Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis, editor, pengajar yoga

Pemerhati isu-isu kesehatan dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tren Executive Search

12 September 2025   10:51 Diperbarui: 12 September 2025   10:51 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setop mencari bukan artinya menyerah kalah. (Foto: Ron Lach via Pexels.com)

Saat level staff dipenuhi dengan anak-anak muda gen Z, posisi manajerial dan top management adalah zona yang sebenarnya lebih cocok untuk kaum profesional umur 40-an.

Jadi biasanya alur kerja executive search ini adalah si agensi atau pihak ketiga ini bakal menelusuri platform job search populer dan kemudian menyusun daftar kandidat yang potensial untuk didekati dan ditawari lowongan kerja. Kemudian mereka akan dihubungi satu persatu via DM atau ponsel.

Jika gayung bersambut, akan terjadi komunikasi dua arah antara sang profesional yang 'ditaksir' dan pihak agensi yang menjadi pihak perantara. Jika sang profesional bersedia untuk menjalani tes dan wawancara di waktu tertentu, baru agensi menghubungi pihak user (dari sisi korporat) yang membutuhkan kandidat. Bertemulah mereka dalam wawancara.

Begitu dianggap sudah cocok dalam banyal hal, sang profesional yang juga kandidat itu akan berdiskusi dengan pihak agensi mengenai urusan gaji dan tunjangan. Agensi akan membicarakan dengan pihak user selanjutnya bila ternyata diperlukan penyesuaian (baca: si kandidat meminta gaji lebih tinggi atau fasilitas lebih banyak).

Proses ini bisa sangat panjang. Ia bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan hampir setahun mengingat peliknya proses pengunduran diri di level manajerial dan top C level yang tanggung jawab pekerjaannya sangat luas dari hanya sekadar staf yang proses handover pekerjaannya bisa cuma memakan waktu sehari dua hari. Belum lagi perusahaan yang ditinggalkan juga pastinya menuntut notice atau pemberitahuan beberapa bulan (sesuai kesepakatan) sebelum yang bersangkutan meninggalkan perusahaan lamanya untuk mulai bekerja di perusahaan barunya.

Setop Memburu

Lalu kenapa mengetahui adanya tren executive search ini membuat saya berhenti mengirimkan lamaran pekerjaan? Karena di level ini, kita yang sudah berusia 40-an ini memang sudah waktunya untuk menjadi kaum profesional yang diburu, BUKAN memburu pekerjaan lagi.

Itulah kenapa ada banyak pekerja umur 40-an yang mengaku putus asa karena sudah mengirimkan ratusan kalau tidak ribuan lamaran kerja ke banyak perusahaan. Ya karena kalau perusahaan-perusahaan itu butuh pekerja umur 40-an, mereka mau mencari sendiri sesuai kebutuhannya. Dan itu dilakukan dengan agensi headhunter. Tidak bakal diumumkan secara luas. Kalaupun disebarkan informasinya secara luas, prosesnya juga bakal sangat amat ketat. Karena di umur 40-an, makin banyak faktor pertimbangan. Dari faktor stabilitas ekonomi keluarga, proses adaptasi dengan lingkungan kerja baru, KPI yang diberlakukan, budaya dan etos kerja di lingkungan baru, dan sebagainya.

Dan jangan salah, pekerja umur 40-an juga tidak mata duitan semua. Memang ada yang saking putus asanya mau mengerjakan pekerjaan level staf dengan gaji yang bahkan lebih rendah asal bisa makan. Mereka ini biasanya yang kena layoff dan sudah terhimpit kebutuhan. Tapi jangan lupa, ada sebagian yang masih stabil keuangannya (baca: tabungan dan investasinya relatif cukup) dan rela digaji lebih rendah jika mereka bisa mendapatkan work and life balance supaya bisa mengasuh anak atau tidak kerja sampai weekend karena butuh family and me time supaya tetap waras dan tetap sehat saat badan makin rapuh karena usia yang makin menanjak.

Lalu bagaimana dong kalau tidak dapat pekerjaan juga di usia 40-an?

Saya tidak tahu solusinya untuk Anda tapi saya sendiri meski tidak sedang bekerja di sektor formal, saya terus mengerjakan proyek-proyek di sektor informal dan nonformal. Kerjakan apapun yang bisa membantu 'dapur terus mengepul' dan membuat otak kita tetap tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun