Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

"Mahkamah", Ketika Nurani Menjadi Hakim bagi Diri Sendiri

1 April 2024   23:45 Diperbarui: 3 April 2024   08:08 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses pengadilan berlangsung alot karena Bahri berhasil menjawab setiap pertanyaan dan mementahkan tuduhan-tuduhan para hakim kepadanya. Ketiga hakim itu berbeda pendapat tentang "benar" dan "salah" dalam kasus Kapten Anwar yang ditembak mati itu.

Seperti disinggung di depan tadi, proses pengadilan menemui jalan buntu karena ketiga hakim gagal mencapai kata sepakat dan mengambil keputusan. Satu persatu mereka mundur. Sebuah mahkamah pengadilan baru harus digelar dengan hakim tunggal untuk mengadili Bahri.

Pada hari yang sudah ditentukan, Bahri duduk di kursi terdakwa. Pintu ruang sidang terbuka, dan masuklah seorang berbadan tegap, langkah sigap dan duduk di kursi hakim. Layaknya disambar petir di siang bolong, Bahri sontak terkejut: Sang Hakim baru yang akan mengadilinya itu tidak lain adalah dirinya sendiri!

www.dialeksis.com
www.dialeksis.com

Pesan Mahkamah

Melalui Mahkamah, Asrul Sani mengingatkan bahwa setiap orang sejatinya akan menghadapi dirinya sendiri, hati nuraninya sendiri sebagai hakim pengadil yang tidak mungkin dikelabui dalam setiap perkara atau perbuatan yang dilakukannya.


Di hadapan nuraninya sendiri, Bahri yang ketika diadili oleh ketiga hakim sebelumnya dengan piawai menjawab semua pertanyaan dan mementahkan segala tuduhan, jelas tidak mampu melakukannya lagi.

Situasi yang sama akan dialami oleh siapapun ketika harus berhadapan dengan hakim pengadil yang tidak lain adalah hati nuraninya sendidi. Nurani tidak bisa manipulasi.   

Dari keseluruhan struktur ceritanya, tayangan sinetron jadul Mahkamah ini, sekurang-kurangnya ada dua pesan penting yang bisa ditadaburi, direnungkan.

Pertama, bahwa setiap tindakan atau perbuatan hendaknya dilakukan dengan pertimbangan yang benar-benar matang. Jika dihadapkan pada situasi dilematik, apalagi terdapat nuansa conflict of interest di dalamnya maka hati nurani adalah pihak yang harus menjadi rujukan akhir.

Kedua, penting untuk selalu disadari bahwa setiap perbuatan pada akhirnya akan dituntut pertanggungjawabannya, di pengadilan (dunia) ini atau di mahkamah (akhirat) kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun