Dalam industri kreatif Indonesia, bidang apapun dapat dijadikan sebagai alat dalam mewujudkannya, salah satunya industri kuliner. Hal ini dikarenakan dalam CNNIndonesia, menurut menteri Pariwisata, Arief Yahya, Â industri kuliner menyumbangkan 42% dari ekonomi kreatif Indonesia tahun 2017.
Dalam hal ini, Industri kuliner menduduki posisi tertinggi, kemudian industri fashion dengan 18% dan craft atau kriya dengan 15% dari data badan ekonomi kreatif (Bekaf). Dapat dikatakan, pencapaian ini tidak terlepas dari kegiatan belanja dan kuliner dalam dunia pariwisata. Total belanja dan kuliner mencapai 75% dan industri kuliner sendiri menduduki posisi tiga besar dalam pariwisata.
Pembaca kompasiana dapat melihat Chinatown di mana-mana, bahkan di Indonesia seperti di glodok dan pasar senen. Sedangkan kuliner Thailand memiliki daya tarik sendiri yaitu rasa yang khas dengan rempah-rempahnya. Boleh disimpulkan, baik China dan Thailand sukses menjadikan industri kuliner sebagai bentuk diplomasi baru.
1. Belum memiliki makanan nasional
2. Tidak memiliki destinasi kuliner
Menurut Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata, Vita Datau, pemilihan ketiga destinasi wisata kuliner ini tak hanya karena digemari masyarkarat maupun wisatawan, namun dari penilaian tim pada tahun 2015, produk, pelaku, dan pemda atau 3P dari ketiga daerah itu mencapai standar nilai yang ditetapkan.Â
Tidak hanya itu, produk yang disajikan harus unik,otentik dan populer dikalangan wisatawan, tempatnya seperti apa, kebersihannya dan yang paling penting adalah komitmen pemda memajukan industi kuliner di daerahnya.
3. Tidak memiliki restoran yang disponsori pemerintah
Oleh karena itu, 'wonderful Indonesia' dari Kemenpar akan merangkul 10 restoran Indonesia seperti di Belanda dan Australia untuk menjadikan diplomasi kuliner Indonesia lebih dikenal masyarakat internasional. Jika respon masyarakat internasional menyukai masakan Indonesia, diharapkan juga berdampak bagi pariwisata di Indonesia
Harus diakui, posisi tawar Indonesia di dunia internasional dalam hal politik dan ekonomi masih sangat lemah sehingga kita sering mengikuti alur negara-negara barat.Â
Sudah saatnya Indonesia menemukan kekuatannya sendiri dalam berdiplomasi dan industri kuliner adalah alat yang sempurna untuk mewujudkannnya. Meski berpotensi sebagai alat diplomasi baru Indonesia di kancah internasional, berbagai pihak harus serius dan berkomitmen untuk mendukung dalam mewujudkannya.Â
Pemerintah dapat mendukung dalam memberikan fasilitas maupun pendanaan serta membantu promosi dari G to G atau dari negara ke negara lain. Sedangkan bagi pelaku industri kuliner indonesia diharapkan semakin kreatif agar industri kuliner Indonesia terus berkembang.