Mohon tunggu...
Julian Asahi
Julian Asahi Mohon Tunggu... Guru - Never Give up

Bermimpi tanpa berusaha kosong Berusaha tanpa bermimpi hampa Bermimpilah dan berusahalah wujudkan impianmu...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sendekala Esuk #2 Lorong Setan

4 September 2022   21:59 Diperbarui: 4 September 2022   22:03 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Sebelumnya : Cerita 50 Tahun yang Lalu

Bunyi gamelan jawa terdengar dari kejauhan mengiringi malam yang semakin sunyi. Mbah Karto sang lurah kampung, satu-satunya penduduk kampung yang masih hidup dan tinggal di kampung itu masih duduk didepan gubuknya yang mulai tertutup semak-semak. Secangkir kopi hitam dan rokok daun menjadi temannya menghabiskan malam itu. Mbah Karto masih yakin, orang-orang yang hilang masih akan kembali ke kampung itu. Banyak orang yang mengajaknya untuk pergi dari kampung itu dan pindah ke kampung lain yang ada di sekitarnya. Namun Mbah Karto selalu menolak dengan mengatakan bahwa orang-orang yang hilang pasti akan kembali lagi.

Hari berlalu siang berganti malam, lambat laun orang melupakan Mbah Karto dan juga kampung tersebut. Sebuah kampung yang hanya berumur satu minggu. Kampung yang penuh dengan misteri yang sampai saat ini belum ditemukan jawaban kemana orang-orang yang hilang tersebut sebenarnya? Apakah benar diculik oleh wewe gombel, atau jatuh ke jurang atau ada pembunuhan masal dikampung tersebut? Semua tidak pernah ada yang tahu jawabannya sampai sekarang ini.

2020

Terdengar suara lolongan anjing pemburu dari kejauhan. Dari suaranya sepertinya bukan hanya seekor anjing, namun sekitar lima ekor anjing pemburu yang sedang mengejar seekor rusa. Diikuti oleh lima orang pemburu membawa tombak dan senapan. Tanpa mereka sadari mereka telah jauh masuk ke dalam hutan. Hutan larangan yang jarang sekali orang memasuki wilayah itu. Seorang pemburu terpencar dari kawannya, mengikuti suara anjingnya. Namun tidak selang lama suara anjing tadi seolah menghilang. Pemburu itupun kebingungan. Setelah mondar mandir kesana kemari ternyata tak seorangpun rekannya ada di sekitarnya. 

"Paijan" "Narto" "Dikun" "Bulus" neng endi koe? (Kamu dimana) 

Wajahnya mulai panik, hari tiba tiba saja menjadi gelap, seperti ada yang menyambar wajahnya. dan seketika itu Tarjo sang pemburu tidak sadarkan diri. 

Sementara empat rekannya yang lain dengan menggiring lima ekor anjing yang mereka bawa baru sadar bahwa Tarjo tidak lagi bersama mereka. 

" Lah kang Tarjo mau nang ndi?"(Tarjo tadi dimana) Dikun sambil mencari Tarjo ke belakang mau kembali ke arah hutan. 

Namun Narto langsung menahannya. Menarik kain sarung yang melingkar dipinggang Dikun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun