Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mas Nadiem Otak-atik Kebijakan Pendidikan

17 Desember 2019   20:11 Diperbarui: 17 Desember 2019   20:14 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti halnya menteri-menteri pendidikan sebelumnya, menteri baru harus melakukan gebrakan dan membua kebijakan baru. Khusnuzdan saya tentunya untuk perkembangan dan kemajuan bangsa.

Cita-citanya sama dengan apa yang tertera di pembukaan UUD 1945. Bahwa ide dan inovasi dari setiap menteri dan pemerintah adalah untuk kemajuan bangsa.

Banyak kritik dan masukan menjadi sangat wajar. Khususnya bagi Mas Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Di era industri 4.0 kita tahu bahwa semua informasi tersebar dengan sangat luas dan mudah. 

Bahkan melewati batas-batas sistem kerja manusia. Mas Nadiem menjadi sangat nyentrik ketika beberapa hal yang dilakukan menjadi sorotan dan di luar kebiasaan para petinggi negara yang lain: Sambutan tanpa teks, tampil dengan pakaian santai ketika menghadiri pengukuhan guru besar di salah satu Universitas, kemudian akan menghapuskan sistem evaluasi yang bersifat sentral yaitu Ujian Nasional (UN) -- yang kemudian berlanjut pada kurikulum pendidikannya.

Sistem evaluasi dalam pendidikan selalu mengalami polemik dan dinamika. Bahwa standarisasi yang diberikan oleh negara manjadi acuan bagi lembaga pendidikan sebagai gawai yang sangat penting. Kita ambil sistem pendidikan yang digawangi oleh Menteri Muhajir efendi, yaitu Full Days School. Lagi-lagi Khusnudzan saya hal ini adalah ide untuk memajukan pendidikan di indonesia.

Dengan kata lain untuk mencapai standar yang sudah ditetapkan maka perlu kinerja yang lebih masif. Salah satu idenya adalah Full day's. Dengan harapan peserta didik belajar dengan intensitas waktu yang lebih lama, dan menuai hasil yang luar biasa.

Maka wajar, jika Mas Nazdiem, sebagai Menteri juga perlu menyampaikan ide yang ideal tentang pendidikan, untuk menjawab tantangan Global di era Industri 4.0. Sistem evaluasi Nasional atau Ujian Nasional diganti dengan sistem Asessmen Kompetensi Minimum dan Survei karakter.  

Menurut mas Nazdiem pemerintah hanya memiliki data kognitif peserta didik dan tidak mengetahui secara langsung bagaimana pola pembelajaran dan latar belakang di lembaga pendidikan, baik dari segi tenaga pengajar, peserta didik maupun managemen pendidikannya.

"Kita tidak mengetahui apakah asas-asas Pancasila itu benar-benar dirasakan oleh siswa se-Indonesia. Kita akan menanyakan survei-survei untuk mengetahui ekosistem sekolahnya. Bagaimana implementasi gotong royong. Apakah level toleransinya sehat dan baik di sekolah itu? Apakah well being atau kebahagiaan anak itu sudah mapan? Apakah ada bullying yang terjadi kepada siswa-siswi di sekolah itu?" Ujar mantar CEO Gojek tersebut. (Sumber: news.detik.com)

Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan pola kebijakan terhadap pendidik? Jika hari ini pendidik disibukkan dengan hal yang amat administratif, apakah hal ini akan berubah, atau justru semakin menambah kesibukannya? atau akan ada ruang untuk menyiapkan kapasitas pendidiknya terlebih dahulu?

Dalam aspek peserta didik, mas Nadiem menakankan pada penguatan literasi dan numerisasi. Dengan harapan memperkuat daya pemahaman dan analisa peserta didik. Cuma, bagaimana dengan minat baca hari ini? Ini juga menjadi permasalahan yang serius.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun