"Kita sering protes di media sosial, tapi lupa aksi nyata. Saya ingin ubah pola pikir itu," pungkasnya, menegaskan komitmennya untuk mengubah retorika menjadi gerakan nyata demi keberlanjutan lingkungan.
Di balik kesibukannya, Nayla menatap mimpi luhur: menjadi diplomat. "Ini langkah awal. Saya belajar berkomunikasi, bernegosiasi, dan membangun jaringan. Pengalaman sebagai duta adalah bekal berharga untuk karir diplomasi saya nanti," tuturnya dengan mata berbinar. Â
Selama masa jabatan satu tahun sebagai Duta Lingkungan, Nayla Syakira Khalishah menetapkan tiga target utama yang menjadi peta jalan pengabdiannya, sekaligus memandang peran ini sebagai "latihan" fundamental untuk misi lebih besar yang diimpikannya: menjadi diplomat yang memperjuangkan isu lingkungan di panggung global.Â
"Pengalaman DPNSU mengajari saya bagaimana menyuarakan aspirasi dengan data dan solusi konkret, bukan sekadar retorika," ungkapnya, menegaskan bahwa setiap program yang dijalankan—mulai dari kampanye digital hingga pengabdian masyarakat—adalah bekal strategis untuk karir diplomasi di masa depan.
Menutup perjalanan inspiratifnya, Nayla menyampaikan pesan tegas bagi generasi muda: "Jangan ikut kompetisi hanya untuk pamer. Gali potensi diri, bagikan ilmu, dan jadikan setiap pengalaman sebagai batu loncatan. Saya dulu ikut kompetisi karena 'terpaksa', sekarang saya paham maksud Mama: semua pengalaman adalah investasi. Kalau saya bisa, kalian juga pasti bisa!"
Ia pun menekankan filosofi keseimbangan hidup: "Di asrama, kita dapat disiplin; di luar, kita dapat kreativitas. Jangan jadi santri yang 'terkurung', tapi jadilah santri yang terhubung dengan dunia."Â Dengan semangat itu, Nayla membuktikan dirinya bukan hanya duta dengan hati untuk bumi, tetapi juga jiwa diplomat muda yang siap mengharumkan nama bangsa melalui aksi nyata dan visi global.
Kisah Nayla Syakira Khalishah adalah cerminan generasi muda yang cerdas, berkomitmen, dan visioner. Dari asrama Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara hingga panggung DPNSU, ia menunjukkan bahwa prestasi dan pengabdian adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Bersama dua rekannya: Aisynajwa Aqeela MS (Duta Utama) dan Rizky Ananda Putri (Duta Persahabatan), Nayla membuktikan bahwa santriwati tidak hanya unggul dalam akademik, tapi juga mampu menjadi agen perubahan. Â