Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kaya Raya dalam 1 Hari Tanpa Perlu Bekerja

18 Juni 2022   17:00 Diperbarui: 18 Juni 2022   17:06 7274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan tua sebelum kaya menjadi tema yang menarik untuk diulas. Selain tema tersebut, ada pula trafik google yang mencari "Kaya Raya dalam 1 Hari Tanpa Perlu Bekerja". Menarik bukan? Okey, karena saya masih muda, maka perlu kiranya saya mengingat-ingat ulang petuah dari orang yang sudah tua.

Tidak ada salahnya pula saya berselancar di google untuk mencari pengalaman orang dewasa yang sudah bertahun-tahun makan garamnya kehidupan.

Ada pelajaran menarik yang penulis dapatkan dari sebuah cerita tentang Sang Maestro Kependudukan dan KB Indonesia, Bapak Prof. Dr. Haryono Suyono.

Suatu ketika, pernah beliau ungkapkan di salahsatu pertemuan, bahwa salahsatu yang ditakuti orang tua adalah ketika sudah sepuh/pensiun tinggal di rumah lantas susah jika ingin ketemu anak cucunya.

Maka, kata beliau, saya sengaja menyimpan tabungan (yang tentu cukup banyak) hingga hari tua karena salahsatu jurus agar anak cucu mau datang (menengok orang tua/kakek) adalah saat mereka memerlukan bantuan, terutama bantuan keuangan/finansial.

Jurus tersebut menurut beliau ternyata ampuh. Setiap datang, ternyata benar, pasti ada saja permintaan dari anak-cucunya. Kalaupun anaknya (yang sudah sukses) tidak meminta langsung, minimal cucunya  minta uang jajan sama kakek/neneknya.

"Nah, jika kami tidak memiliki tabungan di masa tua, bagaimana bisa memberi anak cucu yang datang bersilaturrahmi?" Kata beliau meyakinkan.

Ada banyak pelajaran dari pernyataan Prof. Haryono di atas; Pertama, Terbukti benar pepatah yang mengatakan "kasih sayang orang tua kepada anak sepanjang jalan, sedangkan kasih sayang anak sama orang tua sepanjang penggalan".

Ketika orang tua berpisah dengan anaknya (karena bekerja/kuliah di tempat jauh atau karena sudah berkeluarga dan punya rumah sendiri), biasanya yang merasakan "rindu berat" umumnya orang tuanya.

Sementara sang anak, apalagi yang super sibuk, hanya sedikit saja merasakan rindu sama orang tuanya. Paling-paling terlintas wajah orang tuanya saat kondisi sudah loyo dan ngantuk menjelang tidur. Sehingga dapat dimaklumi, dalam kondisi seperti itu umumnya orang tua lebih sering menelpon dan menanyakan kabar anaknya.

Terlebih lagi seorang ibu/emak, Kekhawatiran dan kecemasan seorang ibu hampir  dirasakannya setiap saat ketika anaknya jauh darinya. Sebenarnya perasaan seorang ayah pun sama, hanya bedanya ayah lebih pandai memendam perasaan daripada ibu. Ayah lebih sedikit ngomong atau nelpon bukan berarti tidak cemas dan khawatir, tapi karena performent laki-laki memang umumnya seperti itu.

Jika mendapat kabar kondisi anaknya baik-baik saja, perasaan ayah sudah langsung tenang. Beda dengan ibu, meskipun sudah dengar kabar baik dari anaknya, biasanya ibu akan terus menelusuri tetek-bengek sampai ia benar-benar merasa nyaman dan tenang dengan kabar anaknya itu. Maka telpon dari ibu pasti lebih panjang daripada telpon dari ayah.

Foto: freepik.com
Foto: freepik.com

Pelajaran kedua, Prof. Haryono sangat memahami bahwa "silaturrahim (= silaturrahmi)" itu sangat penting, dan merupakan salahsatu ajaran agama terpenting. Saking pentingnya sampai-sampai Allah SWT men-cap "dosa besar" bagi siapa yang memutuskan hubungan tali silaturrahim.

Dalam Al-Qur'an surat ar-Ra'ad ayat 25 Allah menyampaikan: "Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)."

Dalam ayat lain juga disebutkan: "Apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya." (QS. Muhammad: 22-23).

Agar tali silaturrahim tidak pupus apalagi putus, maka perlu upaya-upaya tertentu untuk terus menjaga keutuhannya. Salahsatunya seperti yang Prof. Haryono ajarkan kepada kita dengan cara buat atau menyiapkan sesuatu agar saudara/keluarga/teman senang "berkunjung" ke rumah kita. Atau kita sendiri yang perlu sering-sering berkunjung ke rumah  eluarga/kerabat/saudara/teman kita.

Ada satu hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah: "Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim).

Ingat hadits ini saya teringat almarhum Gus Dur. Saya salahsatu orang yang percaya bahwa salahsatu faktor utama Gus Dur naik jadi presiden adalah karena beliau senang  bersilaturrahim.

Dengan bersilaturrahim Gus Dur menjadi lebih banyak dikenal dari dekat oleh tokoh-tokoh nasional yang kemudian turut mendukungnya untuk maju menjadi presiden yang ke-4 Republik Indonesia. Kenal biasa atau sepintas pasti berbeda dengan kenal betul atau kenal dekat atau kenal sekali.

Orang yang sering berkunjung umumnya biasanya lebih dikenal dekat dengan yang sesekali saja berkunjung. Orang yang sesekali berkunjung pasti lebih dikenal dekat daripada yang sekali saja berkunjung. Orang yang pernah sekali berkunjung, pasti lebih dikenal daripada yang tidak pernah berkunjung.

Dan yang sering berkunjung pastinya lebih dikenal dekat daripada yang sama sekali tidak pernah berkunjung. Dalm suatu pemilihan apapun, orang lebih akan memilih siapa yang paling dikenalnya. Dan terpilih menjadi pemimpin, apalagi pemimpin sebuah negara, tentu merupakan salahsatu bentuk rezeki. Maka hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim di atas sangatlah masuk akal dan pas sekali.

Foto: freepik.com
Foto: freepik.com

Pelajaran ketiga, memiliki uang/tabungan yang cukup di hari tua tentu banyak sekali manfaat dan hikmahnya. Diantaranya, menikmati hari tua akan lebih nyaman atau beban hari tua lebih sedikit sehingga bisa enjoy di masa tua. Namun konsep kaya raya dalam 1 hari tanpa perlu bekerja adalah bualan kawan-kawan. Halu..

Sudah menjadi sunatullah, ketika usia manusia menginjak lansia semuanya serba menurun. Aktivitas, kekuatan fisik, daya pikir, semangat, penghasilan, dll umumnya menurun, dan ini lumrah. Ada banyak pakar menyarankan meskipun semua serba menurun, diusahakan "semangat" lansia tetap tinggi.

Ketika semangat masih tinggi, didukung keuangan/tabungan yang cukup, tentu lebih bagus. Selain ketiga hikmah di atas, hikmah lain "kaya di hari tua" adalah tidak akan merepotkan orang lain, minimal dari segi keuangan. Bahkan, kalaupun merepotkan, kerepotan orang lain bisa dibayar dengan gaji.

Ya, setidaknya dengan tabungan yang cukup seorang lansia masih mampu menggaji pembantu. Karena tidak bisa dipungkiri, keterbatasan yang dimiliki lansia biasanya membutuhkan seseorang yang bisa melayani dirinya untuk memenuhi kebutuhannya.

Hikmah berikutnya, dan ini juga penting, ketika sudah lansia punya banyak tabungan/kekayaan, lantas umurnya habis mendahului kekayaannya, maka sisa kekayaannya bisa diwariskan. Diwariskan untuk anak pun merupakan sesuatu ibadah.

Sebagaimana Firman Allah: "Dan hendaklah takut (kepada Allah) jika kalian meninggalkan anakanak yang lemah (kesejahteraannya), maka bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan benar" (QS. An-Nisa: 9).

Ayat ini merupakan "warning" agar kita berusaha menyiapkan "bekal" untuk anak-anak kita sehingga mereka mempunyai kekuatan atau mempunyai nasib dan masa depan yang baik, dan menyiapkan masa depan tentunya membutuhkan biaya. Tidak ada kaya raya dalam 1 hari tanpa perlu bekerja. Anak harus diarahkan untuk giat bekerja.

Jika semua anaknya berhasil dan tidak mau mengambil harta warisan orang tua, maka harta tersebut dapat diwariskan untuk kepentingan umat manusia lainnya, yang Insya Allah pahala jariahnya akan terus mengalir dan bisa menyelematkan siempunya harta di akhirat.

Namun demikian, selain kaya harta, yang juga lebih penting dan bisa diupayakan oleh siapapun menjelang hari tuanya, adalah memperkaya hati. Dengan hati yang kaya insya Allah membuahkan amal baik yang bermanfaat untuk sesama. "Khoirun nas anfa'uhum linnaas," hadits ini berarti "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia (lain)". Wallahu a'lam.(*)

Tags: bonus demografi, tua, kaya raya, bonus demografi adalah, jaminan hari tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun