Mohon tunggu...
Venus
Venus Mohon Tunggu... -

diam dan belajar ... salam ukhuwah ^ ^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu yang Likat

23 Mei 2014   19:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400823907759049565

Adakah yang dilahirkan malam selain rindu rindu yang likat? Yang sengaja menjelma  menjadi pena,agar puisiku kembali bergema melalui gendang telingamu,

saat kata kata yang kau rapal menjadi doa penuntun tidur malammu,

ah ingin rasanya ku memelukmu,memeluk tiap kesedihan yang memuncaki puncak sedihmu,dendam yg kau lahap sendiri,serta kenangan yang kau bungkus dalam kain dukamu yang Serta merta meggeliat,

menyeret tubuhmu pada puisi yang paling perih,

“aku mungkin tenang dalam sini”,

“tidak” teriakku dalam debar

Ingin sekali kutunjukkan bagaimana merajut bahagia dengan pelukan,

tapi tubuhmu sudah terlanjur kusut,hatimu yang dibawa derasnya airmata,menghilang entah ke muara luka yang mana

mungkin sesekali kau kubawa melihat hujan yang berjatuhan di pohon teras rumahku.Agar kau tahu,betapa tabahnya daun digugurkan,lalu kau sembari menghapus perlahan-lahan letup airmatamu yang memuncak, “apakah mereka yang jatuh,yang diterpa hujan itu bahagia?” Katamu

“Iya” kataku sambil menghapus jejak airmatamu,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun