Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Perjuangan Berat bagi Pekerja Baru Menembus Kota Jakarta

17 Januari 2017   16:07 Diperbarui: 17 Januari 2017   20:58 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini dibuat dari pengamatan seorang ibu yang mengikuti selama  hampir tiga minggu   bagaimana putrinya mencari dan mendapatkan pekerjaan di Jakarta.    Saya belum memiliki waktu untuk mengadakan mini  survey atau perbandingan yang dibuat dalam penulisan ini. Tulisan ini lebih dari sekedar pengalaman pribadi yang ingin disharing bersama bagi para orangtua  untuk mereka yang putra-putrinya juga sedang mencari pekerjaan di kota Metropolitan.

Selayaknya setiap orang yang baru lulus dari suatu perguruan tinggi, mengimpikan dapat pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, gajinya, tempat pekerjaan yang nyaman.  Mimpi itu ternyata terlalu muluk untuk diraih karena tantangan berat di depan sudah menghadang.

Sebagai seorang ibu,saya selalu mengatakan kepada anak untuk menerima realitas yang terburuk dalam mencari pekerjaan, artinya bagaimana sulitnya mendapatkan dari ratusan bahkan ribuan lamaran yang dikirim hanya dapat respon 5 untuk datang interview/test.   Belum lagi bermacam-macam hal yang tidak sesuai dengan impian itu akan membangunkan realitas dari sebuah impian.

Jumlah Lowongan yang sedikit atau terbatas

Seorang pencari pekerjaan harus berjuang berat untuk  mendapat panggilan 1 interview. Dari sekian ratusan lamaran hanya ada sedikit sekali respon.   Mengapa?  Alasannya karena banyak perusahaan  yang menerapkan manajemen yang sangat efisien untuk merekrut seorang pegawai. Jika kebutuhan tenaga kerja tidak perlu sekali, mereka   tidak membuka  lowongan .  Sebaliknya, pencari Pekerjaan  harus mengirimkan banyaknya lamaran pekerjaan kepada semua perusahaan yang dianggap potensil untuk dilamar.   

Dari sekian ratus atau ribu lamaran yang dikirimkan hanya direspon oleh 1-2  perusahaan.  Itu pun perlu meluangkan waktu untuk beberapa kali test dan interview.  Waktu, tenaga, dana harus disiapkan untuk 1 kali interview dan test bisa mahal harganya.  Apalagi jika lokasi kantor jauh dari tempat tinggal.  Untuk memburu waktu, biasanya calon pekerja harus gunakan transportasi yang paling cepat .  Sebaiknya melakukan survey tempat sebelum dilakukan interview agar tidak terlambat datang untuk mencari lokasi tempat yang belum diketahui sebelumnay.   

Kompetitor yang sangat berat:

Satu pekerjaan diserbu oleh ratusan orang.  Dari ratusan orang itu hanya terseleksi 10 orang saja.  Pada akhirnya,  hanya orang yang dianggap paling kompeten dan terbaik oleh perusahaan yang terpilih menjadi pemenang dalam arti diterima sebagai pekerja. Menghadapi beratnya  competitor yang berat, tentu harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam test maupun interview. 

Mempersiapkan diri sebelum test baik itu kesehatan jasmani maupun rohani.   Jika telah melewati beberapa internview, dan sampai kepada tahap terakhir, sebaiknya harus memberikan kesan terbaik dan mengetahui profil perusahaan dan percaya diri untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh pimpinan tertinggi atau calon atasan dari pekerja.

Berani memilih dari yang terbaik:                       

Seringkali dihadapkan oleh pilihan yang sangat dilematis.   Perusahaan yang menawarkan pekerjaan itu tak sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya.  Sementara perusahaan lain yang sesuai dengan bidanya,  kurang berminat untuk merekrut kita.  Di sini pilihan dan kejelian dari pelamar pekerjaan harus cermat.   Kadang-kadang pertimbangan kepentingan kita harus diabaikan, tetapi kepentingan untuk mendapatkan pengalaman pekerjaan jauh lebih penting.  

Gaji yang tak sesuai dengan keinginan:

Bertemu dengan orangtua yang punya pengalaman pribadi yang sama dengan saya.  Putra/putrinya yang lulus dari perguruan tinggi, melamar pekerjaan, mendapat gaji yang tak sesuai dengan apa yang diharapkan, bahkan standar gaji lulusan Sarjana disamakan dengan UMR.   Kenyataan pahit, sungguh harus dipikirkan.   Suatu dilematis yang sering terjadi.   Tidak ada gaji standar untuk suatu lulusan perguruan tinggi dengan masing-masing bidang. 

Misalnya sarjana pendidikan gajinya Rp.4 juta;   sarjana elektro Rp.5juta;  sarjana fisika dan matematik Rp.5.5 juta.    Yang ada justru semua perusahaan menetapkan gaji sesuai dengan standar dari perusahaan itu sendiri.  Bagi pelamar jika ditanya gaji yang ditinginkan pasti bingung menetapkan karena tidak ada kepastian dari standar nasional yang dipakai sebagai panduan untuk ikut menetapkan bargaining gaji kepada perusahaan.

Layaknya seorang yang baru saja lulus, dipaksa untuk menerima gaji kecil yang notabene sebenarnya hampir sama dengan UMR.   Bayangkan, apakah dengan gaji yang demikian kecil ini, seorang calon pekerja lulusan perguruan tinggi harus menerima atau tidak.  Menerima artinya bekerja hanya tanpa bisa menabung atau mendapatkan kelebihan dari gaji sama sekali.   Tidak menerima artinya akan jadi penggangguran terselubung , kadang-kadang tidak adanya kepastian untuk mendapatkan tawaran lain yang jauh lebih baik.

Biaya transportasi dan sangat besar:

Setiap kali anak saya mendapat test dan interview suatu pekerjaan,  dia menghitung secara kasar berapa biaya transport dan makan untuk mondar-mandiri dari rumah menuju pekerjaan.  TErnyata komponen terbesar adalah biaya transport.

Standar yang dipakai untuk menghitung transport adalah kombinasi antara KRL dan taxi . KRL termasuk murah, tetapi cukup menyita tenaga yang luar biasa ketika harus berjubel dan bertarung masuk ke dalam KRL yang penuh sesak.   Setelah keluar dari KRL pun perlu kecepatan mengejar waktu,  jika harus naik transportasi umum yang banyak berhenti, waktu tidak cukup.  AKhirnya, satu-satunya pilihan yang diambil adalah dengan taxi.  Padahal taxi cukup mahal, apabila jarak dan waktu yang dipilih adalah jam kerja, kemacetan jadi penambahan biaya.   

Komponen transportasi menyita hampir l/2 dari gaji yang standar cukup .  Belum lagi biaya makan di gedung yang cukup besar, foodcourt yang sangat mahal itu menawrkan makanan seharga paling tidak RP.40-Rp.50 ribu sekali makan.

Bayangkan , gaji yang tersisa hanya tinggal  sekitar Rp.500 ribu-Rp.1juta.   Kehidupan yang keras bagi seorang pekerja yang tinggal di Jakarta, sebulan tidak bersisa, cukup makan dan transportasi. Bagaimana mereka yagn sudah menikah?  Apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka? 

Ironi tinggal di kota Jakarta dengan kotanya yang gemerlap, Mahalnya biasaya transportasi sangat mahal karena tidak terintegrasi antara KRL dengan kendaraan publik yang lainnya seperti Trans dan lainnya.  Dari tempat tinggal menuju ke tempat pekerjaan , jika ingin cepat sampai membutuhkan biaya transport yang hampir l/3 dari gaji.  Kehidupan keras menanti mereka untuk mau menerima atau tidak menerima  pekerjaan dengan gaji yang kadang tidak masuk akal .   Jika tidak menerima pun akan tergilas ditinggal dalam kehidupan oleh biaya kehidupan mahal tanpa pemasukan sama sekali.

Fisik dan Mental harus kuat

Perjuangan untuk bekerja di Jakarta sangat berat!  Bukan hanya fisik saja yang disiapkan untuk menembus kota Jakarta dengan transportasi umum yang sangat padat bahkan harus merelakan mati-matian berdesak-desakan .  Bagi yang punya penyakit asma dan sesak nafas , dianjurkan tidak naik kereta api atau bus yang sangat padat pada jam kerja.

Mental untuk memulai pekerjaan di Jakarta juga berat karena menjadi orang baru harus mengenal budaya (culture ) dan softskill untuk mampu mengatasi barrier dalam berkomunikasi baik dengan sesama kolega atau dengan atasan sendiri.  Ketidak-mampuan untuk berkomunkasi dengan baik, nantinya akan menghancurkan karir atau pekerjaan kita sendiri.

Selamat Bekerja dan Berkarya ,bertarung dalam kemacetan dan ketidak-ramahan Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun