Mohon tunggu...
Suyatno Suyatno
Suyatno Suyatno Mohon Tunggu... -

Dosen Universitas Negeri Surabaya untuk Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Telah menulis 12 buku sastra dan pendidikan sampai 2012. Aktif di Gerakan Pramuka Kwarda Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pramuka Pandega Melacak Indonesia dari Masa Lalu

7 November 2014   18:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:23 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekitar seratusan pramuka pandega se-Indonesia akan melacak jatidiri Indonesia melalu kisah masa lalu yang dipancarkan dari situs Trowulan, peninggalan Kerajaan Majapahit, selama sepekan. Mereka akan menelisik fakta fisik, fakta sejarah, dan kondisi lingkungan terkini untuk disimpulkan melalui diskusi dan lokakarya. Itu akan terlaksana pada 10 s.d. 15 November 2014 di Trowulan dengan mata kegiatan Kemah Kebangsaan Nasional (Kembangnas) ke-2 yang diselenggarakan oleh Racana Pandega Gudep 413-414 yang berpangkalan di Universitas Negeri Surabaya.

Daya tarik Trowulan menyelinap ke para pramuka se-Indonesia. Konstruksi daya tarik itu diwujudkan ke dalam keikutsertaan mereka dalam kegiatan Kembangnas kali ini. Mereka akan menginap di Trowulan selama dua malam. Pagi, siang, sore, dan malam mereka akan megeksplorasi kekayaan budaya Indonesia bermula. Situs candi Brahu menjadi lokasi pertama untuk dieksplorasi. Selanjutnya, situs-situs yang lain. Betapa minat generasi muda ini perlu diapresiasi.

Pengenalan budaya Indonesia teramat penting dikenalkan ke generasi muda Indonesia. Tidak saja melalui cerita verbalistis, pengenalan budaya perlu dilakukan dengan kegiatan langsung yang bersentuhan dengan situs peninggalan sejarah. Dengan begitu, secara langsung pula generasi muda mengenali, merasakan, dan memberikan apresiasi senyatanya.

Jalan untuk pengenalan itu tentu harus bermula pada pemangku kepentingan yang mendekati para generasi muda. Lalu, pemangku kepentingan itu memberikan fasilitas seutuhnya. Bukankah peninggalan itu untuk diapresiasi di samping untuk dirawat. Untuk itu, kebijakan pengapresiasian harus dibuka lebar bagi anak-anak dan pemuda.

Pramuka Pandega dari Universitas Negeri Surabaya perlu diapresiasi tinggi karena telah berinisiatif mengajaka kawan-kawannya untuk membangun budaya Indonesia melalui sebuah perkemahan. Mereka akan berseminar, berlokakarya, pengabdian di masyarakat pedesaan, berkemah, dan unjuk budaya. Meskipun, dalam perjalanan penyiapan, banyak pihak yang tidak mau bergabung dengan alasan ini dan itu, Pramuka Pandega Universitas Negeri Surabaya jalan terus dengan semangat tinggi. Tentu, semua itu berkat motivasi tinggi dari para pembinanya, yakni Djoko Adi Waluyo, Ganet Boedi Oetomo, Anik Andayani, Abdul Ghafur, Amin Fauzi, Suyatno, Arum, dan lainnya. Tidak lupa, PR III, Dr. Ketut Prasetyo memberikan dukungan finansial yang berarti.

Peran orang dewasa sebagai pendorong itulah yang diperlukan saat ini bagi generasi muda. Kelangsungan alih generasi tidak akan mulus tanpa keterbukaan hati dan jiwa para orang dewasa. Untuk itu, perlu upaya besar-besaran untuk membuka kran berbagai situs untuk didatangi para generasi muda.


Kembangnas 2014 merupakan titik awal untuk mendekatkan para pramuka pandega semakin cinta Indonesia melalui eksplorasi situs sejarah ke-Indonesiaan. Mereka tidak hanya cinta tetapi harus memaknai ke dalam nilai-nilai kebangsaan yang tertanam dalam jiwanya. Salut untuk Pandega Universitas Negeri Surabaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun