Mohon tunggu...
Didik Prasetyo
Didik Prasetyo Mohon Tunggu... Live - Love - Life

Menulis adalah cara untuk menyulam hidup dan mengabadikan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Damai Sejahtera Untuk Kalian Semua

9 Mei 2025   11:41 Diperbarui: 11 Mei 2025   05:53 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Leo XIV | Vatican News

Dalam senja yang hangat di Vatikan, suara lonceng dan sorak umat di Lapangan Santo Petrus berhenti sejenak ketika seorang pria bersahaja melangkah ke balkon.

Paus Leo XIV, sebelumnya Kardinal Robert Francis Prevost, menyampaikan pidato pertamanya dari balkon Basilika Santo Petrus pada 8 Mei 2025, yang menekankan pesan perdamaian, persatuan dan kelanjutan misi sosial Gereja.

"Damai sejahtera bagi kalian semua. Saudara-saudara terkasih, ini adalah salam pertama dari Kristus yang bangkit, Gembala Baik yang memberikan hidup-Nya bagi kawanan domba Allah."

Itulah salam perdana Paus Leo XIV, nama yang belum lama kita kenal, namun kini akan kita bawa dalam doa-doa harian. Beliau berbicara tidak sebagai penguasa, tapi sebagai gembala yang datang dari padang misi, dari jalan-jalan kecil tempat ia mengenal wajah-wajah sederhana.

Kalimat pembuka dari Pidato Perdana Paus Leo XIV memang cukup pendek, namun cukup untuk mengguncang dunia.

Dalam dunia yang bising oleh kekuasaan dan kecemasan, damai menjadi hal yang langka. Paus baru tidak memulai pidatonya dengan strategi, atau seruan keras, melainkan dengan damai.

Beliau tidak bicara soal dirinya. Ia bicara tentang Kristus. Tentang damai yang rendah hati, dan tetap bertahan meski terluka.

"Damai bukan berarti tanpa luka. Tapi seperti Kristus, damai itu tetap bertahan meski disalibkan."
-Paus Leo XIV, salam pertama dari balkon St. Petrus

Beliau juga mengajak Gereja untuk melanjutkan warisan kasih Paus Fransiskus: menjadi Gereja yang berjalan bersama, yang rendah hati, dan yang tahu bahwa kekuatan sejatinya bukan dalam kekuasaan, melainkan dalam kelembutan Kristus.

Beliau menyebut bahwa damai yang disampaikan bukan sekadar formalitas, melainkan damai yang "membuka hati, rendah hati, dan bertahan." Damai yang lahir dari kerahiman, bukan kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun