Mohon tunggu...
ganes gunansyah
ganes gunansyah Mohon Tunggu... dosen -

saya tenaga edukatif di Jurusan PGSD UNESA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi Pendidikan Nilai dalam Membangun Karakter Siswa di Sekolah Dasar

3 November 2010   16:30 Diperbarui: 4 April 2017   18:02 19853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

5. Recognition of an arbitrary element or starting point in rules or expections for the sake of argument:

Pelaksanaan Undang-undang dan hak-hak individu diuji secara kritis. Aturan yang diterima masyarakat penting. Sementara prosedur penyusunan aturan ditekankan secara rasional

6. Orientation to conscience as a agent and to mutual respect and trust:

Kebenaran didefinisikan atas kesesuainnya dengan kata hati, prinsip-prinsip etika yang logis dan komprehensif. Pengakuan atas hak dan nilai asasi manusia dan individu

Pendekatan ini memandang bahwa siswa merupakan individu yang memiliki potensi kognitif yang sedang dan akan terus tumbuh dan berkembang. Karena itu, melalui pendekatan ini siswa didorong untuk membiasakan berpikir aktif tentang seputar masalah-masalah moral yang hadir di sekeliling mereka di mana siswa dilatih untuk belajar dalam membuat keputusan-keputusan moral. Pada gilirannya diharapkan keputusan yang diambilnya dapat melatih anak untuk bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambilnya. Melalui pendekatan ini, tujuan yang ingin dicapai antara lain sebagai berikut. Pertama, sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa dibantu untuk mampu membuat pertimbangan moral mulai dari yang paling sederhana menuju tingkatan yang lebih kompleks berdasarkan kepada tata nilai yang lebih tinggi. Kedua, siswa berikutnya didorong untuk mendiskusikan rasionalisasi atau alasan-alasan terhadap nilai yang dipilih kaitannya dengan masalah masalah moral. Metode pembelajaran yang yang dapat digunakan diantaranya berdasarkan persoalan sederhana yang memiliki dilema moral dengan menggunakan metoda diskusi kelompok. Pelaksanaan kegiatan diskusi ini hendaknya diawali dengan penyajian cerita yang mengandung dilema. Dalam proses keterlibatan diskusi tersebut, siswa didorong untuk berani menentukan posisi apa yang seharusnya dipilih dan dilakukan oleh orang yang terlibat serta alasan-alasan apa saja yang mendasari pemilihan pertimabangan tersebut. Akhirnya setelah siswa mendiskusikan tentang alasan-alasan tersebut bersama kelompoknya, mereka diminta untuk menyampaikan pandangan sikapnya yang disertai dengan argumentasi di hadapan teman-teman yang lainnya.

c. Pendekatan Klarifikasi Nilai

Orientasi pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) ialah memberi penekanan untuk membantu siswa mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, kemudian secara bertahap kemampuan kesadaran mereka ditingkatkan terhadap nilai-nilai mereka sendiri. Adapun tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga capaian. Pertama, membantu siswa untuk menggali, menemukan, menyadari serta mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat pada diri mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; Kedua, mendorong siswa untuk mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain yang berkaitan dengan nilai-nilai yang mereka miliki; Ketiga, mamfasilitasi siswa agar mereka mampu secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir rasional dengan disertai kesadaran emosional dalam memahami hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Strategi pembelajaran yang dapat dipilih diantaranya brainstorming, dialog, pengamatan lapangan, wawancara, menulis pengalaman diri, diskusi baik dalam kelompok besar atau kecil, dan lan sebagainya.

Raths dalam Kosasih Djahiri (1985) menyebutkan bahwa menurut pendekatan ini ada tiga proses klarifikasi nilai. Dalam tiga proses tersebut terdapat tujuh subproses sebagai berikut: Pertama, memilih (1) dengan bebas; (2) dari berbagai alternatif; (3) setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya. Kedua, menghargai (1) merasa bahagia atau gembira dengan pilihannya; (2) mau mengakui pilihannya itu di depan umum. Ketiga, bertindak (1) berbuat sesuatu sesuai dengan pilihannya; (2) diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku dalam hidup.

d. Pendekatan Pembelajaran Berbuat

Karakteristik pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) berupaya menekankan pada usaha guru untuk memfasilitasi dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral yang dilakukan baik secara perseorangan maupun secara berkelompok. Penjelasan Bank (1990) tentang pentingnya pembelajaran berbuatmenyebutkan bahwa”….helping student to develop a greater sense of personal, social, and civic efficacy, and to develop greater skills in influencing their social and civic environment, should be the major goals of citizen action an participation project and activities”. Menurut pendekatan ini ada dua tujuan utama pendidikan moral yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa. Pertama, siswa terlebih dahulu diberi kesempatan untuk melakukan perbuatan moral sesuai dengan yang mereka pilih berdasarkan pertimbangan alasan moral dan nilai-nilai mereka sendiri; Kedua, guru mengajak siswa untuk memahami konsep diri (self concept), yaitu dengan membantu siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam interaksi sehari-hari ditengah kehidupan masyarakat. Artinya siswa sebagai sosok individu yang utuh, memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan secara bertanggungjawab, artinya kebebasan yang mereka miliki senantiasa dibatasi oleh hak orang lain. Dengan demikian, sejak awal siswa senantisa dibimbing dan dibekali dengan pembinaan pendidikan kepribadian, watak dan karaktersehingga di masa yang akan datang mereka menjadi warga negara yang baik (well educated men and good citenship).

Menurut teori perkembangan kepribadian, setiap individu tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor utama diantaranya faktor pengalaman (proses belajar), faktor kebudayaan dan faktor lingkungan keluarga yang meliputi sikap/kondisi sosial ekonomi keluarga, posisi anak dalam kelurga serta bagaimana sifat dan perlakuan orangtua. Terdapat beberapa kecenderungan arah perkembangan kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas diantaranya yaitu (1) bila anak hidup di dalam suasana penuh dengan kritik, dia belajar untuk menyalahan orang; (2) bila anak hidup di dalam suasana penuh kekerasan, dia belajar untuk berkelahi; (3) bila anak hidup di dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi seorang yang pemalu; (4) bila anak hidup di dalam suasana yang memalukan, dia belajar untuk selalu merasa bersalah; (5) bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi, dia belajar untuk menjadi seorang penyabar. (6) bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan dukungan, dia belajar untuk menjadi seorang yang percaya diri; (7) bila anak hidup di dalam suasana penuh pujian & penghargaan, dia belajar untuk menghargai orang lain; (8) bila anak hidup di dalam suasana kejujuran, dia belajar mengenai keadilan; (9) bila anak hidup di dalam suasana yang aman, dia belajar untuk mempercayai orang lain; (10) bila anak hidup di dalam suasana yang memuaskan jiwanya, dia belajar untuk menyenangi dirinya; serta (11) bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan penerimaan & persahabatan, dia belajar untuk mendapatkan kasih sayang di dalam dunia ini.

Penutup

Jika konsep pendidikan dasar diorientasikan pada pendidikan nilai, maka pendidikan tersebut akan harus senantiasa berbasiskan nilai, di mana nilai tersebut sengaja ditujukan untuk mengembangkan aspek kepribadian dan karakter peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan yang berangkat dan didasarkan pada nilai diyakini akan melahirkan para lulusan yang berkepribadian, berkarakter dan berwatak baik. Karena itu, tugas utama pendidikan dasar adalah membangun karakter anak didik yaitu bertujuan agar anak didik sejak dini tidak gagal menjadi sosok manusia, karena jika manusia gagal untuk menjadi manusia maka kualitasnya tidak berbeda bahkan lebih rendah dibandingkan hewan. Dengan demikian, di sinilah letak letak nilai strategis pendidikan dasar yaitu sebagai pondasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahap-tahap berikutnya, di mana kita yakini bahwa tantangan ke depan akan besar dan kompleks. Jika pada tahapan ini gagal dilalui, maka surat jalanatau paspor yang sangat penting ini tidak akan dimiliki anak. Konsekuensinya, tentu anak akan kesulitan untuk memasuki kehidupan selanjutnya mulai dari konteks lingkungan terdekat keluarga, masyarakat setempat, sampai masyarakat dunia, termasuk di dalamnya lembaga satuanpendidikan.

Referensi:

Bank, A. James. (1990). Teaching Strategies for The Social Studies-Inquiry, Valuing, and Decision Making. Longman New York and London

Balitbang Puskur Depdiknas. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SD. Jakarta

Djahiri, A. Kosasih (1985), Strategi Pembelajaran fektif Nilai Moral dan Games Dalam VCT, Bandung, Lab Pmpkn IKIP. Bandung.

Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Sauri, Sofyan. (2009). Implementasi Pendidikan Nilai dalam Pedagogik dan Penyusunan Unsur-unsurnya. Bandung: SPs PU UPI.

Skeel, J. Dorothy. (1995). Elementery Social Studies-Challenges for Tomorrow’s World. Harcourt Brace College Publishers.

Sumaatmadja, Nursid.(2005). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sanjaya, Wina. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: SPs UPI.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Waini Rasyidin. (2007). Landasan Filosofis Pendidikan Dasar. Bandung: SPs UPI.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

*penulis adalah dosen di jurusan PGSD UNESA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun