Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Biaya Transportasimu Bengkak? Inilah Strategi Atur Uang Transport

5 Juni 2025   10:49 Diperbarui: 5 Juni 2025   10:49 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horse pulling a carriage through the city (Sumber: Freepik.com)

Navigasi transportasi di Indonesia dapat dianggap sebagai petualangan atau tantangan. Namun, kabar baiknya adalah transportasi di Indonesia umumnya dianggap tidak begitu mahal tergantung dari mode transportasi yang Anda pilih.

Untuk transportasi publik, seperti bus dan kereta api, merupakan solusi tunggal . Hanya sekarang ini untuk naik kereta api, belum terintegrasi dengan bus dalam aspek biayanya. Jika Anda naik commuter line (KRL) atau Light Rapid Transit ( LRT), Mass Rapid Transit  (MRT) biayanya tidak bisa terintegrasi dengan biaya bus (Trans) atau angkot. Masing-masing transportasi mengenakan biaya sendiri.

Sebaliknya jika kita naik mobil pribadi karena alasan kenyamanan, selain harganya yang mahal (biaya bensin) juga waktu dan energi yang cukup besar karena Jakarta termasuk kota yang macet sekali pada saat jam kantor (berangkat dan pulang).

Contohnya seorang teman saya , Gito (bukan nama sebenarnya), tempat tinggalnya di Bekasi, bekerja di jalan protokol, Sudirman, Jakarta, dia pikir capai harus berganti-ganti naik kendaraan umum, jadi pagi-pagi jam 6 sudah berangkat  dengan mobil pribadi dari Bekasi. Ternyata apa yang dipikirkan tak sesuai kenyataan, di perjalanan dia tetap kena macet, baru sampai di kantor y 8.30 pagi, makan waktu sekitar 2 l/2 jam.   Begitu sampai di kantor, tenaga habis karena terkuras oleh konsentrasi kemacetan. Ditengah perjalanan pun, ia harus beli bensin yang seharusnya cukup jika jalan tidak macet.

Dia mencoba alternatif lain yaitu f naik KRL dengan jam keberangkatan yang sama. Sampai di stasiun Sudirman dia masih harus jalan kaki untuk kantornya , waktu sekitar 1 l/2 jam. Tentunya dari segi cape, naik KRL agak beda yaitu harus berdiri dan berdesakan dengan penumpang yang penuh sesak.

Namun, dari segi biaya, Gito mengatakan bahwa untuk biaya bensin dan tenaga jika harus naik mobil Rp.40.000 dan biaya toll sekitar Rp.15.500 , parkir mobil di kantor untuk 8 jam ,Rp.40.000, total satu kali jalan Rp.95.500. Untuk berangkat dan pulang menjadi Rp.191.000 . Dalam sebulan biaya transportasi yang ia harus keluarkan sebesar Rp.4.775.000 atau Rp.5.000.000.

Apabila gaji Gito Rp.10.000.000 berarti biaya transportasinya sudah mencapai 50% dari gaji. Hal ini menurut World Bank, kondisi Gito dianggap tidak sejahtera. Seorang dianggap sejahtera apabila biaya transportasi yang ditanggungnya sebesar 10% dari salary atau gaji.

Biaya transport kendaraan pribadi vs kendaraan publik

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, perbedaan mencolok dari aspek biaya antara kendaraan pribadi dan kendaraan publik. BIaya untuk transport kendaraan pribadi pasti jauh lebih besar dari kendaraan umum.

Setiap orang punya preferensi apakah akan memilih keamanan , sehingga menggunakan kendaraan pribadi tapi biaya transportasi bengkak.

Sementara jika kita gunakan kendaraan publik, tentunya tidak nyaman, jika terlambat sedikit dan waktu berangkat kerja, berjejal jejal naik KRL seperti tak berdaya tak bisa bernafas, tapi aman dalam biaya transportasinya.

Ada alternatif lain untuk mode transport

1.Bersepeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun