Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagia itu Sederhana, Saat Kita bisa Berbagi Cerita Bersama di Hari Minggu

10 Maret 2019   09:00 Diperbarui: 10 Maret 2019   09:07 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram m.hasyimazhari

Qw      : Namaku eki

 You      : Ok saya memanggil pean (kamu) mas eki

Setelah itu aku mulai memberanikan diri untuk bisa mengenalmu lebih dekat. Berbagai pertanyaan aku ajukan agar bisa memperoleh informasi lebih tentang dirimu. Pertanyaan yang terpenting adalah mengenai status hubunganmu saat ini masih sendiri atau sudah punya kekasih. Ternyata kamu belum punya kekasih. Prinsipmu tidak mau berpacaran dahulu hingga saat indahnya nanti telah tiba yakni pernikahan.

Hingga ada suatu keinginanku untuk bisa berteman denganmu lebih dekat. Namun keinginanku yang satu ini sepertinya butuh suatu perjuangan. Kamu tidak meng-iya-kan dan juga tidak menolakku. Hanya saja kamu tidak mau membuatku menunggu lama.

Iya... Kamu kini yang berstatus mahasiswi semester delapan. Kamu sedang berjuang untuk mengerjakan skripsimu. Persyaratan untuk bisa meraih gelar sarjana yang akan kau persembahkan kepada Abi dan Umi-mu tercinta yang ada di rumah.  

Kamu memiliki kakak perempuan yang berada diatasmu, tetapi dia belum menikah. Jadi kamu tidak bisa berteman dekat denganku untuk saat ini. Kamu tidak mau mendahului kakakmu.

Aku tidak mudah menyerah jika menginginkan sesuatu. Aku ingin bertemu denganmu lagi. Keinginan itu langsung aku utarakan kepadamu. Kamu pun menyanggupi akan bisa menerima ajakanku tersebut.

"Aku ingin sesabar langit, ketika awan malam menurunkan hujan tanpa menjanjikannya pelangi datang langit menerimanya dengan lapang" (kutipan pena)

Akhirnya Allah SWT mempertemukan kita untuk yang kedua kalinya. Pertemuan dua insan yang berbeda suku dan bahasa. Aku berasal dari suku Jawa dan kamu berasal dari suku Madura. Bahasa Indonesialah yang mencairkan komunikasi berbahasa kita. Sekilas saat bertemu perasaan kagum (rahim) kepadamu menyusut sedikit demi sedikit. 

"Apakah kamu belum dandan sehingga tidak terlihat menarik seperti dulu". 

"Entahlah apa yang telah aku pikirkan saat itu. "Ada apa ini?" gumamku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun