Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pencapaian Superreceh Selama Pandemi

31 Desember 2020   12:10 Diperbarui: 31 Desember 2020   12:28 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Yannick Pulver on Unsplash

Dulu aku punya buku saku yang kubuat sendiri dari kertas bekas di warung Mamak. Di antara buku bekas yang dijual orang ke warung, biasanya ada buku tulis yang belum terpakai seluruhnya. Jadi masih bisa dimanfaatkan sebelum jadi bungkus cabai atau belanjaan lain.

Sejak SMP, sering orang mengira aku tak sanggup beli buku, gara-gara kerap pakai buku bekas. Padahal aku merasa sayang melihat kertas/buku yang masih kosong disia-siakan. Apalagi kalau tau untuk membuat buku, dibutuhkan banyak pohon dan air.

Apalagi aku tipikal orang yang jarang makeup, gak bisa gonta-ganti sepatu/tas, jarang beli baju. Dahlah, tampangnya mendukung banget untuk dianggap melarat.

Jadi setelah agak dewasa, malu juga kan dicela gembel. Makanya kertas-kertas sisa itu kukreasikan sedemikian rupa menjadi buku kecil yang muat jika dimasukkan ke saku jaket. Covernya cantik, foto close-up pemiliknya yang dicetak di kertas glossy. Tentunya difilter dulu!

Ketika melihat buku saku itu, orang akan bergumam, "kreatif!" alih-alih mengasihani sambil bilang "kismin," meski dalam hati.

Baca juga: Untung Rugi Menulis Buku Harian

Fungsi buku saku itu adalah untuk mencatat ide yang tiba-tiba muncul, sedang aku tidak pada waktu yang tepat untuk menulis. Seringnya dalam perjalanan, di kantor, atau tempat-tempat lain yang tidak memungkinkan untuk menyelesaikan tulisan.

Nantinya, ide pada buku saku akan kukembangkan ketika situasi dan kondisinya mendukung. Berapa persen dari catatan itu yang berakhir jadi tulisan utuh? Paling banyak 25 persen, alias seperempatnya. Ngenes.

Sia-sia menghemat air dan pohon, sia-sia mengedit foto. Hasilnya tak sampai separuh.

Kemudian bermunculanlah penyimpanan awan semacam Google Drive, Evernote, dll. Sebelumnya aku juga kerap menyimpan file lewat surel, simpan di folder dan draft. Sekarang ada pula Google Keep dll yang kian lengkap tapi simpel.

Otomatis aku tak perlu lagi membuat buku saku. Lagi pula warungnya juga sudah tak ada, aku pun bukan lagi karyawan kantor yang punya kertas-kertas salah cetak. Suamiku malas bawa catatan saat khutbah, enak pakai tablet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun