Mohon tunggu...
dedy zulkifli
dedy zulkifli Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berpacu di Jeram Asahan

26 April 2012   05:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_177250" align="aligncenter" width="578" caption="Lembah Asahan"][/caption]

Foto dan Teks: Dedy Zulkifli

Bagi kawan yang punya stok nyali berlebih atau bosan dengan petualangan arung jeram di kelas II dan III, barangkali bisa datang ke tanah Sumatera Utara. Saya akan tunjukan sebuah tempat di bibir Danau Toba yang indah dimana sebuah sungai besar mengalir dengan jeram-jeramnya yang sangat menantang. Ya,Sungai Asahan. Sungai ini merupakan satu-satunya tempat limpahan air dari Danau Toba. Dengan karakter alam yang berbukit dan berlembah Sungai Asahan menjanjikan petualangan yang sangat menakjubkan bagi pengarung jeram atau rafter.

Untuk menuju ke Sungai Asahan, kita yang datang dari Kota Medan dapat menggunakan transportasi umum namun akan lebih baik jika menyewa atau mencarter mobil agar peralatan dan perlengkapan arung jeram dapat mudah di angkut dan tidak repot dibawa. Di sini lokasi yang di tuju (base camp pengarungan) adalah sebuah kampung yang bernama Parhitean. Kampung ini masuk dalam Desa Meranti Utara, Kecamatan Meranti Pohan, Kabupaten Toba samosir. Lama waktu yang ditempuh kira-kira 6 – 8 jam dari Medan.

Di Parhitean kita bisa menginap di rumah Pak Simatupang yang selalu ramah menyambut. Biasanya pun para pengarung jeram baik dari lokal atau manca negara selalu menginap di rumah Pak Simatupang. Rumah Pak simatupang menjadi tempat berkumpul karena bapak ini juga merupakan salah seorang perintis arung jeram di Sungai Asahan. Jadi segala informasi dan perkembangannya dapat kita ketahui dari beliau.

Etape Batu Mamak – Bedeng

Ada dua etape yang sangat menarik untuk di arungi di Sungai Asahan ini. Yang pertama adalah etape Batu Mamak – Bedeng. Etape ini berada di hilir Sungai Asahan namun masih cukup jauh dari Selat Malaka tempat bermuaranya sungai ini. Yang kedua adalah Etape Sekolah – Hulahuli (dekat Parhitean). Etape ini berada di bagian hulu Sungai Asahan dimana tidak jauh dari bendungan sigura-gura dan Bendungan Tangga.

Biasanya untuk pengarungan Sungai Asahan, Etape Batu Mamak – Bedeng akan menjadi pengarungan yang pertama berhubung etape ini arus sungainya tidak terlalu liar di bandingkan dengan Etape Sekolah - Hulahuli.

Untuk ke Batu Mamak, dari parhitean kita berkendaraan dengan waktu sekitar setengah jam. Batu mamak adalah sebuah kampung juga yang masih masuk dalam administrasi Desa Meranti Utara. Tiba di Batu Mamak perahu harus dipanggul atau portaging. Setelah kurang lebih satu jam melewati perladangan sawit dan menyebrangi jembatan gantung kita akan tiba di tepi sungai asahan yang di kelilingi oleh tebing batu yang banyak di rimbuni pohon.

[caption id="attachment_177244" align="aligncenter" width="405" caption="Tepi Sungai Asahan di Batu Mamak."]

13354179731336750045
13354179731336750045
[/caption]

Jeram Batu Arang

Setelah perahu di pompa dan perlengkapan arung jeram di periksa dalam kondisi yang baik, pengarungan bisa dimulai. Di awal pengarungan standing wave (ombak) besar langsung menyambut secara beruntun. Jeram ini masuk dalam kelas III, yang mana ombak besar dan arusnya yang deras membuat perahu butuh di kendalikan oleh orang yang terlatih. Walau tidak membutuhkan manuver cepat namun tetap tidak bisa di anggap enteng. Jeram ini biasa di sebut jeram pertama atau Welcome Rapid.

[caption id="attachment_177254" align="aligncenter" width="360" caption="Welcome Rapid"]

13354197301534353779
13354197301534353779
[/caption]

Tidak sampai sepuluh menit kemudian perahu sudah harus bersiap-siap memasuki Jeram Batu Arang. Jeram ini adalah jeram yang paling besar di Etape Batu Mamak – Bedeng. Karakternya berupa gabungan dua arus besar, yang mana arus pertama datang dari kanan menuju ke tengah sungai . Kemudian arus satunya lagi datang dari kiri dan menghantam dinding yang berada disisi kiri. Sementara itu sisi kanan sungai sebuah batu menonjol. Besarnya arus yang bergabung ini ditambah penurunan muka air yang mendadak (drop) membentuk hole (arus sungai yang berputar)yang cukup kuat. Di jeram inilah dayungan perahu harus betul-betul full power. Disamping harus melewati hole juga harus bisa manuver dengan cepat menghindari arus yang menghantam di dinding kiri sungai. Mengingat tingkat kesulitan yang lumayan ini, Jeram batu arang masuk kelas III plus.

Setelah melewati Jeram Batu Arang beberapa jeram lainnya tidak terlalu besar. Setelah itu suasana tegang mencair dengan adanya pemandangan tebing alam yang indah terpahat disisi kiri dan kanan sungai. Suara-suara binatang seperti primata dan burung menjadi musik alam yang tak mudah terlupakan. Belum lagi pohon-pohon besar yang memayungi sungai, suasananya jadi berasa di negeri yang jauh dari kebisingan. Kita pun akan menjumpai beberapa air terjun yang mengalirkan airnya yang bening segar di tepian sungai.

Setelah sekitar satu jam setengah pengarungan kita akan tiba di sebuah tempat yang di tandai dengan adanya jembatan gantung. Jembatan inilah yang di kenal dengan nama Bedeng. Tempat ini juga punya nama lain yakni Km 7. Tidak ada kampung dekat sini. Namun di kala hari libur beberapa masyarakat cukup ramai berkunjung di sini, baik untuk sekedar mandi-mandi atau berkumpul bersama keluarga. Tempat ini menjadi arena rekreasi masyarakat sekitar tanpa harus jauh-jauh ke kota.

Dari bedeng akses untuk mengangkat perahu tidak terlalu susah. Tepian sungai yang berpantai dan berpasir memudahkan kita memindahkan perahu ke tepi jalan raya. Dari sini kembali ke Parhitean kurang lebih satu setengah jam.

Etape Sekolah – Hula huli

Setelah menikmati Etape Batu Mamak – Bedeng, kini saat nya menikmati Etape Sekolah-Hulahuli (± 3Km). Di etape ini ada tujuh jeram besar yang sangat menantang. Walaupun lamanya pengarungan hanya 15 menitan namun jeram yang bakal di lalui tidak akan membuat kita mudah melupakannya. Rata-rata jeram yang dilalui masuk dalam klasifikasi III - IV.

Di mulai dari tepian sungai yang tidak jauh dari sebuah Sekolah Dasar (SD) di Kampung Parhitean yang jaraknya kurang lebih satu kilo meter dari rumah pak simatupang, air sungai sudah menggelora bak air bah yang turun dari gunung.

Kita harus memotong arus sungai ini ke sisi sebelah kiri agar tidak tersangkut di bebatuan yang dapat membalikan perahu. Setelah itu bersiap memasukijeram yang pertama yakni Jeram Rizal Nurdin (Rizal Nurdin Wave). Jeram ini terkenal dengan ombaknya nya yang besar. Cipratan airnya membasahi hingga awak perahu yang paling belakang. Untuk informasi, Rizal Nurdin adalah nama Mantan Gubernur Sumatera Utara yang telah meninggal dunia. Pemberian nama beliau pada jeram ini karena di anggap berperan aktif mendukung kemajuan arung jeram di sungai asahan. Hal ini di kuatkan dengan terselenggaranya pertama kali kejuaraan internasional kayak dan arung pada tahun 2000 dimasa pemerintah beliau.

Setelah Jeram Rizal Nurdin kemudian ke jeram yang kedua yaitu, Sucking Hole. Jeram ini tidak terlalu besar namun memilki hole yang sangat berbahaya. Jika perahu masuk dalam posisi menyamping terhadap jeram. Maka perahu akan di hisap dengan cepat dan di balikkan. Jeram ini kerap jadi mimpi buruk bagi pengarung. Butuh dayungan yang kuat untuk tidak terjebak pada hole jeram ini.

Tidak jauh dari situ, jeram ketiga atau Tiger Shark langsung menyongsong. Dengan wave nya yang lebih besar dari jeram Rizal Nurdin, Tiger Shark akan mengangkat perahu cukup tinggi. Malah kadang nyaris mengenai cabang pohon yang berada di tepi sungai.Walau cukup mengasikkan namun jangan sampai lengah. Di ujung jeram, back curling atau ombak yang berputar menyambut diam-diam. Walau tidak besar namun bisa membalikkan perahu.

[caption id="attachment_177245" align="aligncenter" width="405" caption="Big Bend Rapid"]

13354181011050956677
13354181011050956677
[/caption]

Big Bend

Menarik nafas sesaat diantara riam-riam jeram yang terus bergemuruh, jeram ke empat terlihat menikung. Jeram ini di kenal dengan nama Big bend. Dari jauh perahu sudah harus di kayuh. Kemudianbersiap memasuki tikungan yang membelok ke arah kiri. Perahu akan melesat cepat menembus jeram. Setelahnya hanya beberapa puluh meter saja, Jeram Simatupang I menghadang di tengah. Ada batu besar disisi kanan.Dan arus utamanya jatuh hingga membentuk drop. Disini tenaga dayung kembali harus di geber. Dropnya lumayan besar dan sudah pasti akan sangat mudah di balikkan jika tenaga dayung berkurang.

[caption id="attachment_177246" align="aligncenter" width="450" caption="Simatupang I Rapid"]

13354181761236342360
13354181761236342360
[/caption]

Sementara permukaan Sungai Asahan terus saja bergejolak dimana ujung ombak seakan terus bekejaran tak henti-henti , beberapa menit saja jeram simatupang II menyambut. Diawali tebaran ombak di sepanjang permukaan sungai lalu bersiap untuk menikung ke kiri. Walau tidak sebesar jeram big bend namun cukup berbahaya.

Tidak jauh dari Simatupang Rapid II, hanya beberapa puluh meter, kini giliran Zivana Rapid menghadang. Di jeram ini, sebuah batu besar menonjol, dimana arus utama menghantam batu dan jatuh hingga membentuk hole. Karakter jeram seperti ini hanya bisa dilewati dengan dayungan yang kuat agar terbebas dari hole. Namun tetap memperhatikan haluan perahu agar tidak menabrak batu hingga wrap (perahu miring tertahan) atau terjungkal.

Setelah Zivana Rapid, jeram yang ada hanya standing wave yang bervariasi, dari ukuran sedang hingga besar. Tidak lama kemudian kita akan tiba di sebuah jembatan gantung di belakang Dusun Hulahuli. Disinilah perahu di tepikan sebagai titik terakhir pengarungan.

[caption id="attachment_177247" align="aligncenter" width="324" caption="Hulahuli"]

1335418242477911450
1335418242477911450
[/caption]

Jadi, bagi kawan-kawan yang tergila-gila untuk memacu adrenalinnya di sungai tunggu apalagi. Sungai Asahan adalah tempatnya.####

Catatan: Pengarungan Sungai Asahan bisa dibilang untuk kalangan yang memang betul-betul memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang arung jeram. Mengetahui tentang teknik self rescue, kemampuan membaca arus dan jeram, penguasaan teknik pengarungandan stamina yang baik. Tidak disarankan mengarungi sungai ini bagi pemula atau rafter yang kondisi tubuhnya lagi tidak fit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun