Mohon tunggu...
Sunan Doro
Sunan Doro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Linux Lover

Linux Defender, Android Supporter, Coffee Lover

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

#002 : Bulan Sabit di Ufuk Republik

2 Agustus 2014   05:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:38 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

#001

Lelaki tua berumur 62 tahun itu bernama Swandoyo, berperawakan sedang, tinggi badan 162 cm, berjalan tegak, gesit, mencerminkan energi dinamis. Swandoyo duduk di sebuah bangku kayu di teras barat ITC Cempaka Mas. Tak lama kemudian seorang lelaki muncul dari balik pintu taxi express dan bergegas menyalami Swandoyo.


" ... Pak Tambunan", Swandoyo berdiri membuka kedua tangan dan memeluk lelaki yang baru saja turun dari taxi. " Sebelas tahun tidak bertemu, kamu makin muda saja" demikian kata lelaki yang dipanggil Pak Tambunan.


"Bagaimana kabar anak - anak" Kata Swandoyo selanjutnya


"Puji Tuhan, semua baik dan sehat, cucuku sudah 3 sekarang" Kata tambunan sambil tertawa lebar.


Tak lama keduanya, terlibat dalam pembicaraan hangat, sambil sesekali tertawa berderai. Tambunan dan Swandoyo menyetop sebuah Taxi dan berdua naik kedalam taxi.


"Jatibening Bang " Swandoyo menyebutkan tujuan mereka. Supir taxi tidak menjawab, langsung menjalankan taxi dengan tenang.


Tiba di sebuah rumah di bilangan Jatibening Estate, Swandoyo dan Tambunan berhenti, keluar dari taxi. Membuka garasi rumah dan mengeluarkan sebuah mobil Jeep Hard Top tahun lawas. Tambunan menggeleng - gelengkan kepala. "Apa kita masih pantas naik mobil ini ?". Swandoyo tertawa lebar tanpa berkata apapun. Merekapun mengendarai Hard Top lawas menuju kawasan Purwakarta. Berhenti di sebuah kampung, menitipkan Mobil pada kenalan di Purwakarta, berdua melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.


Swandoyo berjalan makin cepat saat menapaki jalan menanjak, hari sudah agak gelap, namun kegelapan tidak menghalanginya bergerak cepat.


"Eh ...." Tambunan berseru karena dia sudah tertinggal sekitar 100 meter, menarik nafas panjang dan mempercepat langkah kakinya.


Tak lama kemudian, keduanya bagaikan berlomba lari di jalan setapak desa wanayasa, menuju sebuah perbukitan. Swandoyo dan Tambunan sesekali saling mentertawakan apabila sempat menyalip. Tidak tampak nafas keduanya terengah - engah, pernafasan mereka masih teratur, meskipun keringat mulai membasahi tubuu. Sekitar 37 menit kemudian, keduanya tiba di sebuah pondok sederhana. Seorang lelaki tua menyambut keduanya sambil tertawa lebar. "Kalian tidak pernah berhenti bersaing sampai setua ini", demikian lelaki Tua yang dikenal sebagai Aki Sambi, menyambut Swandoyo dan Tambunan. Aki Sambi berumur sekitar 74 tahun, tubuhnya kurus namun tampak sehat, berambut tipis, sebagian besar sudah berwarna putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun