Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melawan Hoaks dengan Menyentuh Hati

17 Juli 2018   21:28 Diperbarui: 17 Juli 2018   21:36 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: timesindonesia.co.id)

Deklarasi anti hoaks (Foto: tribratanews.polri.go.id)
Deklarasi anti hoaks (Foto: tribratanews.polri.go.id)
Demikian halnya, mereka juga turut "bekerja" di dunia maya. Sedapat mungkin, berita-berita hoaks ditangkal dengan menyajikan berita/fakta yang sebenarnya agar dibaca para netizen. Ada pula beberapa situs yang secara khusus menyajikan berita-berita baik tentang Indonesia sebagai lawan tanding penyebaran berita berita bohong dan ujaran kebencian.

Ketika segala daya dan upaya tersebut sudah dilakukan, lalu pertanyaan besarnya, mengapa penyebaran berita hoaks dan ujaran kebencian tidak juga berhenti ?. Mengutip data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), pada akhir 2016 saja terdapat sedikitnya 800 situs yang diduga menjadi produsen virus hoaks, berita palsu dan ujaran kebencian.

Upaya perlawanan terhadap penyebaran informasi hoaks sepertinya selalu kalah cepat. Satu sindikat penyebar informasi hoaks diberantas, timbul sindikat-sindikat yang lain. Satu orang penyebar berita hoaks ditangkap, esok masih ada lagi yang melakukannya. Satu situs hoaks diblokir, besok sudah muncul lagi yang lain.

Melalui berbagai perangkat media sosial, informasi-informasi sesat terus disebarluaskan hingga dibaca banyak orang. Mereka yang malas melakukan cek dan ricek informasi lalu terpengaruh, bahkan ada yang langsung ikut menyebarluaskannya di akun pribadi masing-masing. Demikianlah, proses penyebaran informasi tersebut terus "beranak pinak" di media sosial.

Yang lebih memprihatinkan, ada pula tokoh-tokoh publik yang beberapa kali turut menjadi penyebar konten negatif. Motifnya bisa ditebak yaitu dalam konteks perebutan kekuasaan. Indikasinya, saat memasuki tahun politik, penyebaran konten negatif khususnya di media sosial sudah kian menjadi-jadi.          

Menyentuh hati

Jika saya menjadi Menteri Agama, tentu saya harus ikut terlibat langsung dalam "perang" terhadap penyebaran konten-konten negatif di media sosial. Apalagi, isu-isu agama cukup sering dijadikan sebagai muatan konten.

Saya akan memberikan dukungan penuh pada pihak-pihak terkait yang terus bekerja untuk menangkal penyebaran konten negatif ini. Kepada pihak kepolisian, kementerian, dan elemen-elemen masyarakat lainnya.   

Saya bersama seluruh jajaran di bawah akan lebih banyak turun ke bawah bertemu dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat dan mengajak mereka untuk turut serta dalam gerakan penyadaran ke seluruh warga, akan bahaya penyebaran konten hoaks karena bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Saya akan melakukan penghematan anggaran secara ketat, sehingga dana tersebut semaksimal mungkin bisa digunakan untuk menggelar lebih banyak lagi kegiatan sosialisasi dan dialog langsung dengan para pemuka agama dan masyarakat.

tokoh agama deklarasi melawan hoaks (Foto: detik.com)
tokoh agama deklarasi melawan hoaks (Foto: detik.com)
Sebagaimana konten-konten negatif bisa menyebar luas layaknya virus, maka untuk menangkalnya, saya juga harus berupaya menyebarkan sebanyak mungkin "virus-virus kebaikan" di tengah-tengah masyarakat untuk langsung menyentuh hati para netizen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun