Mohon tunggu...
Putri Afin Nurhayati
Putri Afin Nurhayati Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Biologi Masa Depan, Mencoba setia dengan berpihak pada alam, Penyambung suara hati bumi

-

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hujan Lebih dari 5 Jam, Pasuruan Terendam

4 Februari 2021   13:03 Diperbarui: 4 Februari 2021   13:16 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

"omahmu yaopo ran" (rumahmu bagaimana ran?)

Pertanyaan yang mungkin didapatkan Rani untuk kesekian kalinya. Maklum, Rani tinggal di daerah 'Rawan Banjir'. 

Rabu 3 Februari 2021

Pagi hari terasa sangat cerah dan ceria, aktifitas manusia berjalan seperti biasanya, meskipun tetap di rumah saja. Keceriaan pagi-siang hari mendadak berubah dengan awan kelabu di seluruh langit Pasuruan, hingga akhirnya air mulai berjumpa dengan bumi dari ba'da ashar hingga ba'da isya pun hujan tak kunjung reda. Berbagai story melaporkan keadaan rumah dan lingkungannya masing-masing.

"sepertinya tidak jadi ke surabaya" pikirku saat sebelumnya sudah izin ke ibu untuk pergi ke surabaya esok hari

sesaat kemudian, melihat kabar banjir mulai mengunjungi hingga sudut rumah warga, merendam segalanya yang belum sempat (mungkin juga tidak mungkin) untuk diangkut ke plafon.

hingga saat artikel ini ditulis, kabar banjir belum surut masih memenuhi informasi media maya. Akun instagram Seputar Pasuruan meliput banjir di berbagai daerah, seperti Gempol, Taman Dayu Pandaan, Kalianyar, Kalirejo, Kedunglarangan, hingga Kraton.

lalu, apakah penyebabnya?

mungkin warga akan dengan mudah "soale udane suwe, ket sore gak mandek-mandek" (karena hujannya lama, dari sore tidak berhenti)

logis, juga fakta. Namun apakah benar?

tidak ada akibat jika tidak ada sebab. 

 Menurut Alfiani (2019) Pasuruan adalah kawasan pesisir yang dinamis. beberapa kawasan terendam hujan adalah kalianyar dan kalirejo. Kedua kawasan tersebut berlokasi dekat dengar pesisir, atau warga sekitar menyebutnya 'pasar ikan'. Cerita masyarakat menjelaskan bahwa dua kawasan tersebut dulunya adalah pelabuhan, yang sekarang menjadi pusat aktifitas warga Bangil, Pasuruan. 

Dari sini, masihkah percaya dengan  'udan suwe nggarai banjir' (hujan lama penyebab banjir)?

Namun, aku juga tidak bisa menyalahkan persepsi warga sepenuhnya. Semua kejadian ini jelas dipengaruhi oleh andil banyak stakeholder termasuk pemerintah. Lalu, jika semua sudah terlanjur bagaimana?

Beberapa pencegahan dilakukan agar terhindar dari banjir (meski tidak mungkin, tapi ya...)

Riyadi dan Haryanto (2020) menyebutkan bahwa media telepon genggam dapat menjadi opsi dalam pemberian peringatan banjir kepada warga sekitar. Riyadi mempercayai bahwa SMS Gateway dengan Mikrokontroler berbasis Atmega328 dapat memberi informasi seputar banjir ke warga-warga yang berada di kawasan rawan banjir.

Sebenarnya sudah banyak teknologi serupa yang dipasang untuk memperingatkan warga akan terjadinya luapan. Pada umumnya, alat-alat tersebut dipasang di beberapa titik yang dekat dengan badan air. 

Pertanyaannya, apakah efektif??

Jelas efektif untuk memberi kepanikan. Bukankah pencegahan lebih baik dari peringatan?

Selain pembangunan di daerah pesisir yang kurang ecofriendly, produk buangan masyarakat menjadi sumber penyebab banjir. Ya

Sampah. 

Mirisnya, Pasuruan memiliki TPA namun, belum mampu mengendalikan sampah yang dihasilkan masyarakatnya. Padahal, TPA bukan hanya untuk menumpuk sampah, tapi juga mengolah untuk berbagai produk yang bisa digunakan kembali. Produk tersebut antara lain kompos, biogas, pupuk cair, dan sebagainya. Tetapi hal tersebut menurut pengamatan saya belum efektif dilakukan, dan mungkin menjadi penyebab warganya rajin untuk buang sampah sembarangan. Hmmm...

Selain persoalan bangunan di badan air/pesisir dan pengolahan sampah kurang efektif, sedimentasi dan penutupan badan air dapat berkontribusi penuh untuk terjadinya luapan air ke berbagai permukaan. Pelajaran SD mengajarkan bahwa air adalah zat yang memenuhi ruang. Air mengalir parit, sungai, rawa, hingga laut. 

Jika parit diaspal dan sungai semakin dangkal karena sampah, jika rawa dipenuhi dengan pasir batu hingga terbangun ruko dan rumah, jika laut dibendung dengan sampah domestik masyarakat. Lalu kemana air bisa mengalir? Apakah salah jika air memenuhi rumah kita?

sumber

Alfiani, Verinda. 2019. ANALISIS TINGKAT KERENTANAN WILAYAH PESISIR TERHADAP BENCANA BANJIR DI KOTA PASURUAN, JAWA TIMUR . Skripsi. UIN SUNAN AMPEL

Riyadi, S dan KW Haryanto. 2020. Sistem Aplikasi Tanggap Bencana Banjir Berbasis SMS Gateway Menggunakan Mikrokontroler Berbasis Atmega328 Di Desa Kedawung Wetan Pasuruan. SMATIKA JURNAL 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun