Mohon tunggu...
wydi esti
wydi esti Mohon Tunggu... Guru - perempuan

asli Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Pak Amir

18 Oktober 2021   07:56 Diperbarui: 18 Oktober 2021   07:57 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rahasia Pak Amir 

  Oleh Wydiesti

            Krek... terdengar bunyi sepeda yang ditempatkan dari ruang garasi. Seorang bapak yang sudah tua berumur enam puluhan datang membawa sepeda dan meletakkan sepedanya. Tampak wajahnya memar."Bapak kenapa wajahnya? Kok memar gini?"tanya istrinya melihat wajah suaminya memar. "Dak papa... Bu,"ujar Amir. "Tapi wajah bapak seperti ini kayaknya bekas dipukul..."kata istrinya penasaran dan curiga.Amir hanya diam tak menjawab pertanyaan istrinya malah bertanya,"Teh panasnya mana Bu?"Istrinya ditanya seperti itu buru-buru menjawab,"O iya Pak... saya lupa... bentar ya Pak. "Istri Amin langsung menuju dapur. Istri Amir bernama Sri.Dia seorang wanita yang sederhana dan selalu taat pada suami. Usianya sebenarnya sudah hampir enam puluhan tetapi dia masih kelihatan muda. Walau hanya lulusan sekolah dasar,pemikirannya tidak kalah dengan yang lulusan sekolah menengah atas.Dia sangat kreatif. Untuk membantu kebutuhan keluarga,ia mencoba berjualan kue dari buatannya sendiri.

 "Ini Pak... tehnya,"kata Sri sambil menyodorkan teh panas yang sudah dibuatnya dan membawa sepiring singkong goreng. Sri membiarkan suaminya menikmati teh panas dan singkong gorengnya.Setelah melihat suaminya selesai menyantap hidangannya,Sri bertanya lagi dengan hati-hati,"Pak... sebenarnya ada apa... kok wajah Bapak memar seperti ini."

Amir pun tidak langsung pertanyaan dari Sri.Dia malah melanjutkan menyantap singkong goreng.

      "Tidak ada apa-apa,Bu,"ujar Amir dengan tenang."Tapi... Pak wajah Bapak seperti ini pasti ada sesuatu yang terjadi,"kata Sri dengan penuh harap dapat jawaban dari Amir."Sudahlah... Bu jangan tanya soal itu lagi...biarlah yang menimpaku,aku sendiri yang tahu,"ujar Amir dengan tenang. "Aku ini istrimu Pak... kok tidak boleh tahu apa yang terjadi pada suaminya,"ujar Sri dengan nada memohon.Amir pun tidak bergeming pada keputusannya untuk tidak mengatakan apa yang terjadi pada dirinya. "Bu... nanti suatu saat ada jawabannya,"kata Amir menyakinkan Sri yang masih penasaran terhadap dirinya. "Ya... sudah Pak kalau tidak mau mengatakannya... o ya saya kompres dulu memarnya ya Pak?" Sri langsung masuk ke dapur mengambil kompres dan kemudian mengompres muka Amir yang memar.

       Beberapa hari kemudian tetangga dekat pak Amir yang bernama Samin mengalami kecelakaan dan mengalami luka serius di tangannya yang setelah diperiksa ternyata patah dan keadaannya dia pingsan..Samin jatuh ketika mengedarai sepeda motornya.

       Samin terkenal dengan bengis karena memang dia bekas preman. Usianya sebenarnya masih sekitar lima puluhan tetapi sifat premannya masih sering muncul. Dia sebenarnya pendatang.Rumahnya bersebelahan dengan rumah Amir yang hanya dibatasi pagar tembok.

       Sudah menjadi kebiasaan di kampung pak Amir, kalau ada yang sakit pasti secara bersama-sama warga menjenguk dan tidak pandang bulu baik itu miskin atau kaya,baik atau buruk orang tersebut.Semua pasti mendapat hak yang sama untuk dijenguk ketika dia sakit termasuk Samin yang sedang dirawat di rumah sakit.

       Sore itu,rombongan kampung tersebut berangkat akan menjenguk Samin di rumah sakit. Amir tidak ikut menjenguk karena bersamaan dengan acara.Hanya istrinya,Sri yang menjenguk Samin.

       Rombongan sudah sampai di rumah sakit,mereka secara bergiliran masuk ke ruang perawatan di mana Samin dirawat. Ketika rombongan penjenguk datang,Samin sudah sadar.Samin langsung menangis ketika melihat Sri datang menjenguknya.Semua yang datang terkejut dan heran dibuatnya, mengapa Samin tiba-tiba menangis. Mereka menganggap selama ini Samin seorang sosok yang temperamen dan terkenal bengis tapi mengapa ketika melihat Sri tiba-tiba menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun