Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Curah

27 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 27 Mei 2021   07:03 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Ahmad Dahri

Tepat di depan kedung, ia melihat tanah yang sudah rata di atas tebing kedung. Ada beberapa paralon besar. Agaknya baru menyemburkan sesuatu dari dalam. Bau itu membuat hidungnya terganggu, bahkan dadanya sesak. Ia melihat lagi ke arah barongan bambu yang kini hanya tersisa bonggelnya saja. Semua tampak legang. Karjo melihat lebih dekat ke arah paralon, ternyata itu adalah saluran pembuangan limbah dari pabrik yang tepat berada di atas Curah.

Kini curah telah berganti dengan bangunan-bangunan beton. Kenangan tentang bambu petung yang mbarong buyar seketika. Suara mesin penggiling kayu sengon membuat telinga Marsikan seakan mau pecah.

Ia memanggil Tejo dalam hati. Ia sakit bukan karena ketempelan penunggu kedung. Ia sakit karena terkena limbah pabrik yang sudah bercampur dengan air kedung. Lalu Marsikan mendengar suara yang keras, memaksa ingatannya tentang Tejo buyar.

Dan ternyata, suara itu keluar bersama limbah yang dibuang melalui paralon besar di depannya.
Byoooorrrr....

Rumah Jogo Kali, 2021
 
Baca juga cerpen Mbah Joli Rengeng-rengeng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun