Mohon tunggu...
Khoirul Arjuna
Khoirul Arjuna Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Lucky i am a Writer and Librarian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Ingin Jadi Orang Bodoh (Cita-cita)

19 Januari 2016   12:45 Diperbarui: 19 Januari 2016   14:23 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anak itu baru saja bangun dari tidur siangnya. Tangannya berulang kali mengucek matanya yang terasa gatal. Ia melihat kedua orang tuanya duduk di ruang tamu dengan kesibukan masing-masing. Sang ayah membaca koran dan sang ibu bermain gadget.
Ia pun menghampiri kedua orang tuanya. Dengan sopan ia hanya duduk lesehan di lantai sambil meletakkan tangannya di meja yang terbuat dari kaca. Matanya memperhatikan kesibukan ayah dan ibunya. Beberapa menit kemudian anak itu memulai pembicaraan dengan kalimat yang aneh.

“Ibu, Ayah, aku ingin jadi orang bodoh”

“Ngomong apa sih sayang, kelamaan tidur ya? kenapa ngawur gitu ngomongnya?” Sang ibu langsung menaruh gadgetnya.“Nyenyak nggak tidurnya?”

“Nyenyak, Bu! Tapi benaran aku ingin jadi orang bodoh”

“Coba pegang keningnya, Bu! Mungkin anak kita lagi sakit. Mungkin demam.” Sang Ayah menurunkan koran yang menutupi wajahnya.

“Sehat kok, Yah! Keningnya gak panas dan gak hangat. Kamu kenapa ingin jadi orang bodoh sayang?” Sambil mengelus kepala anaknya.

“Iya, Bu! Jadi orang bodoh lebih enak dari pada jadi orang pintar”
Kedua orang tuanya mengerutkan dahi, sang ayah langsung melepas kaca mata yang ia pakai lalu menaruhnya di atas meja.

“Guru apa yang mengatakan jadi orang bodoh lebih bagus?” Sang ayah mulai serius.

“Bukan Guru, Yah! Ini memang keinginanku sendiri. Di sekolah semua guru malah menyuruh belajar dengan giat supaya menjadi murid yang pintar”

“Nah! gitu dong, guru kamu benar, Nak. Kamu harus rajin belajar sayang. Harus jadi orang pintar. Lihat kakak-kakak kamu dulu mereka pintar-pintar, mereka masuk di universtas ternama. Menjadi mahasiswa kedokteran, akuntansi, dan hakim. Sekarang mereka sudah sukses. Kerja di perusahaan, punya mobil, rumah, dan tabungan. Kamu nggak mau jadi kakak-kakak kamu?” Ucap ibunya tersenyum.

“Mau, Bu!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun