Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibuku Terpenjara Rindu

31 Juli 2021   00:30 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:19 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Olah digital: H.Sabir

Wahai awan berarak yang sedang menuju ke utara

sertakan guratan peluh rinduku di gugusmu itu

dalam kesunyian malam menerawangi bintang-bintang

pada seorang ibu yang berada di seberang..

Dan Jika kau jatuhkan bayangan pekatmu itu

pada sebuah pohon rindang di samping rumah kecil berwarna hijau

disanalah seorang wanita separuh tua duduk mematung

pada sebuah bingkai gambar fotoku di sudut lemari tua.

Dia sedang berbalut siksa rindu, pada seorang perantau yang belum kembali pulang

bukan perantau tak berbalas rindu, atau seorang anak nak lupakan ibu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun