Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Doa untuk Gaza dari Unhas

5 Agustus 2014   02:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:24 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_336389" align="aligncenter" width="640" caption="Halal Bihalal di Unhas, 4 Agustus 2014"][/caption]

Dr.Kasmad Sartono, M.Ag yang membawakan hikmah Halal Bihalal 1435 Unhas di Auditorium Prof.Dr.H.A.Amiruddin, Senin (4/8/2014) membuka risalahnya dengan mengutip tiga kisah Abu Nawas yang lucu. Kita pasti maklum siapa Abu Nawas. Kisah humornya dalam Kisah 1001 Malam yang tak habis-habisnya terkenal hingga sekarang.

Begitulah suatu hari, kata penceramah, Abu Nawas yang nama aslinya Abu Ali Al-Hasan bin Hani al-Hakami dan dilahirkan di kota kecil Ahvaz, di negeri Persia (Iran sekarang) pada tahun 145 H (747 M) diundang oleh Raja Harun Al Rasyid untuk berceramah. Kata Kasmad Sartono – sekadar mencocokkan dengan situasi di Unhas saat itu – membawakan ceramah tentang Halal Bihalal.

Abu Nawas, anak pasangan Hani al-Hakam yang anggota legiun militer Marwan II dan Jalban, wanita Persia yang sehari-hari bekerja sebagai pencuci kain wol ini, pun tampil berceramah di depan raja dan para pembesarnya. Pertanyaan pertama yang dilontarkan penyair terbesar Sasrea Arab Klasik ini begitu tampil di podium adalah,’’Apakah bapak-bapak yang hadir sudah tahu tentang istilah Halal Bihalal yang akan saya bawakan ini?’’.

[caption id="attachment_336390" align="aligncenter" width="610" caption="Pasca Halal Bihalal di Depan Auditotoriaum Prof.Dr.A. Amiruddin "]

14071566821325319402
14071566821325319402
[/caption]

Para hadirin menjawab polos dan tidak mau berbohong – apalagi habis menunaikan ibadah puasa --, serentak langsung menjawab ‘’Sudah tahu!!!!’’.

‘’Kalau begitu, tidak perlu saya berceramah. Terima kasih. Sekian Wassalam alaikum warahmatullah barakatuh,’’ katanya kemudian berhenti dan turun dari podium.

Raja yang tidak puas dengan kelakuan Abu Nawas mengundangnya kedua kali, tiga hari kemudian (saya pilih tiga hari, meski Kasmad Sartono menyebut dua hari). Para pembesar kerajaan sudah memasang siasat. Jika ternyata Abu Nawas mengulangi lagi pertanyaan yang sama dengan pada pertemuan pertama, kontan hadirin harus menjawab ’’Belum tahu!!!’’.

Benar juga, Abu Nawas melontarkan pertanyaan, sama dengan pertanyaan pada pertemuan pertama.

‘’Belum tahuuuuu…!!!!!,’’ seru para undangan serempak, yang berharap Abu Nawas akan kehabisan akal untuk berkelit lagi dengan jawaban itu.

‘’Kalau begitu, percuma saja berceramah kalau belum tahu,’’ ujarnya kemudian memberi salam dan lenggang kangkung pergi.

Pusing dengan dua kali diperdaya Abu Nawas, Raja Harun Al Rasyid yang tidak mau kalah 0-2, masih berusaha mencari cara untuk mengimbangi kemampuan siasat Abu Nawas yang susah ditaklukkan itu. Lagi-lagi pembesar kerajaan membagi dua hadirin dengan jawaban yang berbeda jika pertanyaan Abu Nawas masih tetap seperti pada pertemuan pertama. Satu kelompok harus menjawab ‘’belum tahu’’ dan satu kelompok lagi akan menjawab ‘’sudah tahu’’.

Ya, seperti ditebak, Abu Nawas tetap bergeming dengan pertanyaan pada jumpa pertama.’’Apakah hadirin sudah paham dengan materi yang akan saya bawakan ini?’’.

Seperti yang sudah diskenariokan, separuh hadirin yang sebelah kanan menjawab ‘’belum tahu’’ dan separuh yang sebelah kiri menyahut ‘’sudah tahu’’. Hadirin bersemangat menjawab dengan harapan Abu Nawas akan kehabisan akal untuk berkelit.

Abu Nawas pun tampil dengan lantang sembari berkata,’’ menurut teori manajemen akan lebih efektif jika yang sudah tahu masing-masing akan memberitahu kepada yang belum tahu’’. Dia pun berhenti berceramah seperti kali pertama dan kedua. Tetapi Kasmad Sartono yang mengaku tidak mau menjadi Abu Nawas pada hari itu, melanjutkan ceramahnya yang tidak bersoal tentang penyair Persia yang humor itu.

Tiga Hal

Dalam ceramahnya yang menghabiskan waktu 40 menit, Kasmad Sartono menguraikan benang merah tiga potong ungkapan, yakni Idul Fitri, Minal aidzin walfaizin, dan Halal Bihalal’’.

Idul Fitri singkatnya adalah kembali kepada kesucian. Kembali kepada fitrah sebagai manusia. Jika pada tahun 2014 ini diibaratkan ‘tahun konflik’ di Unhas karena ada suksesi pemilihan rektor pada Januari lalu, semuanya kembali kepada kesucian dengan saling memaafkan.

Lalu Minal aidin walfaidzin, banyak orang memaknakannya sebagai maaf lahir dan batin. Makna sebenarnya adalah doa agar kita sama-sama kembali kepada fitrah dan sukses.

Lalu Halal Bihalal, ini sebenarnya terkait dengan halalan toiyyiban’’. Halalan bahasa agama, toiyyiban bahasa kesehatan. Halal sendiri adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan dan yang tidak boleh dimakan. Dengan pertautan ketiga hal ini diharapkan kita kembali kepada fitrah.

Al Fatihah

Mengawali kehadirannya di podium, Rektor Universitas Hasanuddin Prof.Dr.Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A menyapa dua seniornya yang pernah memimpin Unhas pada masanya, Prof.Dr.H.Basri Hasanuddin, M.A (1989-1997) dan Prof.Dr.dr.Idrus A Paturusi (2006-2014) dan Prof.Dr.Ir M.Saleh Pallu, yang kini menjabat Rektor Universitas 45 Makassar. Undangan khusus CEO PT Bomar, perusahaan dengan 2000 karyawan di kawasan PT KIMA Makassar yang banyak merekrut alumni Unhas juga disapanya. Begitu pun Wakil rektor, para dekan, wakil dekan, kepala biro, kepala bagian, ibu-ibu Darma Wanita, para dosen dan karyawan dan mahasiswa Unhas, tak lupa disapa.

Dwia pun mengatakan, pada Halal Bihalal seperti ini, Prof.Dr.Achmad Amiruddin yang biasanya hadir bersama kita, akhir Maret 2014 sudah tiada. Dengan suara yang bergetar, perempuan kelahiran Tanjung Karang Lampung, 19 April 1964 ini, mengajak seluruh hadirin membacakan surah Al Fatihah untuk Prof. Amiruddin dan juga buat para korban warga Palestina di Gaza akibat kebiadaban pasukan Israel.

Dwia menyebutkan, Halal Bihalal ini penting bagi keluarga besar Unhas untuk saling memaafkan dalam kaitan dengan pergantian pimpinan Unhas beberapa bulan silam.

Memanfaatkan empat bulan yang tersisa (tahun 2014), kata Dwia, berupaya mencapai target yang sudah ditetapkan. Termasuk di dalamnya adalah agendapengembangan program studi yang menghabiskan dana Rp 20 miliar dan Rp 2,7 miliar di antaranya diperuntukkan bagi para dosen yang membawa berbagai presentasi di dalam dan luar negeri.

Masalah pengadaan ruang dosen yang memadai dan cukup kondusif untuk berkonsultasi dengan para mahasiswa, juga mendesak ditunaikan. Begitu pun dengan masalah kesejahteraan. Masalah remunerasi yang bersumber dari Pendapatan Negara Bukan (PNBP) saat ini sudah dikirim ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

‘’Khusus menyangkut masalah perumahan dosen di Tamalanrea, kita sudah bentuk tim. Permasalahannya ada di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Kementerian Keuangan,’’ kata Dwia Aries Tina. (mda).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun