Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buat Apa Berlagak Kaya? Triliuner Saja Bergaya Sederhana

9 Maret 2023   00:08 Diperbarui: 9 Maret 2023   00:11 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (ISTOOK/Deagreez via Kompas.com)

Kementerian Keuangan mencanangkan gerakan bersih-bersih. Salah satu instansi pemerintah itu memang sedang dalam sorotan. Kasus penganiayaan oleh Mario Dandi Satriyo, putra Rafael Alun Trisambodo, Kepala Bagian Umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Selatan II merembet ke mana-mana.

Publik mempertanyakan gaya hidup keluarga Trisambodo yang senang bermewah-mewah dan pamer di media sosial. Ini juga yang mengundang perhatian banyak pihak untuk ikut "mengendus" jumlah dan sumber kekayaan si pejabat tersebut.

Trisambodo sudah mencoba gerak cepat meredam isu tersebut dengan cara mengajukan pengunduran diri sebagai ASN beberapa saat setelah pengumuman pencopotan jabatannya.

Namun apa daya, petinggi Kementerian Keuangan malah menolaknya dengan alasan ingin melancarkan urusan investigasi pihak berwenang terhadap harta kekayaannya. Bila sudah mundur dari ASN, pengusutan terhadap harta Trisambodo dinilai akan semakin sulit.     

Belakangan Trisambodo sudah diberhentikan dengan tidak hormat dan ditambah lagi kewajiban untuk menjelaskan asal usul harta kekayaannya. Terbuka peluang Trisambodo akan segera dijerat hukum.


Sikap pamer harta kekayaan juga menyeret pegawai lain di lingkungan Kementerian Keuangan. Salah satunya Eko Darmanto, eks Kepala Kantor Bea dan Cukai Yogyakarta. Warga dunia maya dengan cepat memviralkan foto dan gaya hidup Eko yang suka pamer. Misalnya saat berpose dengan mobil mewah atau berpose di pesawat terbang Cessna.

Sri Mulyani geram dengan berbagai pemberitaan miring terhadap institusi yang dipimpinnya. Ia segera menginstruksikan seluruh jajarannya untuk tidak pamer harta atau bergaya hidup mewah karena melanggar asas kepatutan dan kepantasan publik. 

Sri Mulyani juga meminta komunitas pegawai pajak yang gemar berkendara sepeda motor agar dibubarkan. Ini buntut dari beredarnya foto Dirjen Pajak Suryo Utomo yang mengendarai motor gede atau moge. Tidak cukup sampai disitu, Sri Mulyani melalui beberapa media juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengidentifikasi ada 69 nama pejabat terutama eselon II dan III yang dianggap berisiko tinggi dalam artian laporan harta kekayaannya patut dicurigai.

Pamer untuk apa?

Kalau dipikir-pikir, tujuan orang pamer kekayaan itu sebenarnya untuk apa? Sekadar untuk senang-senang? Atau mencari pengakuan?

Beberapa waktu sebelumnya ruang media sosial sempat riuh dengan pemberitaan ditangkapnya beberapa orang anak muda karena diduga melakukan penipuan dengan jumlah fantastis. Yang menarik, sebelumnya mereka diketahui kerap memamerkan gaya hidup mewahnya di dunia maya. Belakangan bisa disimpulkan bahwa gaya hidup mewahnya itu ternyata modus untuk menjerat calon korbannya.

Mereka berhasil mencitrakan diri sebagai orang kaya dan sukses sehingga banyak orang tergiur dan ingin mengalami hal serupa. Para calon korban itu kemudian digiring untuk melakukan apapun yang disarankan, termasuk memberikan uang/harta dengan iming-iming akan dilipat gandakan. 

Selebgram pamer yang kena kasus hukum (Kompas.com)
Selebgram pamer yang kena kasus hukum (Kompas.com)

Ada lagi kasus-kasus berkedok bisnis atau investasi yang ternyata bodong alias penipuan. Modusnya sama, pemilik bisnis akan menampilkan gaya hidup mewah untuk meyakinkan orang-orang.

Dalam kasus First Travel misalnya. Mereka menawarkan jasa memberangkatkan orang-orang yang ingin beribadah haji/umroh dengan biaya relatif murah dan bisa dikatakan jauh dari harga pasaran.

Sambil berpromosi, pemiliknya juga diketahui gemar bermewah-mewah. Akhirnya terungkap bahwa usaha yang dilakukan tak lebih dari sekadar penipuan. Banyak orang menjadi korban. Orang-orang yang punya niat tulus ingin beribadah dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.    

Pertanyaannya ketika pejabat dan/atau anggota keluarganya gemar pamer dan bermewah-mewah, tujuannya untuk apa? Apakah tak sadar dengan status dan jabatan yang melekat? Bahwa dirinya menerima gaji dan berbagai fasilitas dengan dibiayai oleh uang rakyat?

Belum lagi kalau ternyata ia sendiri tak pernah berani melaporkan harta kekayaannya dengan apa adanya. Ada harta yang coba disembunyikan, mungkin saja tujuannya untuk menghindari pajak.

Kalau tidak berani melaporkan dengan terbuka dan jujur, bukankah itu juga akan menimbulkan kecurigaan? Jangan-jangan hartanya itu diperoleh dengan cara yang tidak sah.                    

Triliuner dan kesederhanaan

Beberapa waktu lalu, dunia maya sempat heboh karena postingan seorang warga. Ia membagikan foto seorang pria tua yang sedang menyantap makanan di sebuah warung sederhana. Lalu apa yang istimewa dan sampai membuat heboh?

Pria tua itu ternyata adalah Bambang Hartono. Masih belum jelas? Ia bersama saudaranya adalah pemilik bisnis grup Djarum dan Bank BCA. Namanya selalu berada di jajaran orang paling kaya di Indonesia. Jumlah kekayaan Hartono bersaudara ini nyaris tak bisa disalip oleh siapapun.

Belakangan "booming" harga batubara memang ikut melambungkan nama para pengusaha yang bergerak di bidang itu. Salah satunya Low Tuck Kwong, salah satu pemegang saham terbesar Bayan Resources (BYAN) yang menurut Forbes memiliki harta sebesar US$12,1 miliar, berada di urutan kedua di bawah nama Hartono bersaudara.                 

Konglomerat berikutnya adalah Jusuf Hamka. Pengusaha kelas kakap di bidang jalan tol ini juga kerap membagikan kesehariannya yang jauh dari kemewahan. Ia gemar merekam momen ketika dirinya sedang makan di warung-warung pinggir jalan.

Para investor saham di tanah air juga pasti familiar dengan sosok Lo Kheng Hong. Tokoh yang dijuluki "Warren Buffett Indonesia" ini disebut-sebut memiliki harta lebih dari 2 triliun rupiah, hasil ketekunan berinvestasi saham selama berpuluh tahun. Tapi coba telusuri kisah hidupnya bahkan penampilannya, ternyata ia pun lebih senang mengajarkan tentang kesederhanaan.   

Dalam setiap penampilannya di depan publik saat memberikan ceramah, ia gemar mengutip tokoh-tokoh dunia terkenal dan kaya seperti Warren Buffett, Mark Zukerberg, atau Bill Gates yang ternyata lebih senang bergaya hidup sederhana.    

Lo Kheng Hong, triliuner yang sederhana (Kompas.com/Elsa Catriana)
Lo Kheng Hong, triliuner yang sederhana (Kompas.com/Elsa Catriana)

Lo Kheng Hong dalam nasihatnya selalu mengatakan bahwa "tujuan berinvestasi adalah menjadi kaya bukan terlihat kaya". Ia mengatakan, jam tangan yang dipakainya sampai saat ini adalah jam tangan yang dibeli sejak tahun 2005. Itu pun bukan jam tangan yang masuk kategori mahal apalagi super mahal.

Padahal media ramai memberitakan, hampir setiap tahun Lo Kheng Hong pasti akan meraup keuntungan besar dari saham-saham perusahaan yang dimilikinya. Bukan hanya dari capital gain (selisih harga jual dan beli saham), dividen yang diterimanya pun sudah mencapai miliaran rupiah. Maklum saja karena ia selalu membeli saham perusahaan dalam jumlah yang sangat banyak.

Kalau para triliuner (yang sudah pasti benar-benar kaya) selalu mengajarkan tentang prinsip dan gaya hidup sederhana, lalu untuk apa lagi anda berlagak kaya?   

 

***

Jambi, 9 Maret 2023

    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun