Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kesalahan Konsep Pendidikan Terjadi di Sekolah?

5 Juni 2017   20:04 Diperbarui: 4 Juli 2017   06:50 5941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Wartanesia.com

Alhamdulillah, akhirnya di 2017 ini menulis juga. Setelah lama vakum, hanya jadi penonton di Kompasiana. Salah satu "masalah" di sekolah yang selama ini mengganggu saya adalah sejak diluncurkannya mata pelajaran (mapel) IPA di SMP. Memang mapel ini sudah lama ada di dunia persekolahan kita. Seingat saya, kalau di SMP, IPA ya dijadikan dua mapel: Fisika dan Biologi. Tapi sejak diluncurkan Kurikulum 2006 (KTSP), mapel Fisika dan Biologi di SMP melebur jadi satu menjadi Mata Pelajaran IPA. 

Saya tidak tahu alasan mengapa di SMP, dua mata pelajaran (Fisika dan Biologi) ini disatukan sebagai mata pelajaran IPA. Mungkin juga, guru-guru yang mengajar IPA di SMP ragu-ragu menjawabnya, mengapa demikian? Terlebih lagi, pada akhirnya, di SMA, kedua mata pelajaran IPA itu akan di"spesialisasi" lagi. Dipecah lagi menjadi jalur mapel Fisika dan Biologi. Bahkan ditambah mapel Kimia. 

Saya tidak mengulas lebih jauh rasionalitas mengapa muncul mapel IPA di SMP. Bagi saya masalah pokoknya adalah, guru-guru pengajar IPA di SMP itu berlatar belakang Fisika Ada yang berlatar Biologi. Mungkin juga berlatar Kimia. Artinya, saat mereka di IKIP atau Universitas Fakultas Keguruan atau sekarang dikenal sebagai LPTK, mereka nota bene belajar spesialisasi Fisika dan spesialisasi Biologi atau Kimia. Rata-rata mereka kuliah selama 4 tahun, jika menempuh sarjana (S-1). 

Memang, di semester-semester awal, ada beberapa mata kuliah dasar yang merangkul semua bidang ilmu Fisika, Biologi dan Kimia. Tapi semester berikutnya, jelas mahasiswa akan berada di jalur masing-masing. Artinya, selama kuliah di perguruan tinggi, para mahasiswa jelas-jelas lebih kental dengan nuansa keilmuan di bidangnya masing-masing selain dibekali dengan mata kuliah dasar-dasar kependidikan. Artinya, yang mahasiswa Fisika ya belajar mata kuliah  Fisika. Mahasiswa Biologi jelas menekuni mata kuliah Biologi. Begitu yang saya ketahui.

Nah, munculnya mata pelajaran IPA di SMP ini, jelas-jelas menimbulkan kerancuan dan permasalahan mendasar. Entah ini disadari atau tidak oleh semua pihak. Baik oleh pengambil kebijakan maupun pelaksana di garda depan. Dalam beberapa kesempatan saya sering bertemu dan berdiskusi dengan guru-guru berlatar belakang Biologi yang "terpaksa" mengajar mapel IPA yang materinya Fisika di SMP. 

Juga bertemu dan berbincang dengan guru berlatar belakang Fisika, mengajar IPA yang materinya Biologi. Memang. ada beberapa sekolah yang memakai metode team teaching. Kolaborasi guru Fisika dan Biologi untuk mengajar mapel IPA secara bersama-sama. Tapi pada akhirnya, kebijakan ini pudar lantaran kepentingan sertifikasi guru.

Permasalahan mendasar yang saya maksud adalah, banyak guru berlatar belakang Biologi yang mengajar IPA dengan materi Fisika  sering salah konsep. Bukan sok-sok an. Bolehlah, seorang guru belajar dengan membaca sebanyak-banyaknya tentang materi ajar serta menyiapkan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) untuk esok harinya. Tapi, mempelajari materi Fisika secara otodidak inilah kadang-kadang yang menjadikan salah kaprah, rancu dan salah konsep. Ini lantaran para guru hanya membaca buku teks. Artinya, salah konsep sudah dimulai di sekolah itu sendiri.

Sebagai contoh, guru berlatar Biologi menjelaskan konsep Hukum Pemantulan. Dalam Hukum Pemantulan, ada kalimat, Sinar Datang, Garis Normal dan Sinar Pantul, terletak pada Satu Bidang Datar. Begitu diminta menunjukkan mana Bidang Datar, cenderung yang ditunjuk adalah Bidang Pantul. Ini lantaran, di buku teks memang tidak dijelaskan secara eksplisit mana itu bidang datar!  Tapi, guru berlatar fisika, pasti memahaminya. Jadi, jika konsep yang salah ini ditanamankan pada siswa.. ....ya sudah salah....!

Contoh lain, Arus Listrik mengalir berlawanan dengan Arah Gerak Muatan Negatif (Elektron). Artinya Arus Listrik searah dengan Arah Gerak Muatan Positif. Ini yang terbaca di buku-buku teks. Padahal muatan positif diam. Muatan positif Tidak Bergerak! Konsep kelistrikan ini kelihatannya sederhana. Tapi, banyak guru berlatar Biologi yang salah menanamkan konsep Arus Listrik ini pada siswa. Seakan-akan antara Muatan Listrik Negatif (Elektron) itu saling berpapasan dengan Muatan Listrik Positif (Proton). Padahal di sana dikenal adanya Hole (lubang).

Ini beberapa contoh yang menjadikan saya ragu, bahwa kemampuan IPA siswa SMP kita dalam 5 tahun terakhir ini jadi lebih baik. Saya kuatir jadi lebih buruk! Karena adanya salah penanaman konsep ini. Ini juga berlaku sebaliknya. Saya jadi ngeri tatkala, seorang guru berlatar Fisika, mengajar IPA materi Biologi. Tentu guru tersebut akan "berusaha keras" menaklukkan Sistem Pencernaan, Sistem Pernafasan, Sistem Gerak, Sistem Eksresi. Saya tidak yakin betul beliaunya menguasai materi tersebut dengan semaksimal mungkin. Berbeda dengan guru yang berlatar Biologi yang sejak dini sudah menekuninya.

Tentunya kita tidak apriori dengan adanya guru-guru berkualitas yang mampu menyajikan Fisika dan Biologi sama baiknya di tangan satu orang. Tapi saya lebih yakin, materi Fisika akan maksimal jika pengajarnya berlatar Fisika. begitu pula  Biologi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun