Mohon tunggu...
Putri Afin Nurhayati
Putri Afin Nurhayati Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Biologi Masa Depan, Mencoba setia dengan berpihak pada alam, Penyambung suara hati bumi

-

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Gunung Semeru, Erupsi, dan Konservasi

1 Desember 2020   22:25 Diperbarui: 5 Desember 2021   05:19 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi) Gunung Semeru mengeluarkan awan panas terlihat dari kawasan Pranajiwo, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (5/3/2020). Aktivitas vulkanik Gunung Semeru meningkat sejak sepekan terakhir dengan mengeluarkan awan panas sejauh tiga kilometer dan intensitas delapan kali guguran lava pijar dengan status level II atau waspada.(ANTARA FOTO/UMARUL FARUQ via KOMPAS.com)

Sudah berapa broadcast yang menginformasikan Gunung Semeru erupsi?

"Aku lagi di pos pantau, aku gapapa," begitu kira-kira kabarnya.

Per 1 Desember 2020 ini, Gunung Semeru dikonfirmasi melangsungkan hujan abu dan guguran awan panas. 

Gunung Semeru merupakan gunung vulkanik aktif yang ada di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Lumajang. Artikel ini tidak lebih banyak mengulas tentang gunung semeru yang sedang batuk-batuk, tetapi sedikit beropini terkait konservasi dan makhluk hidup di dalamnya.

Bagaimana jika Gunung Semeru erupsi?

Erupsi menurut beberapa literatur adalah naiknya magma bumi akibat aktivitas perut bumi sehingga berpotensi terjadi tumpahan lava atau magma dari perut bumi melalui lubang kawah gunung. 

Lalu bagaimana dampak erupsi gunung berapi bagi makhluk hidup di sekitarnya?

Baik-baik saja. Ya, semua akan baik-baik saja.

Gunung yang melangsungkan erupsi dapat dimungkinkan menjadi sebab dari suksesi atau perubahan dalam suatu ekosistem. Guguran awan panas, abu, hingga material vulkanik lainnya berpotensi menutupi sebagian dari permukaan bumi, bergantung dari radius yang dapat dijangkau masing-masing gunung berapi. 

Manusia, merupakan salah satu mamalia besar ordo primata yang paling adaptif dalam segala hal. Contohnya seperti kabar doi nun jauh di mata.

Meskipun dia sedang berada di dekat gunung yang sedang batuk-batuk, namun dia tetap dapat lebih selamat dibanding makhluk hidup lain yang tidak lebih banyak memiliki kemampuan adaptif untuk mengungsi.

Apa saja sih makhluk hidup yang 'terancam' saat terjadi erupsi gunung berapi?

Sekilas informasi yang saya dapatkan, Semeru merupakan gunung berapi eksotis yang menyimpan keanekaragaman hayati unik dibanding ekosistem lainnya. Mengapa eksotis? 

Tercatat ada lebih dari 200 jenis anggrek yang berhasil terekam keberadaannya, dan beberapa jenis diantaranya endemik Gunung Semeru.

Adapun beberapa jenis paku-pakuan, lumut, hingga tumbuhan berbunga lainnya yang tidak banyak ditemukan di kawasan lain.

Di tahun 2020, menurut Jurnal Keong di Semeru tercatat ada 12 jenis spesies terekam. Catatan ini merupakan bentuk updating setelah 65 tahun penelitian Bapak Jutting.

anw, 'keong di semeru' itu bisa diklik yah hehe..

Sedikit contoh di atas mengindikasikan bahwa Gunung Semeru menyimpan kehati yang begitu potensial untuk semakin dieksplorasi dan observasi

Namun, bagaimana jika terjadi erupsi, atau minimal awan panas dan guguran abu saat ini?

Yang bisa diangkut hanyalah manusia, secara realistis. Tidak mungkin manusia akan membawa segudang tanaman anggrek, paku, hingga keong untuk turut mengungsi di posko bencana.

Bencana atau fenomena alam. Suatu hal yang tidak pernah bisa ditolak baik makhluk hidup maupun mati. Manusia merupakan agen yang membuat dan merencanakan akan dibawa kelangsungan hidup ini, yang dilakukan sekarang pasti akan didapatkan esok hari. 

Hubungannya dengan konservasi? 

Tumbuhan itu tidak dapat berjalan, lumut juga tidak mampu merayap menuju posko, terlebih keong yang meski dapat melata tapi abu lebih cepat mencapai tubuh lunaknya dibanding perutnya menyentuh daratan. 

Oleh karena itu, penting adanya kajian dan penelitian yang membahas hingga menyusun konsep dalam menjaga biodiversitas atau keanekaragaman hayati. 

Hewan dan tumbuhan itu tidak dapat memilih akan pergi ke mana-mana jika habitatnya rusak, namun manusia mampu membuat habitatnya dimanapun berada. 

Terlepas dari fenomena alam yang pastinya adalah rangkaian dalam menyusun hamparan alam, seyogianya untuk kita sebagai manusia meminimalisir hewan dan tumbuhan kehilangan habitatnya. 

Minimal dengan tidak merebut habitat dan fungsional alam. Jika pembangunan menjadi alasan, dan ekonomi menjadi tujuan, maka semua nafsu itu peru dibentuk limit atau batasan. Untuk apa? agar kehidupan ini seimbang. 

Contohnya, kita pergi ke toko bunga untuk melihat-lihat bunga bukan? Pasti yang kita cari adalah bunga yang cantik dan beraneka ragam.

Logikanya begini, jika manusia saja ingin melihat keanekaragaman di lingkup kecil (toko bunga) mengapa harus menghancurkan dan menghilangkan ribuan jenis di hutan? Karena yang pasti, toko bunga ini juga akan menjadikan hutan sebagai sumber kecantikan tokonya. 

Contoh lain, teman-teman suka ngopi kan? Di segala suasana kopi memang pas untuk menjadi teman dikala doi sedang menemani yang lain.

Tapi tahukah bahwa kopi yang diseduh terdapat kaitan regulasi beberapa jenis makhluk hidup akar pohon kopi terus berbuah dan menghasilkan minuman? Pohon kopi memiliki buah kopi yang berasal dari bunga yang terfertilisasi atau dibuahi, bunga ini diserbuki oleh kukang. Loris. 

Hewan lambat yang suka begadang. Adapun buah kopi menghasilkan biji yang bukan hanya untuk diroasted menjadi biji kopi namun juga untuk penyebaran benih tumbuhan kopi agar dapat tumbuh dan menyebar. Civet. Hewan lambat yang memakan buah kopi membantu kopi untuk menyebar benih-benihnya agar manusia dapat minum dan makan buah kopi kapan saja.

Jika fenomena alam tidak bisa kita cegah setidaknya perilaku dan pola hidup yang dapat kita perbaiki. Kedua contoh di atas cukup untuk memberi gambaran bahwa kita masih membutuhkan mereka kan? Mereka. Hewan, tumbuhan, dan material lain di bumi pertiwi.

Pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat itu penting. Namun, keseimbangan adalah poin utama agar kita tidak serakah karena masih banyak makhluk hidup dan mati yang membutuhkan ruang dan waktu untuk berproses dalam bumi yang mungkin hanya satu ini.

Terima kasih untuk waktu kalian membaca curhatan ini.

O, ya, mungkin akan ada kejadian luar biasa di balik kondisi semeru akhir tahun ini. Semoga siapapun mereka yang ada di sana diberi keselamatan.

(terlalu random karena gabut)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun