Dag dik dug dek ser....
Begitulah detak jantung para pendukung Capres dan Cawapres Jokowi dan Prabowo saat detik detik di umumkan cawapresnya. Wajar saja kan! Maklumlah, tahun ini bursa cawapres jauh lebih seksi dari pada tahun sebelumnya.Â
Bagaimana tidak menarik, wong Jokowi saja mengumumkan cawapresnya KH Ma'ruf Amin pada detik-detik terahir. Padahal  yang bersiap-siapa adalah "Mahfud MD", namun ternyata pilihannya adalah KH Ma'ruf Amin. Begitulah politik.Â
Bagi Mahfud MD, kejadian itu biasa-biasa saja. Walaupun ada yang mendramatisir dengan dengan mengatakan "sakitnya tuh di sini". Mahfud biasa-biasa saja, eee...yang sakit hati orang lain, aneh kan....!
KH Ma'ruf Amin bukan pendatang baru dalam dunia politik. Beliau pernah menjadi anggota legislatif dari PPP dan PKB di era Gus Dur. Pada jaman SBY, beliau pernah menjadi Watimpres Bambang Yudhoyono.Â
KH Ma'ruf Amin santri sejati Tebu Ireng, pesantren yang di dirikan oleh KH Muhammad Hasyim Asaary santri dari Syekh Mahfud Al-Turmusi Makkah. Jadi, KH Ma'ruf Amin itu sosok agamawan, politisi, ekonom, dan penulis karya ilmiyah yang menarik.Â
KH Ma'ruf itu  sangat  mendalam ilmunya, bijaksana dan sangat mengerti syariat agama. Namun, duit nya tidak sampai se "kardus-kardus"
Wajar jika kemudian KH Ma'ruf Amin terpilih menjadi Rois Syuriah NU, karena kedalam ilmunya, juga kebijakan-kebijakan seputar ekonomi Syariah nya. Sebagai sesepuh ulama, beliau juga menjadi ketua MUI (Majlis Ulama Indonesia) yang menjadi rujukan ulama Nusantara dalam setiap fatwa dan langkahnya.
Sebagai warga Indonesia, KH Ma'ruf Amin sudah biasa menghadapi dinamika politik yang beragam. Jadi, ketika beliau diminta menjadi wapres Jokowi, sangatlah wajar dan tidak berlebihan. Walaupun, kadang ada yang menyayangkan pilihan beliau menjadi cawapres Jokowi. Namun itulah politik, setiap saat bisa berubah.
Ketika KH Ma'ruf Amin menerima dan setuju menjadi cawapres Jokowi, muncullah opini-opini menarik. Ada yang bilang "sudah tua kok masih suka jabatan".Â
Ada juga kelompok ek, HTI yang berkata "menolak lupa" dan kembali pada Khilafah". Ada juga yang bekata "Jokowi memanfaatkan ulama untuk kepentingan suara".Â