah, terserah padamu saja. Mei tidak mendengar pesan orangtua mei pada hari terakhir mereka akan pulang. Mereka berpesan supaya jie harus lebih menjaga mei lagi," ujar Yifang jie sambil mendesahkan nafas, "tapi kalau mei pikir mei sudah cukup dewasa dan bisa mengatasi semua hal tanpa mendengarkan opini orang lagi, silakan lakukan saja. Tapi kalau terjadi sesuatu, jie tidak akan campur tangan."

                Aku merasa sebal padanya. Dia sekarang saja sudah terlalu banyak ikut campur. Aku memang sayang dia yang sudah kuanggap jie-jieku sendiri, tapi dia tetap tidak punya hak untuk mengatur hidupku. Aku keluar dari kamarnya dan membanting pintu, masuk ke kamarku. Siapa bilang aku akan menangis? Hangeng oppa tidak akan menyakitiku, kan?

Kurasa mama dan baba tidak mungkin melarangku pacaran kalau mereka juga merasa orang itu cukup dewasa. Aku yakin mereka juga tidak keberatan kalau orang itu adalah Hangeng oppa. Dasar Yifang jie terlalu banyak ikut campur, menyebalkan! Kalau lagi stress atau capek, jangan limpahkan kekesalan padaku dong. Hidupku jadi tidak bebas. Benar-benar menyebalkan. Aku jadi hanya bisa menghabiskan waktuku di kamar, di ranjangku untuk tidur, di meja belajarku untuk belajar semua yang rasanya sudah kuhafal, dan di depan laptopku dan ponselku, surfing atau chatting dengan teman-teman Guangzhou-ku.

Dhae oppa> Huang Xili!!! Orangnya ada?

                Aku terkesiap waktu pesan KKT masuk ke ponselku. Itu Donghae oppa. Tiba-tiba perasaanku jauh lebih sejuk. Rasanya aku sudah cukup lama tidak ngobrol atau jalan berdua dengannya.

Oppa... aku ada disini... oppa dimana?

Dhae oppa > aku ada di kamarku... bosan sekali disini... Cuma ada Wookie dan Yesung hyung, dan taulah sendiri kalau mereka berdua lagi sama2

Mereka tidak menganggapku ada disana, mereka sibuk sendiri, main game di televisi ruang tamu...

Aigo, kasihan sekali oppa

Dhae oppa > kau sendiri lagi ngapain? Kuharap kau tidak sedang boring seperti aku?

Sebenarnya aku juga lagi boring. Sama seperti oppa

Dhae oppa > woa, kebetulan sekali. Aku ada ide bagus. Kita kan sudah lama tidak keluar. Kau mau keluar denganku? Makan hotpot untuk mengusir rasa dingin di dalam tubuh?

                Aku melirik jam dindingku, jam tiga sore. Yifang jie pasti sudah pergi, dia siaran dengan Eunhyuk oppa hari ini. Tapi... dia mengancam...

Entahlah aku bisa keluar atau tidak, oppa. Aku sebenarnya lagi ada masalah dengan yifang onnie, dia melarangku keluar

Dhae oppa > tapi dia sendiri gak ada kan? Tadi aku bertemu dengannya di lantai satu, dia buru2 siaran... ngomong2 dia kenapa kurusan ya?

Ng... sibuk. Jadi dia sudah pergi, oppa?

Dhae oppa > sudah. Ayo kita pergi, kan dia juga tidak tau. Kau kan cukup hafal jadwalnya. Kita pulang sebelum dia pulang, beres kan? Di apartemen ada siapa? Apa bisa melapor padanya?

Ada Aqian, tapi dia sepertinya tidur di kamarnya. Apa... oppa yakin kita bisa keluar dengan aman?

Dhae oppa > aman kok. Ayo. Aku tunggu di depan pintu apartemenmu 10 menit lagi. Sampai jumpa

                Aku masih memelototi chat kami. Donghae oppa... aku nyaris lupa kalau dia ada. Mungkin saja kalau aku ke resto, aku mengganggu kesibukan Hangeng oppa, tapi kalau aku keluar begini dengan Donghae oppa, tak ada yang merasa terganggu, kan? Lagipula kata-katanya juga benar, toh Yifang jie tidak tau. Aku sudah lama tidak berdua saja dengannya, dan aku ingin melihatnya yang selalu bersikap lembut padaku itu, sekali lagi membuatku senang. Tanpa banyak berpikir lagi, aku membuka lemariku dan berganti pakaian.

Sepuluh menit kemudian aku sudah siap, lalu mengecek keadaan apartemen. Sejauh yang kulihat, apartemen kami cukup kosong, dan aku yakin Aqian masih tidur untuk memulihkan kondisinya. Aku berjalan cepat menyusuri apartemen dan begitu aku membuka pintu, wajah manis Donghae oppa Nampak, dan dia menyodorkan boneka kero-keroppi kecil padaku.

                "Untuk Xili yang lagi boring dan kesal, mudah-mudahan si Kero bisa mengurangi rasa kesalnya."

                Aku tersenyum dan membawa boneka itu dalam pelukanku. Bagaimana dia tau cara untuk menghiburku? Sejak kapan dia siapkan boneka ini? Dan ketika melihat senyumnya, aku tau aku pastilah gadis yang beruntung, bisa berhubungan dekat dengannya seperti ini.

You are the one

You're the only love for me
You are the sun

Your smile washes over me
You are my love

And I'm the only one for you

I'll always be by your side

                "Xili, kalau lain kali lagi bad mood atau butuh teman curhat, bisa cari aku kok. Kesal jangan dipendam sendirian lho," kata Donghae oppa, masih sambil tersenyum.

                "Iya. oppa baik sekali," ucapku tulus.

                "Suka bonekanya?"

                "Suka."

                "Ayo kita ke resto baru yang agak jauh dari sini, biar tidak ketahuan. Oh ya, ngomong-ngomong, kalau lain kali Yifang sudah keluar, kita bisa keluar lagi. Kalau dia tidak tau, dia kan tidak akan marah. Oke?" usul Donghae oppa.

                "Tapi... aman, kan?"

                "Pasti dong. Tapi kau tetap tidak boleh main terus. Sudah mau ujian, kan? Di apartemen yang paling rajin belajar sekarang Wookie dan Kyu. Kami ada rencana membelikan Wookie grand piano supaya dia bisa latihan..."

                Mendengar celotehan Donghae oppa, aku merasa kekesalan yang tadinya kurasakan kini begitu jauh, rasanya seperti kekesalan beberapa hari yang lalu, sama sekali tidak mempengaruhiku lagi. Hanya dengan segini mudahnya, dia bisa mengusir semua perasaan yang tidak enak. Jangan-jangan memang benar... sejak dulu yang kucintai itu Donghae oppa. Tapi bagaimana dengan Hangeng oppa? Bukannya aku juga suka berada di dekatnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun