Mohon tunggu...
Haniffa Iffa
Haniffa Iffa Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Editor

"Mimpi adalah sebuah keyakinan kepada Tuhanmu, jika kau mempunyai keyakinan yang baik kepada Tuhanmu, maka kau akan bertemu dengan mimpimu." #Haniffa Iffa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Dapat Dipungkiri Bahwa Kematian adalah Kehilangan Paling Menyakitkan

30 Desember 2018   13:17 Diperbarui: 30 Desember 2018   13:27 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
entertainment.kompas.com

Delapan hari telah berlalu, tepatnya pada tanggal 22 Desember tsunami telah menghantam Selat Sunda. Meskipun telah berlalu beberapa waktu, saya kira trauma psikologis korban belum juga pulih. Jangankan korban, saya yang melihat saja turut merasakan kepedihan mereka. Ditambah lagi, kehilangan orang yang kita cintai secara tiba-tiba tentu membuat hati hancur berkeping-keping.

Begitu pula yang dirasakan oleh para korban tsunami yang telah ditinggalkan orang yang dicintainya untuk lebih dahulu menghadap kepada-Nya. Demikian halnya yang dirasakan oleh Ifan Seventeen, kehilangan tiga personel bandnya serta kehilangan istrinya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jadi seorang Ifan di posisi seperti ini. Betapa kuatnya dia menghantarkan istri bahkan hingga pada peristirahatan terakhir.

Beberapa hari telah berlalu, tapi rasa kehilangan itu tentu saja masih menyelimuti jiwanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kematian merupakan kehilangan yang paling menyakitkan. Kehilangan ini mengingatkan saya pada kepergian mbah uti saya yang tanpa sakit atau pertanda apapun. Siang harinya saya masih berpamitan untuk menuju ke kota perantauan, kurang lebih jam 9 malam saya mendapat kabar beliau telah tiada. Tidak usah dibayangkan bagaimana runtuhnya hati saya saat itu. Tidak, tidak akan sanggup.

Di sini saya belajar sebuah ketegaran yang teramat sangat dari seorang Riefian Fajarsyah atau yang akrab disapa Ifan Seventeen. Tiada yang pernag tahu berapa banyak dia menyimpan kepedihan di hatinya dan tiada yang bisa mengira-ngira bagaimana dia masih bisa berdiri saat kehilangan belahan jiwanya. Pedih memang, namun siapa yang bisa melawan takdir-Nya?

Tuhan pasti mempunyai rencana terbaik di balik semua ini. Tiada kepedihan yang tiada obatnya. Tuhan Maha Adil, tidak akan membiarkan hamba-Nya berlarut-larut dalam nestapa dan air mata. Satu hal yang bisa kita jadikan teladan dari seorang Ifan adalah bagaimana dia bisa tegar di hadapan khalayak ramai bahkan di saat hatinya tengah menyimpan berjuta air mata. Tuhan tidak akan memberikan air mata kepedihan tanpa menggantinya dengan air mata kebahagiaan. Wallahu a'lam bisshowab.

Tangerang Selatan, 30 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun