Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menggemakan Wonderful Borobudur dengan Sound of Borobudur

11 Mei 2021   15:17 Diperbarui: 11 Mei 2021   15:36 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari borobudurnews.com

Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah ingin mengejar kembali panggung musik dunia yang pernah hidup di Borobudur .  "Mimpi agar bunyi-bunyian itu tidak sekedar replica , tapi bunyi itu adalah karya seni yang sangat luar biasa".   Borobudur bukan sekedar wonderful of Indonesia tapi juga pusat seni atau pusat seni dunia tempat peralatan musik instrument dunia berada di Borobudur.

Usaha untuk menghidupkan Kembali Borobudur  sebagai pusat  pentas musik dunia melalui Sound of Borobudur dilakukan dalam dua proses.  Proses pertama adalah memproduksi dan proses kedua adalah memainkan dalam workshop.

Kiri: Dawai oleh Arief, kanan : Relief. Sumber: Bachtiar Djanan/Japung Nusantara
Kiri: Dawai oleh Arief, kanan : Relief. Sumber: Bachtiar Djanan/Japung Nusantara
Proses pertama seperti Dawai  dalam relief Karmawibhangga itu telah dibuat Kembali oleh Ali Gardy, seorang seniman muda lulusan Universitas Abdul Rahman Saleh Situbondo, pembuat dan pemain alat tradisonal seperti sapek dan panting , instrumen dawai Kalimantan.

 Dia membeli kayu dari Perhutani. Dia membuat prototype dalam bentuk karton duplex.  Dengan bantuan cermin, dia membandingkan antara gambar foto relief dengan ukuran yang dibuatnya. Ketika bentuk dasar telah selesai,  pembuatan instrument dengan mengukir , pemasangan resonansi  penutup bagian belakang instrumen, pemasangan dryer (pengaturan kekencangan dawia). Barulah finishing dengan penghalusan dan pengamplasan.

Sumber: Bachtiar Djanan M/Japung Nusantara
Sumber: Bachtiar Djanan M/Japung Nusantara
Proses kedua  (memainkan alat)  dikerjakan oleh  sekelompok musisi muda seperti Dewa Budjana, Trie Utami, Bintang Indrianto, bahkan Purwacaraka pun ikut berpartisipasi dalam tajuk Sound of Borobudur . 

Mereka menyeleraskan nada oleh maestro gitar nusantara , Dewa Budjaja , Redy Eko Prastyo, Ganzer Landa, Ferby , Gregorius Agro dan Trie Utama di The Riverside Jogya.

Permainan dilanjutkan dengan menampilkan di depan public untuk pertama kalinya di acara SOnjo Kampung di Omah Mbudur.

Puncaknya adalah Acara Pembukaan Borobudur Culturan Feast pada tanggal 17 Dsember 2016 di Lapangan Lumbini di area Candi Borobudur memperkenalkan Gasona, Gasola, Solawai, tiga instrumen. dawai yang bentuknya diambil dari relief.

Komposisi yang sangat kompak dari ansambeli dawai, memfokuskan petikan dawai. Petikan dawai itu menggugah kesadaran kita semua bahwa Borobudur  pusat musik dunia itu sudah Kembali .

Komposisi kedua  tak kalah menariknya , dipetik dari  album Dewa Budjana, ""Nyanyian Dharma 2"dinyanyikan oleh Trie Utami diiringi  petikan gitar oleh Dewa Budjana dan tarian  Nusantara oleh Didik Nini Thowok dengan gemulainya.

Jika dulu Sound of Borobudur dipentaskan dengan alat seadanya dan yang penting berbunyi, sekarang tentu harus bekerja keras untuk merealisasikan untuk membuat suara dari 200 alat sesuai dengan relief itu jadi paduan suara yang harmoni, reinventing yang dahsyat .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun