Mohon tunggu...
Cecep Hasanuddin
Cecep Hasanuddin Mohon Tunggu... lainnya -

Sedang mencari pekerjaan, titik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diaryku, Tuhanku

11 Desember 2010   13:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:49 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

09:12

Diaryku, terus terang, aku sangat bingung pagi ini. Entah mengapa. Sejak aku membuka bajumu, aku tak habis pikir, aku bingung, aku mau nulis apa? Rasanya, otak ini hampa. Otak ini terasa tidak ada apa-apanya. Kosong. Sepi dengan kata-kata. Apa yang salah denganku, Diaryku? Apakah aku sudah lama tidak membaca buku sehingga aku kehilangan kosa-kata? Apakah itu Diaryku? Tolonglah aku sahabatku. Jangan biarkan sahabatmu ini lalai dalam membaca dan menulis. Suruh lah ia terus memperkaya kosa-kata dengan membaca dan mengabadikannya dalam menulis. Berikanlah semangat padanya. Bukankah memberikan semangat pada saudaranya adalah bagian dari ibadah juga? Kau lebih tahu Diaryku.

Terus? Apa yang hendak aku tulis, Diaryku? Adakah kau ide buatku? Jangan biarkan aku ini mentok terlalu lama. Bila kau ada ide, cepatlah beritahu aku. Apakah kau juga sedang tak ada ide, Diaryku? Apa kau mentok juga sama sepertiku? Masyaallah Diaryku, tolong tangkap ide itu, atau kau ingat-ingat kembali kenangan yang berkesan dalam hidupmu. Kemudian, tulislah di buku Harianmu atau di Komputermu. Bila kau sangat sulit menuliskannya, tulis saja tentang kesulitanmu. Tulis saja apa adanya, dan adanya apa. Jujurlah pada hatimu. Karena, bila kau menulis menurut kata Hatimu, maka tulisanmu akan semakin indah. Percayalah. Karyamu akan terus dikenang oleh anak cucumu kelak. Kau tidak akan mati. Bila saja kau memang mati, itu hanya fisikmu saja. Sedangkan karyamu, tidak akan pernah mati. Ia akan terus diapresiasi oleh mereka yang cinta kepada ilmu. Kita mungkin tidak ragu lagi dengan kehebatan Buya Hamka dengan”Tenggelamnya Kapal Vanderwick,”Di Bawah Lindungan Ka’bahnya, dan juga Maha karya”Tafsir Al-Azharnya” Kemudian ada Pramoedya Ananta Toer dengan”Bumi Manusianya” dan karya lainnya. Hamka dan Mas Pram, kini memang telah tiada, namun karya mereka, sampai hari ini terus hidup dan terus diapresiasi. Tidak kah kau terpancing untuk berkarya,Diaryku?

16:48

Langit diluar terlihat mendung. Aku pun yakin. Belum tentu itu pertanda akan hujan. Tapi, memang agak gelap tidak seperti biasanya. Seandainya saja turun hujan, aku turut bersyukur atasnya. Aku pun selalu menunggu sebenarya. Cuma aku tak ingin cerita saja denganmu. Aku malu menceritakannya. Aku tak tahu apa sebabnya. Aku hanya ingin mengatakan bahwa lingkungan yang ada di sekitarku, kini, sudah mulai berdebu. Kering. Kerontang. Berhawa panas. Gersang. Wah, banyak sekali sebutannya. Segudang mungkin kalau aku mau menyebutnya. Makanya, berat sekali harapanku, agar hujan turun sore ini. Turunkanlah ya Allah kekuasaanmu. Agar semua binatang kecil bersorak-sorai mencicipi air langit-Mu. Begitu pun denganku, aku ingin menikmati air hujan, memainkannya layaknya anak-anak ketika bermain air hujan.

17:16

Maaf agak sedikit telat,Diaryku. Barusan, aku ada urusan dengan Tuhanku. Alhamdulillah, urusan itu telah saya selesaikan. Tinggal menunggu beberapa jam lagi, aku harus wajib lapor kembali. Bila aku lupa, atau aku pura-pura melupakannya, kiranya tak masalah bagi Tuhan. Tapi bagiku, itu beban yang sangat membebani. Jiwaku tak kan pernah tenang karenanya. Masalahnya, aku wajib lapor lima kali dalam sehari. Diaryku, aku jadi teringat dengan Syeh Puji. Apakah Diaryku tahu siapa Syeh Puji? Aku sangat yakin, bahwa kau tahu tentangnya walau hanya sedikit. Beberapa bulan yang lalu, dia pernah tersandung kasus pernikahan siri dengan seorang wanita di bawah umur. Namanya Siti Ulfah kalau tidak salah. Nah, karena kasus itu, Syeh yang selalu memakai Jubah itu dikenakan wajib lapor ke kepolisian setempat dua kali dalam seminggu. Itu pun, katanya, gak pernah datang sama sekali. Akhirnya, dengan sedikit memaksa, polisi mendatangi rumahnya dan kemudian digelandang ke kantor Polisi. Ah...ada-ada saja. Aku saja, wajib lapor dengan Tuhanku, Tuhan Syeh Puji, dan Tuhan kita semua sebanyak 5 kali dalam sehari. He..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun