Mohon tunggu...
Vema Syafei
Vema Syafei Mohon Tunggu... profesional -

Grow up, move on, stop holding grudges, forgive, forget, and live in the moment with eyes on my future

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tersenyumlah, Seseorang di Luar Sana Mencintaimu

5 September 2013   10:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:19 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: lqcollections.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi: lqcollections.blogspot.com "][/caption] "Aku ngalamin bisikan-bisikan ghaib nih.. aku kayak denger orang ngaji atau adzan di telinga kananku. Gak tau ini halusinasi atau efek make barang-barang ini..." curhat Billy, sebut saja namanya begitu, suatu waktu. "Itu berarti ada panggilan untukmu Bil... Suara hatimu akan menuntunmu," jawabku sekenanya. Billy adalah anak satu-satunya dari seorang single parent. Ia tinggal dengan ibunya setelah orang tuanya bercerai. Kecukupan materi dari hasil bisnis ibunya mampu mengantarkan dirinya berkuliah di sebuah college di Perth, Australia. Di sanalah awal kami berkenalan dan mulai menjadi dekat satu sama lain. Setelah aku kembali ke Jakarta dan mulai bekerja, kami bertemu kembali. Kala itu sekitar tahun 2002, kami jalan bareng ke sebuah club/bar besar di Jakarta. Kedekatan aku dan Billy memang berawal dari dunia yang 'gak karuan.' Kami sama-sama seorang pecandu. Kami berkenalan dan bisa dekat dan sering bersama-sama juga karena dalam rangka menggunakan zat-zat haram. Setelah percakapan di bar itu Billy pergi, ia menghilang dari kehidupanku. Bukaann.. bukan meninggal... Entah apa yang ia rasakan dalam bathinnya, tapi ia pergi ke Sulawesi untuk berkonsentrasi dengan bisnis yang dirintisnya, dan entah juga mengapa ia memutuskan untuk tidak lagi bisa dikontak olehku, atau teman-temannya yang lain. Siapa sangka, meski ia telah menjauh dari kehidupanku, perkataanku yang sederhana soal "panggilan" itu terus terngiang-ngiang di dalam kepalanya. Mungkin ia memutuskan untuk tidak berhubungan dulu denganku agar memastikan apakah itu suara hati nuraninya terdalam atau hanya sekedar halusinasi semu. Aku tidak mengatakan bahwa kami sepasang kekasih. Meski pada kenyataannya saat kami sama-sama jauh di negeri orang, bukan sekali dua kali ia menyatakan perasaan sayangnya padaku, namun aku hanya anggap kita bersahabat saja. Billy yang selalu ada kala aku merasa drop, ia yang selalu mengorbankan apa saja hanya untuk sekedar aku bisa tersenyum kembali. Bahkan saking sayangnya Billy terhadapku, ia kerap menunjukkan paranoid-nya terhadapku. Kekhawatiran yang berlebihan atasku. Kami memang sama-sama pecandu, tapi kami masih tetap bisa bersikap wajar sehari-hari. Perbedaan antara aku dan Billy adalah jika Billy mengalami bisikan-bisikan yang relijius di telinga kanannya, aku mengalami bisikan-bisikan yang membuatku semakin merasa terpuruk. Waktu berlalu, aku berencana menikah, kucoba untuk menelpon kembali Billy di kediamannya berniat untuk mengundangnya. Namun rumah Billy kini sudah berubah menjadi kantor, dan Billy tidak tinggal di situ. Hanya si penerima telepon mengatakan bahwa ia akan menyampaikan pesanku kepada Billy. Keesokan harinya sebuah paket terkirim ke alamatku. Kubuka bungkusan kado itu ternyata sehelai phasmina dari Billy, dengan ucapan "Kamu pasti cantik mengenakan ini...." Sejak itu, tetap saja aku tidak bisa mengontak dan mengetahui di mana keberadaan Billy. Phasmina dari Billy pun hanya tersimpan di sudut lemari dan tak pernah kupakai. Seperti yang pernah kukisahkan sebelumnya, bahwa titik balikku berhenti menggunakan narkoba dan mulai mengenakan jilbab adalah saat aku memohon agar aku bisa hamil dan memiliki anak dari rahimku sendiri. (Lihat: Aku Hamil, Titik Balikku) Sebagaimana dokter pernah memvonisku di kala remaja tentang masalah hormon biologisku bahwa aku sulit atau bahkan tidak akan hamil karena masalah medis yang ada pada diriku. Kucoba untuk mulai berhenti dari kecanduanku terhadap narkoba. Tidak mudah. Bahkan sangat sulit. Kemudian kucoba untuk mengenakan kerudung, dan mulai meminta pertolongan Tuhan atas hidupku. Phasmina dari Billy menjadi kerudung pertama yang menghiasi kepalaku, setelah phasmina tersebut tersimpan berbulan-bulan di lemari pakaian. Saat itu aku berdo’a, jika Tuhan mengizinkan aku memiliki anak dari rahimku, maka aku bertekad untuk tak kan menyentuh lagi barang-barang haram tersebut. Ajaib, setelah sembilan bulan menikah, aku positif hamil. Kejadian itu menjadi titik balikku dalam kehidupan ini. Tuhan mengabulkan doa-doaku. Setelah aku mengenakan jilbab, Tuhan menghadirkan 3 bidadari kecil untuk menemaniku. Padahal saat remaja aku sudah divonis dokter tak bisa hamil karena ada gangguan penyakit dalam rahimku. Tahun berganti, tak ada jalan hidup yang mulus dan indah. kehidupan nyata tidak seperti dongeng Cinderella. Ada masa di mana aku sangat terpuruk dalam kehidupanku. Dan tiba-tiba... setelah bertahun-tahun menghilang, Billy ternyata tetap mencari keberadaanku. Entah bagaimana caranya saat aku sedang di titik nadir ia meneleponku. Padahal no HP-ku sudah lama berganti-ganti, bukan yang dulu ia pernah ketahui. Seperti ada ikatan bathin. Billy bisa tiba-tiba hadir di saat aku membutuhkan seseorang yang bisa menguatkanku. Dan begitulah akhirnya kami bisa bertemu kembali. "Aku baru pulang umroh nih.. kamu mau oleh-oleh apa?" ujar Billy menceritakan bagaimana akhirnya ia memutuskan untuk insyaf dari kehidupan serba gemerlap. Lanjutnya, "Aku terngiang-ngiang kata-katamu, bahwa apakah ini 'sebuah panggilan' untukku berhenti dari kecanduanku. Dan aku coba untuk hening menuruti kata hatiku..." Betapa senang aku mendengar kabar bahagia ini di tengah kegundahan akan problem yang sedang kualami. Billy tetap menunjukkan rasa sayangnya padaku. Ia pun telah mengalami prahara rumah tangga. Kini ia sendiri dan mengajakku untuk ikut bersamanya tinggal di apartemennya di negeri tetangga. Ia katakan bahwa ia pun juga bisa menerima anak-anakku untuk bersamanya. Kukatakan bahwa aku memang tak tahan dengan apa yang sedang kualami. Sesaat aku senang mendengar ungkapan hatinya padaku. Namun di saat lain aku begitu berat untuk menikah dengannya. Entah mungkin karena aku telah bertekad untuk hanya menikah hanya sekali seumur hidup. Dan tak akan menikah lagi untuk kedua kalinya. Ketulusan rasa sayang Billy mampu memahami apa yang aku inginkan. Tidak ada yang berubah dengan Billy hanya ia kini jauh lebih matang dan lebih dewasa. Meski ia sendiri telah gagal dalam pernikahan pertamanya tapi ia tetap mencintaiku apa adanya. Kini kucoba untuk berpijak lagi Bil..., ketulusan perasaanmu padaku menguatkanku, membuatku mampu untuk terus melangkah, tidak menyerah dengan keadaan dan bersabar atas segala tantangan di depan sana. Aku merasa bahwa jauh di luar sana akan selalu ada orang yang menyayangiku tulus tanpa syarat. Meski kini aku tetap bertahan demi keutuhan keluargaku. Karena keluargaku, hidupku, adalah segalanya bagiku.

Aku tak ingin lagi anak-anakku mengalami seperti yang aku alami dulu. Trauma masa kecil akan perceraian orang tuaku begitu membekas bagai luka yang tak pernah sembuh. Biarkan aku sakit sedemikian rupa asal aku bisa meminimalisir rasa sakit pada anak-anakku kelak.

*Thank you for everything Bill... your love makes me strong...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun