Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keterbukaan dan Empati Jadi Solusi Atasi Stres Juga Depresi

5 Agustus 2017   18:12 Diperbarui: 8 Agustus 2017   16:42 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia merasa bahwa tak ada manfaatnya dia berhasil jadi sarjana. Untuk siapa keberhasilan itu? Tak ada seorang pun yang dapat mengerti dan memahami perjuangan dalam keberhasilannya. Dia tak pernah mengeluh kepada siapa pun. Namun, di puncak kesedihan atau mendekati depresi, dia hampir tak tahan jika tak mengeluh.

Di suatu surat yang ditujukan kepada teman-teman seimannya, dia berteriak dalam suatu surat yang panjang. "Untuk apa aku hidup? Apakah aku hidup untuk diriku sendiri?  Siapakah diriku? Kenapa Tuhan memberikan kesempatan diriku untuk menyelesaikan studi tanpa arah yang jelas.  Seandainya aku bunuh diri, apakah aku bertanggung jawab kepada Tuhan? Adikku masih memerlukan diriku, tapi orang lain tak pernah tahu siapa diriku.  Perjuangan ini tak pernah berhenti karena aku sudah tak punya kekuataan lagi untuk melanjutkannya".

Selesai surat terbuka yang menggetarkan hati teman-temannya,  bahkan teman-teman dekat pun sampai kaget bahwa Desi harus melalui lembah kelam ditengah keberhasilan sekolahnya. Teman-temannya yang sering curhat dengan kesulitan hidup yang lebih kecil dibandingkan Desi, mereka baru menyadarinya.

Teman-temannya lalu datang kepada Desi dan mereka bukan hanya datang saja tetapi ikut mendoakan dan support untuk jiwanya yang sedang tergoncang. Ada yang menyediakan waktu untuk segala curhat Desi. Mendengarkan saja tanpa bisa membantu apa-apa, sudah cukup melegakan bagi Desi. Ada orang lain di sisinya itulah yang memang dibutuhkannya.

Sebagai orang tua, tetangga, teman, suami, istri, selalu punya relasi, baik itu dekat atau tidak. Pengertian dekat atau tidak tidak perlu diperdebatkan.  Yang menjadi faktor penentu bagi seorang sahabat dari orang yang sedang dalam depresi adalah orang yang mampu jadi pendengar setia dan tidak perlu memberikan nasehat apa pun atau memberikan jalan keluar yang belum pasti benar. Teman dekat bukan seorang psikolog yang mengerti bagaimana menangani seorang depresi. Dengarkan dulu keluhannya, dan antarkan saja kepada seorang profesional seperti psikolog, psiakter yang punya kemampuan untuk menolongnya.

Solusi mudah bukan apabila kita mau mendengarkan penderitaan orang lain, empati kepada mereka yang sedang dalam kesulitan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun