Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Pandemi ke Kisah Konyol Pohon Kelapa Gundul

14 Juni 2020   10:21 Diperbarui: 14 Juni 2020   10:31 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen syarifah lestari

Waktu kecil dulu, ada sebatang pohon kelapa "gundul" di dekat lapangan tempat aku dan kawan-kawan biasa bermain. Karena batangnya masih kuat dan tinggi, pohon itu dibiarkan tetap berdiri.

Tapi bagi beberapa orang, pohon tetap berdiri padahal tanpa buah dan daun adalah sesuatu yang sungguh ajaib. Pasti ada "penghuni"nya! Mereka samakan daun di pohon dengan kepala di tubuh mereka.

Di antara kawan-kawan bermain, ada satu anak yang hilang. Setahuku ia kabur karena tak tahan lagi tinggal bersama nenek dan om-tante yang kerap menyiksanya. Lain waktu insyaallah kuceritakan, karena aku sering melihat ia disiksa.

S, inisial kawan yang hilang itu. Berbulan-bulan dicari tak ditemukan, sampai banyak orang beranggapan S sudah meninggal dunia.

S wafat, pohon kelapa gundul masih gagah. Pas untuk sebuah rumor. Maka muncullah cerita yang berawal dari pengakuan seorang bocah, Y. Y bercerita pada sepupunya, M, bahwa ia kerap melihat S di puncak pohon gundul itu.

Karena Y adalah bocah kecil, diyakini ia memang bisa melihat makhluk gaib. Padahal waktu itu aku kecil juga, dan tak pernah sekalipun melihat apa-apa di pohon itu. Tapi M, sepupu Y yang lebih tua dariku, hanya mau menerima pengakuan keluargnya.

Setiap melewati pohon gundul, Y berteriak, "Itu S! Dio dadah ke kito."

Yang lain turut melambai ke puncak kelapa, seolah menyambut lambaian tangan almarhum S. Aku tidak melihat apa-apa, jadi tak ikut.

"Kagek keteguran kau!" ancam M dan beberapa anak yang lebih besar dariku.

Keteguran itu semacam keserempet makhluk halus. Aku bukan anak saleh, ngerti juga enggak. Tapi kakakku di rumah pasti marah kalau aku takut hantu. Dia anak madrasah.

Begitu terus bertahun-tahun. Pohon masih gagah, Y dan M setiap melewatinya senyum-senyum, kadang malah ngobrol dengan S di atas sana. Aku juga terpengaruh sih, ikut-ikut membayangkan S berdiri dalam keadaan telanjang di puncak pohon itu, sebagaimana yang digambarkan Y.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun