Mohon tunggu...
lukas purnama
lukas purnama Mohon Tunggu... Guru - Menjadi berkat

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Benarkah "Rego Nggowo Rupo"

23 Juni 2019   10:00 Diperbarui: 23 Juni 2019   10:18 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu, kami satu rombongan bersama dengan teman sekantor pergi ke rumah makan untuk makan bersama. Ya, ada rejeki berlebih. Tidak ada salahnya bila sekali tempo makan siang di luar. Mumpung momentnya pas akhir tahun dan ada beberapa teman yang mutasi dan pindah karena harus mengikuti suaminya. Jadi kami ingin time out sebentar dari rutinitas yang cukup menyibukkan.

Kami berkumpul sebentar dan membicarakan segala sesuatunya, termasuk  memilih tempat makan. Dipilihlah rumah makan yang cukup terkenal. Mengapa terkenal? Bapak Jokowi, presiden kita, yang kemarin berulang tahun (HBD pak Jokowi, selalu sehat, sukses dan diberkati Tuhan), pernah mampir di tempat ini. Dengan tingkat keyakinan yang tinggi kami begitu mantap memilihnya.

Terbayang dalam pikiran, menu makanan yang lezat -- lezat. Mengingat harga yang cukup mahal untuk ukuran kantong kami. Pasti dengan harga yang mahal, lidah  akan dimanjakan. Begitulah, pikiran kami masing -- masing yang sudah terbuai dengan tempat makan itu.

Matahari sudah merangkak naik, dan waktu sudah mendekati pukul 1. Kami segera berangkat. Tidak lama kemudian kami pun sampai di tempat tujuan. Sebuah rumah makan yang cukup megah nan asri. Ada banyak pepohonan rindang di sana dilengkapi dengan kolam -- kolam ikan. Angin pun berhembus semilir.

Kami duduk di tempat yang sudah ditunjukkan oleh pramusaji. Sambil mengobrol, terdengar sayup -- sayup suara tiupan seruling khas Sunda. Mengalun lembut tanpa henti. Nyaman ... ya suasananya cukup nyaman.

Pramusaji segera bergerak. Meja yang tadinya kosong sudah dipenuhi dengan aneka macam masakan. Ada sup balungan sapi, tumis kangkung, lalapan irisan timun dan kacang panjang, ikan gurame bakar dan goreng, sate udang, udang mentega, cumi goreng,  tempe dan tahu goreng, aneka sambal di tambah dengan nasi sebakul untuk setiap mejanya.

Saya yang dari pagi memang sengaja untuk tidak makan snack supaya perut kosong, sudah tidak sabar untuk menyantapnya. Mata pertama kali tertuju pada semangkok ukuran sedang sup balungan sapi. Kelihatannya kok menggoda. Kuahnya hampir memenuhi mangkok itu. Di tambah dengan tiga potongan balungan beserta daging yang melekat. Hem nikmat sekali!

Saya segera mengambil nasi dan sepotong balungan beserta sedikit kuah. Sruput ... hem... sueger dan gurih. Saya lalu mengambil potongan balungannya. Hm ... kok rasanya agak gimana gitu. Saya mencoba mencium aromanya. Hm ... kok beda ya. Saya membandingkan dengan sup iga yang pernah dimasak istri saya. Hm ... kok beda ya. Rasanya seperti daging yang sudah terlambat untuk dimasak. 

Bisa dikatakan ini sudah agak basi. Ternyata teman -- teman yang lain juga merasakan seperti itu. Untuk menu yang lain, rasanya biasa saja. Tidak sebanding dengan harga yang sudah dibayar. O .. ternyata dengan harga yang mahal belum tentu mendapatkan barang yang bagus. Belum tentu "Rego nggowo Rupo"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun