Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[21/55] No Other, The Story

9 Juli 2019   11:28 Diperbarui: 9 Juli 2019   11:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                Seperti biasa, aku tak akan menang berdebat dengan Heechul, jadi aku pasrah saja saat dia membawaku turun ke lantai dansa. Heechul bisa mengajariku dansa dengan baik, nasibku baik, tapi tidak dengan Donghae. Aku mendengar Xili beberapa kali minta maaf karena menabrak dan menginjaknya. Manshi entah bagaimana sudah mahir berdansa, dan sekarang sudah berganti Henry sebagai pasangannya. Saat itulah aku baru melihat Yifang dan Ryeowook, keduanya mukanya semerah tomat turun ke lantai dansa. Rasanya malam itu aku bisa menarikan paling sedikit tiga jenis dansa, tidak memalukan ketika Sungmin dan Kyuhyun bergantian berdansa denganku. Setelah agak capek berdansa, aku izin dari Kyuhyun ingin ke toilet. Toiletpun penuh, tapi untunglah toiletnya banyak jadi aku tak perlu mengantri. Aku melihat penampilanku di cermin. Gaun berwarna putih dengan rok terusan mini yang sempit membalut tubuhku yang sempurna, rambutku yang digelung ke atas juga sangat cocok, nail art-ku juga berwarna putih dengan corak merah, semuanya kreasi Heechul dan Manshi. Aku memang cantik, kan? Aku keluar dari toilet, lalu melihat sesuatu yang menarik perhatianku.

                "Dan dia pasti akan menyesal karena melangkahi kita."

                Aku melihat tiga orang pelayan berkerumun, salah satunya membawa nampan berisi sebotol sampanye dan lima gelas yang sudah terisi minuman berwarna keemasan. Lalu yang berdiri membelakangiku, kulihat dia mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku celananya. Aku bergeser untuk melihat apa yang mereka lakukan. Dia membuka kertas itu, yang ternyata menumpahkan bubuk berwarna keunguan ke dalam salah satu gelas. Bubuk itu dengan cepat larut dan tidak tampak lagi, kini menjadi sama warnanya, keemasan, dalam gelas itu. Setelah itu mereka berjalan menjauh. Racun? Tapi aku tak peduli. Aku tak ingin jadi orang yang banyak ikut campur. Selama mereka tidak meracuniku, untuk apa aku peduli. Lagipula, lihat akibatnya Xili yang terlalu banyak ikut campur jadi membuat Hangeng terluka. Lukanya baru saja sembuh, tapi selama masa itu dia tidak boleh memasak, dan harus bolak-balik rumah sakit untuk diobati Leeteuk. Ikut campur selalu berakibat buruk.

                "Kau lama sekali, Aqian. Cepat duduk, acara minum sampanye sudah mau dimulai."

                Aku kaget karena Yifang sudah muncul di depanku. Tanpa sempat berucap, dia sudah menarik tanganku kembali ke meja kami. Setelah membawaku duduk, dia baru kembali ke kursinya di antara Ryeowook dan Zhoumi. Saat itulah aku baru sadar Siwon dan kedua orangtuanya juga sudah duduk di meja itu. Appanya, seorang yang terlihat tampan di umurnya yang sepertinya masih 40-an, tubuhnya hampir sama tingginya dengan Siwon. Ommanya, juga begitu cantik, baru kusadari hidung dan bentuk bibir Siwon pastilah diwariskan dari ommanya. Wajar dia begitu sempurna, orangtuanya saja seperti itu. Semuanya bertepuk tangan sopan ketika Siwon berdiri.

                "Sekali lagi, aku mengucapkan banyak terima kasih untuk Anda semua yang hadir di acara ini, mengucapkan terima kasih untuk bantuan kalian dalam bentuk apapun, bahkan dukungan kalian yang sangat berharga untukku, hingga cabang perusahaan fashion Choi Company yang pertama berhasil dibuka di Bangkok," ucapnya, "aku akan bersulang untuk kalian."

                Aku membelalakkan mataku ketika aku mengenali si pelayan yang membawa nampan yang kulihat di dekat toilet tadi mengantarkan minumannya. Si pelayan menyerahkan tiga gelas yang sudah terisi pada Choi sekeluarga. Aku berusaha menerka... yang kulihat tadi, apakah memang mereka masukkan racun? Lalu gelas yang mana? Yang punya Siwon, appanya, ommanya? Tubuhku langsung tegang ketika melihat Siwon mengangkat gelas di tangannya tinggi-tinggi. Heechul bereaksi juga, tapi dia menarik tanganku.

                "Kenapa, Meifen? Jangan buat masalah. Ini hari yang penting untuk Siwonnie. Dia harus bisa menjaga image-nya di hadapan tamunya," wantinya.

                Aku berdecak cemas. Kalau memang... itu racun... aku bisa apa? Kalau itu juga bukan racun... aku bisa apa? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak boleh membuat kekacauan, tapi kalau Siwon minum itu...

                "Dan untuk sahabat-sahabatku yang begitu kucintai, yang mendukungku sejak langkah pertamaku di dunia bisnis, yang selalu bisa memaklumi kesibukanku, yang tidak pernah berhenti berada di sampingku," ujar Siwon menghadap ke kami semua, "Henry Lau, Cho Kyuhyun, Kim Kibum, Lee Hyukjae, Lee Sungmin, Shin Donghae hyung, Park Jungsu hyung, Kim Heechul hyung, Kim Youngwoon hyung, Hangeng hyung, Kim Ryeowook, Lee Donghae, Zhoumi, dan Kim Jongwoon hyung... semoga kita bisa bersahabat selamanya. Semoga sampanye yang kuminum ini membuat persahabatan kita semakin erat dan kesuksesan menyertai kita semua!"

                Dan tanpa berpikir panjang, aku melepaskan diriku dari cengkeraman Heechul, berlari cepat dan merebut gelas itu dari tangan Siwon. Masih tanpa sadar, aku meminum isi gelas itu. Aku perlu memastikan apa itu racun atau bukan. Tapi... rasanya tetap sampanye. Memabukkan, dan baunya keras, walau sekaligus terasa pahit. Bisik-bisik terdengar dimana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun