Mohon tunggu...
Weni Widya Shari
Weni Widya Shari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Abadi yang belajar dikampus kehidupan. Dimanapun menjadi laboratorium kehidupan.\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Si Gadis dan Hujan

15 Desember 2012   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita si Gadis dan Hujan

“Aku ingin berjalan di derasnya hujan, agar tidak ada yang tahu klo aku sedang menangis”

Aku tak bisa membedakan lagi, tetesan yang keluar dari bola mata gadis itu

Tetesan hujan terlalu deras membasahi sekujur tubuhnya malam itu

Gadis itu…

Seperti biasa, aku selalu mengamati gerak-geriknya tiap hari karena takjub mengapa dia masih bisa memikirkan orang lain ditengah kesemrawutan hidup seperti ini. Sikapnya yang berani dan tegas itu membuatku semakin penasaran, apa dan siapa sekiranya yang bisa membentuk sikapnya selama ini. Apa kiranya yang bisa memotivasi sehingga dia bisa tumbuh menjadi gadis yang tangguh seperti itu. Dia berasal dari keluarga biasa, dan tidak seberuntung aku. Ayahnya yang konon katanya menjadi guru kehidupannya, meninggal beberapa tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan. Sebuah kondisi yang mengharukan, karena untuk gadis seusia dia sangat membutuhkan seseorang untuk bercerita. Aku mengenalnya beberapa tahun yang lalu di sebuah kampus. Sepak terjang dan suara lantang serta kesibukannya di organisasi tak menghalangi prestasinya melejit dikampusnya. Dia bukan gadis kebanyakan, karena untuk kesibukan seukuran dia sepertinya sudah tidak bisa membagi fokus waktu lagi untuk urusan akademik. Aku berkaca pada diriku, tidak terlalu sibuk organisasi saja, akademik ku parah. Apalagi jika aku sesibuk dia. Upsss… Semakin sibuk organisasi sepertinya prestasinya semakin melejit. Aku semakin angkat topi untuknya . Sebelum azan berkumandang dia sudah bangun, bukan karena semalam dia sudah lama terlelap tapi karena dia membiasakan untuk lebih banyak memberi manfaat bagi orang banyak. Hal yang pertama dipikirkannya saat terjaga adalah orang banyak.Mungkin sudah biasa ketika orang bisa bangun pagi ketika dia sebelumnya sudah tidur lebih awal. Tapi tidak dengan gadis itu, dia baru memejamkan mata ketika orang lain sudah terlelap dengan mimpi-mimpinya dan bangun ketika orang lain masih meringkuk dibalik selimutnya. Yaah hanya sekitar 3 jam waktu tidurnya. Hebat, begitu produktifnya waktu gadis itu.

Malam itu, aku sengaja menyempatkan diri untuk mampir dikamarnya. Kebetulan aku satu rumah dengannya tapi beda kamar. Alasanku masuk kekamarnya karena hanya ingin ngobrol-ngobrol santai dengannya. Alasan yang kubuat-buat, tapi sepertinya dia tahu maksudku. Tapi sebenarnya, aku ragu untuk kekamarnya, karena takut mengganggu waktu yang begitu berharga baginya. Aku sempat mengurungkan niatku, karena mungkin dia tidak punya banyak waktu untuk “meladenin” anak sepertiku yang mengurusi diri sendiripun masih sulit. Tapi, karena keingintahuanku begitu besar terhadapnya, aku kuatkan saja niatku. Yup..ku ketok saja pintu kamarnya dengan memasang wajah polos. Sesampai dikamarnya, mulutku terkunci rapat. Suaraku tak keluar sama sekali. Mataku langsung tertuju pada asesoris-asesoris dan tulisan-tulisan yang mengisi ruangan kamarnya.

Ya Tuhan, aku semakin malu dengan diriku sendiri. Kamarnya begitu tertata rapi dan bersih. Whatttss… Apa asesoris dan tulisan-tulisan yang menempel didinding kamarnya itu??? 100 Mimpi ? Mapping of life? agenda-agenda untuk orang banyak? deadline kerja dan organisasi? fotho keluarga? tulisan-tulisan motivasi? Tanggal-tanggal penting orang yang disayangi? Plakat dari beberapa provinsi??? Buku-buku yang tak pernah aku sentuh sama sekali? Apa ini semua ???!!!!

Aku begitu tertampar dengan ini semua. Segera aku pulang dan kuratapi sekeliling kamarku. Kucabut semua fotho-fotho manusia yang selama ini membuatku galau. Kusimpan semua benda-benda yang membuatku larut dengan ketidakpuasan hidup. Kubuang dan kuhapus semua tulisan yang selama ini membuatku terjebak dengan kenikmatan dunia. Aku, AKU harus berubah !!!


Malam itu, tidak seperti biasa, perutku begitu lapar setelah tidur seharian. Derasnya hujan diluar membuatku malas untuk keluar rumah mencari makan, apalagi ini sudah lewat pukul 21. Tapi, panggilan cacing diperut memaksaku juga untuk keluar rumah, dengan malas kuraih payung dan jaketku. Benar-benar tidak bersahabat perut malam ini!.. Bandung, sudah hampir sebulan ini selalu diguyur hujan. Sepertinya bukan Bandung namanya kalo sehari saja tidak hujan. Aihh..Keberadaan tukang nasi goreng dekat kostanku membuat mataku berbinar-binar..ah rupanya masih ada yang buka juga malam-malam seperti ini. Beruntung sekali aku. Segera kuambil posisi yang tak terjamah rintikan hujan sambil memesan nasi goreng yang menggugah seleraku. Tuk, tuk tuk… dikejauhan kulihat seorang gadis berlari lari kecil ditengah guyuran hujan. Hmm sepertinya aku kenal dengan postur tubuh itu.. Yaah dia pasti Kanta, gadis yang membuatku takjub itu. “Kantaaaa !!!”,dari jauh kuteriaki namanya. “Hayuu cepat berteduh kesini, aku bawa payung dan jaket ni”. Segera nama itu melihat ke arahku. Akhirnya mau juga dia menghampiriku. “Darimana Kanta? Kenapa baru pulang jam segini? Ga capek ya bagi waktu buat ngurusin organisasi ditengah banyak tugas dan deadline kampus saat ini? Hehe”, dengan polos kulontarkan pertanyaan yang bertubi-tubi.” Oh, iya Ka, saya baru dari Jakarta, ada agenda mendadak disana soal isu-isu profesi kita, jadi langsung aja pergi tadi setelah pulang dari kampus”, jawabnya. “Wah Ka, klo soal capek saya serahin sama yang diatas aja, yang punya pemilik tubuh dan dunia ini, heee”.

Kriiik… ini berapa kalinya aku terdiam saat bercakap-cakap dan melihat sepak terjangnya. Gadis itu, berani dan taat! Aku ??? Maafkan aku Tuhan.

Sebentar, kenapa mata gadis itu? Kulihat matanya berkaca-kaca dan merah. Ini tidak biasanya. Kuamati dalam-dalam, sepertinya ini bukan cipratan air hujan. Yaah, mata gadis itu memerah dan basah. Dia sedang menangiskah saat berjalan di gelap malam dan derasnya hujan tadi??? Huftt.. aku terlalu lemah untuk mengeluh. Pelajaran berharga lagi yang kudapati.

Dibalik sosoknya yang berani dan keras selama ini, ternyata dia masih punya air mata sepertiku. Bedanya, aku bisa menumpahkan air mata ini dalam kondisi apapun, dengan siapapun, dan dimanapun. Aku bisa cerita dengan pacarku, bisa marah-marah dengan teman-temanku, bisa merajuk dengan orang tuaku. Aku selalu mengeluh jika banyak tugas dari dosen. Mengeluh klo tidakbisa membeli barang mahal seperti teman-teman ku yang kaya. Menangis klo ditinggal nonton oleh teman-teman se gank ku. Mengeluh klo tidak ada waktu libur dan tidak bisa nongkrong dengan teman-temanku, Mengeluh klo kiriman orang tua terlambat datang. Menangis jika diputuskan pacarku. Agrhhhhh…. Keluhan yang tidak penting sepertinya!

Sementara gadis itu?? sepertinya dia lebih memilih Tuhannya untuk tempat dia berkeluh kesah. Dia lebih memilih untuk menyembunyikan air matanya karena dia tahu bahwa TUHAN AKAN MENGHITUNG JUMLAH AIR MATANYA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun