Mohon tunggu...
Bang Bams
Bang Bams Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tidak semua Tulisan itu Benar & Tidak semua Kebenaran itu harus Dituliskan, tapi Kejujuran lebih baik daripada Keguguran. (Ngaco)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Anak Anda Menjadi Korban Mode, Ini Solusinya!

8 Februari 2012   06:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:55 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328683211203575565

[caption id="attachment_161356" align="alignnone" width="650" caption="Illustrasi-anaktebidah.blogspot.com"][/caption]

Salah satu hal yang melekat pada jiwa anak muda kebanyakan adalah mengikuti tren mode yang berkembang. Kadang tanpa mengindahkan lagi kenyamanan, mereka membeli dan menggunakan produk-produk baru yang belum tentu baik dan cocok dia gunakan. Mulai dari sepatu, baju, pernak-pernik, kosmetik, gaya rambut bahkan sampai gaya bicara. Kebanyakan mereka bertujuan agar predikat anak “gaul” dapat disandang. Kalau tidak mengikuti tren yang ada, mereka dicap sebagai anak “cupu.” Tentunya, bagi sebagian remaja putri, mungkin termasuk putri Anda, ini adalah sesuatu yang memalukan dan menjatuhkan harga dirinya.

Tanpa berfikir panjang, kebanyakan remaja putri menjadi bersifat konsumtif. Tak heran jika mereka menjadi sasaran empuk bagi para produsen. Iklan-iklan yang menjadi menu wajib di TV majalah dan lain-lain menjadi salah satu provokator yang cukup efektif. Ini didukung dengan kondisi psikisnya yang sedang mengalami masa puber. Keinginan untuk mengenal dan menarik perhatian lawan jenis kian memuncak. Sebagian diantara mereka bahkan bangga kalau dapat memiliki banyak pacar. Jomblo, seakan menjadi sebuah kata yang wajib dia hindari untuk menjadi seseorang yang popular dan diterima dalam kalangannya.

Kulit putih, mulus, wajah cantik, rambut selembut sutra dan body seksi seakan menjadi tolak ukur penampilan yang harus mereka capai. Banyak diantara remaja putri yang lebih memilih hidup menderita dengan mengkonsumsi obat pelangsing yang membahayakan kesehatan daripada memiliki badan gemuk tapi sehat. Semua dilakukan untuk memperoleh predikat cantik, seksi bak Tamara Bleszynski. Berbagai produk kecantikan dibeli, bahkan pemutih kulit yang mengandung mercury tak dipedulikan lagi. Karena itu, tak jarang yang menjadi korban kosmetik sehingga wajah cantik tak kunjung didapat malah wajah menjadi rusak.

Demikian juga dengan gaya berpakaian. Jika tahun ini yang ngetren adalah model pakaian seperti Barbie, langsung segala kelengkapan untuk tampil layaknya boneka dibeli. Padahal dandanan ini belum tentu sesuai dengan perawakan dan karakternya. Mungkin di tahun berikutnya style yang menjadi sorotan adalah gaya harajuku. Dan tanpa pikir panjang pakaian, gaya rambut dan segala pernak-pernik ala harajuku dibeli. Perabotan gaya Barbie disingkirkan, padahal sebetulnya masih bisa dimanfaatkan. Dan tentu saja untuk memenuhi kebutuhan mode ini, butuh duit yang tak sedikit. Uang saku dari Anda tentu harus ditambah jumlahnya. Namanya juga terlanjur jadi korban mode, untuk memenuhi keperluannya terkadang mereka tidak memikirkan bagaimana susahnya cari uang. Yang penting trendy, dan kalau bisa jadi trend setter.

Solusi Remaja yang menjadi korban mode (kormod) tak hanya dari kalangan berduit saja. Ini bahkan telah merambah remaja putri dari kalangan ekonomi pas-pasan bahkan ekonomi sulit. Hasilnya, banyak orang tua yang menjadi “budak” bagi sang anak dalam artian seolah orang tua hanya dianggap sebagai mesin pencari uang. Jika mereka butuh duit dan orang tua mampu memenuhi apa yang mereka inginkan, maka anak akan bersikap manis. Tapi jika tidak, hardikan langsung keluar dari mulut sang buah hati. Dengan kata lain, “ada uang orang tua disayang, tidak ada uang orang tua ditendang.” Mungkin ini kedengaran sangat kasar bagi Anda, namun percayalah ini terjadi dalam kehidupan nyata.

Mereka melakukan hal tersebut bukan tanpa alasan. Sebagian mereka, secara teori juga mengerti akibatnya jika membentak Anda. Dikatakan sebagai anak durhaka dengan ancaman yang menyeramkan bukanlah barang asing ditelinga mereka. Tapi tetap saja, mereka hanya menganggap itu sebuah TEORI yang tak berarti. Ini disebabkan karena mereka butuh aktualisasi diri yang tidak lain dan tidak bukan adalah dengan menghamburkan uang demi dibilang “trendy.” Tindakan yang sebaiknya Anda ambil untuk kasus ini antara lain:

1.     Membekali putri Anda dengan pendidikan agama seperti telah dibahas dalam bab 3. Tak sebatas teori tapi lebih ke langkah praktis. Dengan demikian agama bukan lagi sekedar pelengkap di KTP atau bahan unjuk gigi seperti yang ditunjukkan oleh para ulama komersil. Tapi agama menjadi sebuah pandangan dan pegangan hidup yang menjadi ruh putri Anda dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

2.    Jangan membiasakan anak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebaiknya didik anak untuk melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhannya, yang dalam bahasa jawa terkenal dengan istilah “prihatin.” Dengan demikian anak Anda tidak hanya menilai sebuah kebahagiaan dari sudut pandang materi dan materi. Selain itu, anak Anda juga dapat menghargai jerih payah Anda dalam mengumpulkan rupiah dengan tidak emnghambur-hamburkannya untuk hal yang kurang berguna.

3.    Berikan bekal dalam bergaya. Kita tidak bisa langsung melarangnya mengikuti tren yang ada. Bagaimana pun anak Anda butuh mengetahui tren yang berkembang agar memiliki wawasan yang luas tidak dikatakan “kuper.” Yang sebaiknya Anda lakukan adalah memberikan pengertian bahwa tidak semua tren yang berkembang itu baik dan tidak semua harus diikuti.

Ada baiknya jika Anda juga mengikuti perkembangan informasi yang berkaitan dengan mode agar bisa menjadi penasehat ulung bagi penampilan putri Anda. Dengan demikian Anda dapat berperan sebagai pengontrol putri Anda dalam mengikuti gaya anak muda jaman sekarang. Anda dapat menjadi filter baginya dalam mengikuti tren yang berkembang, memberikan masukan style mana yang pantas dan tidak pantas bagi putri Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun