Mohon tunggu...
wydi esti
wydi esti Mohon Tunggu... Guru - perempuan

asli Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tatapan Terakhir

20 Januari 2022   20:54 Diperbarui: 20 Januari 2022   21:40 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Mengetahui kabar kalau ibuku meninggal,aku berniat untuk cepat-cepat pulang namun apa hendak dikata giliran pendaftaranku masih lama sehingga  kemudian aku  memohon kepada petugas agar  didahulukan.

         "Mbak...aku mohon tolong untuk didahulukan giliranku... bisa tidak?"ucapku memohon kepada petugas pendaftaran.

         "Tidak bisa,Mbak... ini yang antri dari tadi belum dipanggil kok Mbak baru datang mau minta duluan." Pertanyaanku dijawab oleh petugas itu dengan agak sinis.

         "Begini Mbak, saat ini ibuku meninggal... dan aku ingin segera pulang agar dapat menatap wajahnya untuk  terakhir kalinya." Aku berusaha memberikan alasan yang menyakinkan petugas pendaftaran tersebut agar bisa didahulukan.

         "Tidak bisa Mbak... semua punya kepentingan dan pengin cepat pulang juga ...tidak hanya Mbak,"ujar petugas dengan nada sinis.

          "Tidak begitu Mbak... saya benar-benar ingin cepat sampai rumah... karena ini terakhir kali saya bisa menatap wajah ibuku..." Aku sekali lagi  mengulangi alasanku mengapa pulang lebih cepat sambil menangis.

         "Pokoknya tidak bisa,"  Petugas itu dengan ketus.

         "Ya sudah...,"ucapku seperti orang sudah menyerah.

Karena ditolak permohonanku,aku berjalan dengan lunglai kembali duduk ke kursi yang kududuki sebelumnya. Pikiranku tidak tenang dan  hatiku sangat sedih. Kalau bukan karena jadwal periksa untuk kemoterapi kanker payudara,aku sudah meninggalkan giliran pendaftaran dan pulang.

Satu bulan  lalu,aku menjalani operasi pengangkatan payudara karena kanker dan kini aku harus periksa diri sebelum menjalani kemoterapi. Aku berangkat sendiri dan tidak ada yang mengantar. Suamiku sendiri juga baru saja sakit yang sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit sehingga kondisinya belum begitu pulih sehingga tidak bisa mengantarku.

Sebelum aku divonis kanker payudara,aku mendapat giliran  menunggu ibuku yang stroke  dua kali seminggu pada malam harinya. Ibuku menderita stroke selama hampir empat tahun. Beliau tidak bisa berjalan dan hanya berbaring di tempat tidur. Aku bisa membayangkan bagaimana rasanya orang yang hanya bisa berbaring dan tidak bisa ke mana-mana pasti bosan dan sakit.Tapi kini beliau dipanggil oleh Allah SWT dan aku tidak berada disisinya untuk terakhir kalinya. Hal ini membuatku benar-benar terpukul dan sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun