Mohon tunggu...
kayla atia salsabila
kayla atia salsabila Mohon Tunggu...

hidup didunia itu hanya satu kali,maka dari satu kali itu manfaatkanlah dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi yang Kebablasan

29 Mei 2014   20:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:59 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah negara dengan sistem demokrasi, lebih tepatnya Demokrasi pancasila. Namun banyak yang salah menilai Demokrasi ini atau lebih tepatnya banyak orang yang berdemokrasi secara kebablasan. Dimana sudah tidak terlihat lagi etika/ nilai kesopan santunannya. Begitu banyak yang menghina satu sama lain meng-atas namakan demokrasi, padahal apa yang mereka lakukan sudah diluar batas nilai demokrasi. Sungguh PR yang sangat besar untuk pemimpin yang akan datang memasukkan nilai-nilai demokrasi yang sesungguhnya ke dalam negri ini. Yaitu demokrasi yang penuh etika/kesopanan yang sesuai dengan UUD 1945 dan nilai-nilai pancasila. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena kita sudah mulai keluar dari landasan dalam melakukan demokrasi.

Seperti sekarang ini, saya sungguh prihatin setiap melihat berita online dan yang lainnya tentang pemilu terutama pemilihan presiden yang akan datang. Yang berujung saling menghina bahkan memfitnah antar pendukung Capres masing-masing. ini sungguh ironi dan tidak boleh terus terjadi. Begitu banyak komentar-komentar yang sudah diluar batas demokrasi. Kita seharusnya tidak boleh saling serang mengatasnamakan  demokrasi.

Kita harus bisa menghargai dan menghormati apa yang menjadi pilihan orang lain, karena itu adalah hak setiap orang. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita apalagi sampai saling serang dan saling menjelekkan. Karena setiap capres dan cawapresnya pasti tidaklah sempurna. Entah itu Prabowo ataupun Jokowi. Saya yakin Prabowo pasti punya kekurangan, dan Jokowi pun sama pasti punya kekurangan. Karena itu sudah menjadi Hakekat manusia yaitu tempatnya lupa dan salah. Tapi sebagai pendukung kita itu ibarat orang yang sedang dilanda Cinta dan kefanatikan yang pastinya sejelek apapun orang yang kita cinta, sekurang apapun dia pasti kita tetap menganggapnya SEMPURNA. Kekurangannya yang tidak bisa orang lain terima, karena kita cinta maka kita bisa menerima dan menganggap kekurangannya adalah kesempurnaan dia. kita akan selalu memujinya. Lain halnya dengan orang yang benci dengan orang yang kita cinta, sebaik apapun pasangan kita pasti dia akan menilai hal itu adalah kekurangan. Sama halnya dengan capres dukungan kita masing-masing. Sebanyak apapun kesalahan JOKOWI dan PRABOWO tentu kita akan membelanya dan memujinya tanpa melihat kekurangan itu.

Oleh karena itu marilah kita saling menghormati dan menghargai pilihan masing-masing. janganlah kita menjelekkan satu dengan yang lainnya. Karena masing-masingpun sudah punya kelebihan. JOKOWI dengan kedekatannya dengan masyarakat dan PRABOWO atas jasanya terhadap TKI kita, dan masih banyak lagi kelebihan dari masing-masing calon. Marilah kita berdemokrasi secara santun, saling menghormati dan menghargai. Jangan jadikan ajang lima tahunan ini sebagai ajang penambah dosa dengan orang lain, karena akan susah untuk meminta maafnya.Apalagi didunia maya seperti ini yang belum bisa kenal secara langsung. Karena apa yang benar menurut kita belum tentu benar menurut mereka, dan apa yang salah menurut kita belum tentu salah menurut mereka. Karena kalau kita membuka aib orang lain, aib kita pun akan dibuka. Jadi tidak ada gunanya kita bongkar-bongkaran aib hanya gara-gara capres. HORMATI DAN HARGAI pilihan orang lain. kalau kita tidak suka dengan PRABOWO ya jangan dipilih, kalau kita tidak suka dengan JOKOWI ya jangan dipilih juga. Pilihlah sesuai hati nurani masing-masing, pilihlah mana yang menurut kita baik dan JANGANLAH MENJELEKKAN YANG SATU DAN YANG LAINNYA.

Kita juga tidak boleh menghakimi salah satu pasangan, karena itu bukan ranah kita. Kalau apa yang kita omongkan belum tentu benar akhirnya  hanya akan jadi fitnah. Yang akhirnya membahayakan diri kita sendiri didunia ataupun di akhirat. Ingatlah bahwa FITNAH ITU LEBIH KEJAM DARI PADA PEMBUNUHAN. Karena Hanya PENCIPTA KITA  yang berhak menghakimi. inilah demokrasi kita yang sudah salah kaprah, sudah melewati batas kewajaran.

Lebih baik Khusnudzon lah kita terhadap capres-capres yang ada. Tidak usah kita mengungkit kesalahan orang lain. Marilah kita jadikan kekurangan masing-masing sebagai cerminan diri kita. Karena kita belum tentu Sesuci Jokowi ataupun Prabowo. Kalau kita sudah menyebarkan berita yang tidak benar belum tentu kita punya kesempatan meminta maaf secara langsung kepada beliau.

Untuk para elite politik dan para tim pemenangan capres, Tolong contohkan kepada kami ini para rakyat untuk berdemokrasi secara baik, yang memiliki Etika/ Kesopan santunan. Jangan contohkan kami untuk saling menghujat dan saling menjelekkan satu dengan yang lainnya. Karena saya yakin sebaik baik Jokowi pasti ada Kesalahannya, dan sebaik-baik Prabowo pun ada keslahannya. Jadi tolong jangan menciptakan ASUMSI ke masyarkat bahwa calon anda adalah orang yang sempurna, Berarti anda telah melebihi kehendak ALLAH. Karena yang sempurna hanya lah Allah. Saya lebih setuju dan lebih menghargai apabila anda menceritakan sebenar-benarnya tentang CAPRES anda, Tanpa tambahan dan pengurangan. lebih baik apa adanya. LIHATLAH APA APA YANG KALIAN CONTOHKAN KEPADA RAKYAT. AKHIRNYA RAKYATPUN SALING SERANG,SUDAH TIDAK MEMAKAI NORMA KESOPANAN,bicara diforum umum seenaknya,memfitnah seenaknya dan yang lainnya.

Dan untuk media tolong jangan memberitakan secara tidak adil atau memihak kesalah satu calon. Berikan Masyarakat Informasi yang sebenarnya, bukan hasil opini atau yang lainnya. Jangan karena pemiliknya pendukung salah satu pasangan jadi menjelekkan pasangan lainnya. ITULAH YANG NAMANYA DEMOKRASI,TIDAK BERAT SEBELAH.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun